BAB 46 Dewa Jinsom Melawan Empat Iblis

1.8K 32 1
                                    

Phang Thian hua mengalihkan perhatiannya ke wajah Coat pin taysu, tegurnya: "Kitab pusaka Tat mo ie cin keng merupakan pusaka andalan perguruan anda, bagaimana mungkin bisa sampai dicuri orang? Kau harus menerangkan hal ikhwal terjadinya peristiwa ini.,."

Pemilik bunga bwee yang selama ini membungkam tiba-tiba menyela pula dengan nada dingini "sebenarnya kitab pusaka Tat mo ie cin keng sudah kusimpan dalam peti dan siap kukembalikan dalam keadaan utuh. Kalau ingin mencari dalang dari hancurnya kitab itu, kita harus mencari orang yang telah menghancurkan peti serta membakar kitab pusaka tersebut"

Phang Thian hua mendengus dingin-

"Hmmm seandainya peti itu tidak diberi perangkap alat rahasia, sekali pun peti itu kuhajar berapa kali pun tak mungkin kitabnya bisa terbakar secara tiba-tiba...."

"jangan mencari kambing hitam" bantah pemilik bunga bwee sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. "Andaikata kau tidak menghancurkan peti itu dengan tongkatmu, bukankah kitab pusaka itu tetap akan tersimpan baik-baik di dalam peti kayu itu?"

Mendadak Coat pin taysu memberi hormat kepada pemilik bunga bwee, lalu ujarnya: "Ada beberapa patah kata lolap ingin bertanya kepada lo sicu, bersediakah kau memberi petunjuk?"

"soal apa?"

"Tolong tanya apakah kitab pusaka Tat mo ie cin keng ini kau ambil dari dalam kuil siau lim si kami?"

Ia segan menggunakan istilah " mencuri" atau " merampok" maka dalam kata-katanya pun kedengaran sangat halus dan sopan.

"Bukan" sambil tertawa pemilik bunga bwee gelengkan kepalanya.

" Kalau memang bukan sicu yang mengambil dari kuil kami, lalu dari manakah kau dapatkan kitab itu? aku harap sicu mau memberi penjelasan"

Pemilik bunga bwee tertawa jengah.

"Bagaimana pun juga kitab pusaka Tat mo ie cin keng toh sudah musnah, kalau kita harus membicarakan lagi sumber mula kudapatkan kitab itu... aku rasa beritanya sudah basi, Bagaimana kalau kita berganti acara dengan soal yang lain saja?"

" Kedatangan lolap untuk menghadiri pertemuan puncak para jago hari ini bukanlah bertujuan untuk merebut nama atau kedudukan terhormat dengan para jago lainnya. Kendati pun demikian, kitab pusaka Tat mo ie cin keng mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kuil kami, jika sicu enggan menerangkan masalah ini sejelasnya kepadaku, bilamana keadaan terpaksa mau tak mau terpaksa aku harus mencampurkan diri dalam peristiwa hari ini...."

Pemilik bunga bwee tetap duduk dengan tenang, air mukanya tidak menunjukkan perubahan apa pun, seolah- olah ia sama sekali tak pandang sebelah mata pun terhadap pendeta sakti dari siau limpay yang amat tersohor itu

"Jadi maksud taysu, kau hendak memaksa aku untuk mengembalikan sejilid kitab pusaka Tat mo ie cin keng yang asli untukmu...?" ujarnya pelan,

"Kami partai siau lim mempunyai peraturan perguruan yang amat ketat. Kami tak pernah memojokkan orang, kami pun tak pernah mengandalkan kekuatan untuk menindas kaum lemah. Andaikata kitab pusaka Tat mo ie cin keng itu memang bukan sicu yang curi, tolong sicu sebutkan saja siapa pencuri yang sebenarnya, tapi kalau sicu tak dapat menjawab siapa pencuri-nya... terpaksa aku akan memberanikan diri untuk mengundang sicu ikut kami berkunjung ke kuil siau lim si"

Pemilik bunga bwee tertawa terbahak bahak.

"Ha ha ha..-. sudah lama aku dengar pemandangan alam di sekitar bukit siong san amat indah. Bila taysu sudi mengundangku untuk berkunjung ke kuil kalian, dengan senang hati aku akan memenuhi undangan itu, cuma kita baru bisa berangkat apabila urusan di sini telah rampung"

sekali pun ia tidak secara langsung menerangkan asal mula kitab Tat mo ie cin keng itu, tapi dari nada pembicaraanku samar-samar orang bisa mendengar bahwa dia belum pernah berkunjung ke bukit siong san, itu artinya kitab pusaka Tat mo ie cin keng bukan dia yang curi.

Pedang Keadilan ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang