5| Jebakan Batman

2.6K 183 2
                                    

JEBAKAN BATMAN

BAGIAN LIMA

••••
A.n : tinggalkan vote sebelum baca.
Minta spam komen boleh? Kalo komennya banyak ntar sore atau malem gue update lagi.

Happy reading!
•••

Bulan melepaskan cardigannya yang basah lantas menyampirkannya di lipatan lengan sebelum sudut matanya menangkap sekumpulan wartawan yang siap meliput.

"Damn." Bulan langsung menarik tangan Bintang, cowok itu belum siap dan nyaris saja terjungkal jika saja tak mampu menyeimbangkan tubuh. Berlari tunggang langgang menghindar dari kejaran wartawan, wajah Bulan sudah memerah padam. Terlebih kini dirinya berlari dengan Bintang di trotoar jalan yang ramai.

"Belok sini, ikut gue!"Bintang menarik tangan Bulan agar tak berbelok memasuki gang, menariknya memasuki Minimarket. "Lo...,"tunjuk Bulan tepat di wajah Bintang dengan kesal, menurunkan kembali telunjuknya ketika Bintang menarik tangannya agar menunduk—bersembunyi di rak-rak minuman dan snack. Mata Bulan memicing kesal memandang Bintang, intinya semuanya karena Bintang.

Bintang menghembuskan napasnya panjang, melirik sekilas keluar Minimarket dan para wartawan yang kini berjalan melewati Minimarket tanpa menoleh. Bagaimana wartawan itu tiba-tiba muncul? Bintang menyeka peluh di dahinya, mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan.

Plak!

"Buat lo yang berani-beraninya nyium gue." Bintang memejamkan matanya menahan perih di pipi kirinya, "dan ini buat lo yang buat gue... harus lari... lari kaya gini."satu tamparan mendarat di pipi kanan Bintang. "Cowok sialan lo!"

Bulan menghentakkan kakinya dengan kesal, keluar dari tempat persembunyiannya dan berlalu pergi begitu saja setelah membeli sebotol air mineral. Hanya tersenyum judes tak ramah sama sekali ketika sang kasir meminta untuk berfoto bersama dirinya.

"Sori Mas, saya lagi badmood. Gak bisa foto."ketus Bulan yang kemudian meneguk air mineralnya hingga tandas. Memicingkan matanya menatap Bintang sebal kemudian benar-benar keluar dari Minimarket.

Bintang tersenyum kecut, mengelus kedua pipinya yang kini memerah. Mengambil satu cup popmie dan air mineral kemudian meletakkannya dengan kasar di kasir. "Berapa, Mas?"tanya Bintang tidak santai, melampiaskan emosinya pada kasir polos yang tak mengerti apa-apa ini.

"Delapan ribu, Mas!"jawab sang kasir tak kalah nyolot. Cukup sudah menjadi korban pelampiasan para pelanggannya. "Nih, kembaliannya buat lo!"

"Ini uang pas, Mas."dengan kesal kasir itu meremas-remas uang dari Bintang dan memasukkannya dengan sebal kedalam laci uang. "Emang duit gue pas, masalah buat lo?" mengambil cup popmie dan botol minumnya dengan kasar, Bintang keluar dari Minimarket. Menghembuskan napasnya kesal setengah mati.

"Kalo putus mah gitu, gue yang selalu jadi pelampiasan."curhat sang kasir kemudian menghempaskan tubuhnya duduk di kursi. Menyipitkan matanya memandang Bintang tidak suka—yang kini duduk di depan Minimarket sambil menunggu popmie nya matang.

----

Suasana kantor radio tak terlalu ramai ketika Bulan melangkahkan kakinya di wilayah lobi. Ada beberapa karyawan yang menyapanya hangat sementara sisanya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Bulan mengangkat tangannya mengikat rambut lalu memasuki studio. Sudah ada dua orang penyiar yang tengah break sembari memutarkan lagu hits.

Bulan & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang