BAB 54 Meredanya Badai ( TAMAT )

2.3K 59 2
                                    

"Kalau dia sudah pergi, apa lagi yang akan kalian bicarakan dengan aku?" kata seebun Giok-hiong dingin, "Aku hanya kalah di tangan orang she-Pek itu, sedang kalian adalah panglima yang kalah perang di tanganku, orang bilang panglima yang kalah perang tak boleh bicara, kalau kalian yang merundingkan syarat denganku, bukankah kejadian ini sangat menggelikan?"

Para jago segera menunjukkan wajah tersipu-sipu, tak seorang pun sanggup menjawab, Setelah hening berapa saat, ketua Hian-hong-kau baru berbicara:

"Kami sedang menjalankan perintah dari tuan Pek untuk berunding dengan nona seebun."

"Kalau begitu bicaralah" kata seebun Giok-hiong sambil tertawa.

"Kami hanya ingin membujuk nona agar tinggalkan pikiran untuk merajai dunia persilatan dan tidak membuat keonaran lagi di dunia" ucap Ciu Huang.

"ooh, kalian ingin membujukku agar mengurungkan niatku untuk membalas dendam?"

"Meskipun seebun Hong suami istri mati karena kami kerubuti, namun nona tidak seharusnya menggusarkan jagad gara-gara persoalan ini."

"Jadi kalian sudah siap untuk bunuh diri di depan meja abu orang tuaku?"

"Bukan begitu, tapi aku berjanji akan berusaha semampuku untuk mengundang semua jago yang terlibat dalam peristiwa hari itu untuk melangsUngkan pertarungan habis-habisan melawan nona, apa bila nona sanggup menghabisi kami semua, dengan belasan lembar nyawa untuk ditukar dengan nyawa orang tuamu,rasanya kau sudah untung banyak."

"semisalnya mereka yang terlibat sudah mati duluan, apakah kedudukannya akan digantikan putra putrinya?"

"Apakah nona yakin dapat membinasakan kami semua?"

seebun Giok-hiong segera tertawa.

"Tentu saja ada, bukankah peristiwa semalam merupakan bukti yang nyata?"

" orang bilang, bila seseorang telah mati maka dendam pun ikut dibawa mati, bila orang itu benar-benar sudah mati duluan, nona pun tak usah mengusutnya lagi, sebab kalau ingin mencari dalang yang sebenarnya dari peristiwa dulu, aku Ciu Huanglah dalang utamanya, sedang mereka yang lain hanya kena bujukanku."

"Jadi kau ingin menanggung dosa semua orang? Menurut pengusutanku ada tiga orang yang menjadi dalang atas kematian orang tuaku, selain kau masih ada lagi Li Tong-yang serta Thian hok-sang ini"

Tiba-tiba Li Bun-yang menjura seraya menyela:

"Aku Li Bun-yang adalah keturuan dari Li Tong-yang, sampai waktunya aku bersedia mewakili orang tuaku."

Ciu Huang menghela napas panjang, selanya:

"setengah tahun berselang aku telah dikerubuti orang sampai terluka parah, jadi nona yang melakukan hal tersebut?"

"Aku juga heran, padahal mereka sudah menusuk tubuhmu dengan tujuh belas tusukan, kenapa kau belum juga mampus?"

"Cepat atau lambat aku pasti sumbangkan nyawaku ini kepada nona, kenapa kau mesti terburu napsu..."

Kemudian setelah berhenti sejenak. kembali katanya:

"Bagaimana nona seebun, setuju tidak dengan usulku?"

"Kalau tidak setuju?"

"Dari pada dikemudian hari nona masih mengacau ketenangan dunia persilatan, maka lebih baik kita selesaikan saja persoalan tersebut saat ini juga." seebun Giok-hiong segera tertawa tergelak.

"Hahahaha...jadi kalian beranggapan punya kemampuan untuk mengungguli aku sekarang?"

"Bertanding beda sekali dengan pertarungan adu jiwa, kalau pertarungan biasa mungkin orang hanya mencari kesempatan untuk meraih kemenangan, sebaliknya kalau adu jiwa maka tujuannya adalah menghabisi nyawa musuh, kekuatan yang dipakai pasti berbeda."

Pedang Keadilan ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang