28 | There For You

1.5K 123 3
                                    

T h e r e f o r
Y o u

28 (a)

____

Pura-pura baik-baik saja itu hanya menyiksa diri. Pura-pura tidak peduli apalagi. Mengikuti jadwal kesibukannya yang hanya berkutat dengan syuting, pemotretan dan wawancara, Bulan mulai bosan. Kalo kata orang rindu itu menyiksa, kata Bulan rindu itu menyenangkan. Intinya sekarang Bulan rindu Bintang. Iya, gitu.

"Jus mangga pake susu full cream. Pake potongan mangga sama es krim vanila." Bulan menoleh keluar jendela. Seperti biasa kondisi jalan selalu ramai lancar. Namanya juga ibukota.

Kodratnya para cewek itu gengsian. Gengsi bilang kangen duluan dan bilang maaf terlebih dahulu. Bulan jadi bimbang. Masalahnya sekarang tanggal 25 Desember. Dia jadi ingin menangis.

"Bilang enggak. Bilang enggak. Nggak kangen tapi bohong. Kangen tapi gengsi." Bulan merengut, "ah bodolah!"  menghela napas lelah, Bulan menyandarkan kepala di kaca.

Harusnya liburan natal, Bulan bisa jalan-jalan ke Jepang, lihatin salju terus guling-guling biar puas sekalian teriakin nama Bintang kalo Bulan itu sayang beneran. Tapi, dia tidak mood liburan. Voucher jalan-jalannya ke Bali yang diberi Dera jadi hangus, tidak berguna juga.

"Lo denger nggak, gue kangen."

____

"Halah. Lo sih, masa cewek terus yang ngejar. Capek kali, mengejar tapi lo nya terus lari gak mau berhenti." Rega berkomentar. Cowok itu baru selesai berkeramas, siap-siap buat latihan basket rutin.

"Ya terus gue mesti gimana lagi? Dia juga gak ada bales chat sama telpon gue."

"Usahalah. Gitu aja langsung loyo," cibir Rega. "Lo ikut main enggak?"

"Gue lagi punya rencana lain. Sekarang tanggal 25 kan?"

"Yaiyalah, sekarang kan natal, bego!" dengus Rega langsung keluar dari kamar kosnya. "Gue mau ke lapangan depan, kunci pintu kalo mau pergi."

"Iya. Hush! Sana pergi lo!"

Bintang tersenyum lebar, ia yakin idenya ini akan berhasil. Tanpa membuang waktu ia langsung beranjak dari kos Rega. Tidak lupa mengunci pintunya pula.

"Ngejar ya? Ngapain susah-susah kalo jalan bareng aja bisa?" kemudian ia tertawa, cukup keras tanpa tahu kondisi.

"Kalo mau gila, ya lihat tempat juga, bro." Jono berdiri disamping Bintang, berkomentar. Bintang mendengus, melirik sinis pada Jono, semenjak hantu komplek itu jomblo, entah mengapa sering mengikuti Bintang. Katanya biar ada kerjaan.

"Lo! Bisa nggak jangan ikutin gue mulu! Kesel gue liat muka lo." Bintang setengah berlari menuju motornya. Tapi, namanya hantu juga berlari secepat apa pun, tetap dapat mengejar.

"Gini loh bro, gue kasi perumpamaan. Sejauh apa lo lari kalo gue niat ngejar, bisa nyusul lari lo juga, kan?" Jono tertawa, tawa sumbang. Lantas ia mengedipkan sebelah mata dan menghilang.

_____

Bulan uring-uringan. Harusnya ini hari termemorable, ia melihat sekali lagi jam dinding. Pukul sepuluh malam, lantas tertawa miris.

"Bahkan lo gak ngucapin gue selamat ulang tahun." Bulan tertawa, mengusap air matanya yang tiba-tiba jatuh. Menelungkupkan wajahnya di atas bantal, ia memilih tertidur. Meski matanya enggan terpejam.
"Jadi sekarang namanya apa? HTS? Apa sebenarnya ini udah putus tanpa kata-kata?" lirihnya dengan suara serak. Lelah berpikir, matanya perlahan terpejam. Tertidur berharap mendapat mimpi indah.

___

"Yakin lo?"

"Iya, gue yakin. Udah lo tunggu aja disini, jagain kalo ada orang liat."

Rega mendengus, ia menguap sambil mengawasi lingkungan komplek. Sementara Bintang langsung melompat memanjat pagar.

"Oiy, kotaknya kasiin ke gue!"

"Ini lo pake acara kaya maling segala sih? Pencet bel biar dibukain gerbang kan bisa!" Rega tak berhenti menggerutu. Dengan decakan ia melemparkan kotak yang dimaksud Bintang melewati pagar.

"Udah lo gak usah banyak komen, gue kan mau nyuri." Bintang tertawa hambar. Ia berjalan santai di halaman depan rumah mewah bercat putih itu. Mengusap-usap lututnya yang terkena sedikit debu, senyumnya mengembang.

"Gue lagi usaha noleh ke belakang ngehampirin elo."

"Mana? Lo gak noleh ke belakang, lo liat depan biar gak kesandung kerikil."

"Jon, bisa gak lo gak muncul tiba-tiba?" Bintang mendelik kesal. Kenapa Jono ini kurang kerjaan sekali?

"Gue kan mau jadi saksi."

"Tau gak, biasanya orang ketiga itu setan."

"Emang gue udah jadi setan kali."
Dan kali ini saja, rasanya Bintang ingin menghajar Jono agar mati dua kali. Tak mempedulikan lagi Jono, Bintang akan menjalankan rencananya.

___

"Hai, gue minta maaf." Bintang berkata seorang diri. Ia masih mengamati ruang gelap dimana hanya ada satu penerangan lampu tidur yang menyala redup.

Melangkah pelan, Bintang duduk di tepi ranjang yang langsung berderit ketika ia duduki. Bulannya tertidur, tik tok jam dinding menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Bintang tersenyum, mengulurkan tangannya mengusap pipi Bulan pelan.

"Hay, Bulan. Lo tidur ya?" kata Bintang sedikit berbisik. "Kalo lo gak percaya kata-kata gue, gapapa. Gue cuma mau bilang, gue juga terlanjur jatuh cinta sama lo."

Kemudian hanya hening dan suara jarum jam yang mendominasi. Bintang sedikit menunduk, berbisik pelan tepat disamping telinga Bulan. "Happy birthday." kemudian dikecupnya dahi Bulan, cukup lama. Sekali lagi Bintang tersenyum. Untuk kali ini saja ia ingin sekali melihat Bulan tersenyum padanya.

"I love you."

____

TBC 

Bulan & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang