P a c a r a n
A l a
B i n t a n gBAGIAN DUA PULUH TIGA
•••
Dua hari setelah deklarasi kata jadian, tidak ada perubahan yang terjadi. Tidak ada pesan ucapan selamat pagi dan memberi semangat, tidak ada dering panggilan masuk di malam hari, tidak ada perhatian kecil seputar pertanyaan sudah makan atau belum. Semuanya masih sama---datar. Bulan menghela napasnya, riasan di wajahnya baru saja dibersihkan setelah pemotretan selesai. Berulang kali ia mengecek ponsel nyatanya tak ada notifikasi atas nama Bintang Pramuja. Padahal ini malam minggu, dan Bulan punya pacar baru harusnya ia pergi jalan-jalan bersama pacar. Bukan bermuram durja meratapi ponsel tanpa ada notifikasi.
"Ck, pacaran gak pacaran sama aja. Apa bedanya kalo kaya gini?" gerutunya kemudian menopang dagu dengan wajah memberengut. Sebelah tangannya lantas berselancar di dunia maya, sekadar melihat-lihat isi timeline instagram atau mengurangi kegabutan dengan menonton di chanel youtube.
"Mbak, disuruh keluar sama mbak Dera,"kata Aldi--salah satu kru pemotretan yang berbadan cukup cungkring. Bulan mengangguk, menyampirkan slingbag miliknya di bahu kemudian menemui Dera.
"Kebiasaan lo," decak Bulan ketika mendapati Dera yang tengah duduk di pelataran dengan sebatang rokok yang mengapit di sela bibir. Gadis itu memang perokok aktif yang kebetulan terpengaruh pergaulan anak ibukota jaman now. Sayang usianya sudah tua tapi kelakuan masih saja layak bocah dan semena-mena.
"Sepet lidah gue, nih bonus buat lo,"kata Dera menyodorkan dua lembar tiket. Bulan buru-buru mendekat, menerima uluran tiket dari Dera lantas membacanya dengan saksama. Kedua matanya berbinar senang lalu terlonjak memeluk Dera dengan erat. Menghujaninya dengan kecupan tanpa ampun, "sumpah, tumben banget lo baik gini sama gue? Makasih sayangku."
Dera melengos, mengusap bekas-bekas ciuman Bulan di wajahnya, "dibaikin aja baru sayang-sayang. Enyah sana lu!"
"Thank you bos! Bye!" Bulan melayang-layangkan tiket di genggamannya ke udara. Senyumnya tercetak sempurna. Dengan senandung pelan ia menuju dimana mobilnya terparkir. Langkahnya terhenti, memandangi sosok tegap yang tengah bersandar di kap mobilnya dengan wajah datar tanpa dosa.
"Setelah ngebuat gue uring-uringan dua hari, berani banget nongol tanpa dosa." Bulan berkacak pinggang. Ia mengamati Bintang dengan saksama, bagaimana bisa baru dua hari tidak bertemu namun Bintang tampak berbeda. Cowok itu bahkan seperti kebiasaan, menyukai memakai kaos bewarna hitam polos dan jaket jeans.
"Ngapain lo disini? Gak ada kabar terus sekarang nongol seenaknya."
Bintang mengamati Bulan dengan saksama, sudut bibirnya sedikit terangkat sebelum mendekat menlingkarkan tangannya melewati bahu Bulan, menyandarkan kepalanya di ceruk leher Bulan mencari tempat ternyaman.
"Lo...lo---" Bulan tergagap, oke-oke, semua ini terlalu mendadak dan tiba-tiba baginya. Wajahnya memanas tak terkendali membuat dirinya kelabakan.
"Bentar gue lagi capek, jangan ngomel,"bisik Bintang yang justru membuat Bulan geli.
Demi neptunus!!
Bulan mengerjap, mengapa jantungnya menjadi jumpalitan tidak normal begini? Dengan ragu ia balas melingkarkan tangannya di punggung Bintang, "emm... Elo abis ngapain emang?"
"Rapat." Bintang melepas pelukannya, kembali berdiri tegak, "udah, sekarang gue mau pulang."
Lah? Udah gitu aja? Dewi batin Bulan memberontak tak terima. Ia menahan lengan Bintang yang hendak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan & Bintang
Fiksi Remaja[COMPLETED] Bintang selalu merasa bahwa cinta tak pernah berpihak padanya. Sebagai mahasiswa desain komunikasi visual dan Presbem FSRD, kegiatan hariannya padat. Kisah cinta pandangan pertamanya pada Biru Cendana berakhir tragis--penuh keegoisan. L...