Dalam keadaan antara sadar dan tidak itulah Lim Han- kim meneguk habis semangkuk kaldu penyadar mabuk yang terbuat dari cincangan daging ikan leihi emas itu. Tak lama kemudian rasa mabuk yang mengaburkan pikiran serta kesadarannya itu hilang lenyap tak
berbekas.Sekarang pemuda itu dapat melihat dengan jelas pemandangan di hadapan matanya.
Tampak seorang gadis berbaju merah sedang memandangnya dengan senyuman manis menghiasi ujung bibirnya. Tangan kirinya masih memegang sebuah mangkuk kosong, sedang di tangan kanannya memegang sendok.
Tiba-tiba saia muncul rasa malu dalam hati kecilnya, lamat-lamat ia teringat bahwa ia telah disuapi gadis tersehut menghabiskan semangkuk kaldu tadi.
Mendadak cahaya bianglala yang terpancar keluar dari ketujuh buah lentera itu mulai berputar dengan kencangnya, Lalu terdengar suara seseorang yang merdu dan halus bergema tiba: "Apakah Lim siangkong sudah sadar dari mabuknya?"
Cahaya bianglala yang amat menyilaukan mata itu mempengaruhi daya pandang Lim Han-kim, saat itu ia cuma bisa mendengar kalau suara teguran itu berasal tak jauh dari sana, tapi ia tak bisa memastikan di manakah orang itu berada.
Terdengar gadis berpakaian keraton di sisinya menyahut dengan hormati "Lim siangkong telah menghabiskan semangkuk kaldu ikan leihi emas, kini kesadarannya telah pulih sama sekali."
"Ikan leihi emas?" pikir Lim Han-kim. "itu kan sejenis ikan yang mahal sekali.kenapa ia sudi memberikan semangkuk kaldu semahal itu untuk menyadarkan mabukku?"
sementara ia masih termenung, suara gadis tadi kembali bergema: "Kalau memang sudah sadar dari mabuknya, cepat gantikan pakaian yang dikenakan."
Tergerak hati Lim Han-kim mendengar ucapan itu, pikirnya: "Bagus sekali, entah hinaan apa lagi yang hendak mereka perbuat terhadapku.,.? Hendak menggantikan pakaianku?"
Terdengar gadis berbaju model keraton itu menjawab dengan suara halus: "Cici tak usah kuatir, kami telah menggantikan pakaiannya."
"ooh aku lupa, rupanya enci siau-cui yang memimpin tugas malam ini. Tahu kau yang bertugas, aku tak usah repot- repot untuk bertanya lagi." seru suara di kejauhan itu sambil tertawa merdu.
Gadis berbaju keraton itu tertawa pula: "Aaah... cici tak perlu memuji, siau-cui sudah sepantasnya melaksanakan semua tugas ini." Lim Han-kim merasa amat terperanjat pikirnya: "Sejak kapan mereka telah menggantikan pakaian yang kukenakan? Kenapa aku tidak merasakan sama sekali?"
Ketika diperiksa, betul juga. Pakaian berwarna putih yang semula dikenakan kini telah berganti dengan sebuah pakaian berwarna merah. Tiba-tiba ia merasa kepalanya agak berat. Ketika diraba, entah sejak kapan ternyata ia pun sudah mengenakan sebuah kopiah mutiara.
pada saat itu cahaya lentera yang berputar kencang itu makin lama berputar makin cepat, kini seluruh ruangan telah terbias oleh panca warna yang menyilaukan mata, Lim Han-kim mencoba melihat sekeliling tempat itu, ia merasa di sekeliling tubuhnya seolah-olah telah berdiri banyak orang, Mereka semua mengenakan pakaian model keraton dan terdiri dari gadis-gadis muda yang cantik jelita.
Timbulperasaan bimbang di hati kecilnya, ia tak bisa menduga lagi apa yang sesungguhnya telah terjadi, tak tahan ia segera menegur: "Nona siau-cui...."
"Tak perlu ditambah dengan sebutan nona, cukup memanggil siau-cui saja..." sela gadis berbaju keraton itu sambil tertawa,
"Sebenarnya apa yang telah terjadi? siapa yang telah menggantikan pakaianku?" siau-cui tertawa.
"Mana ada rumah semacam ini di dunia ini dan siapa pun susah untuk menerangkan tempat macam apakah ini, anggap saja sebagai suatu impian yang akan meninggalkan kenangan manis..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Keadilan I
De TodoBagaimanakah jika tiga orang wanita yang bukan hanya sangat cantik tetapi memiliki kesaktian, kekuasaan, kecerdikan luar biasa mencintai seorang pria yang dalam banyak hal tidak melebihi dari para wanita yang mengejarnya? Lim Han Kim dan adik angkat...