K e s e p a k a t a n
B A B 2 2
Bulan sama sekali tak menyurutkan senyumnya meskipun pipinya lama-lama terasa pegal. Alasannya pun ia tak mengerti, apakah memang sesederhana itu untuk membuat dirinya langsung melambung.
Jadi, bukankah intinya kata Bintang di telepon tadi akhirnya mereka baikan, sesimple itu kan?
"Lo dari tadi senyum-senyum mulu, gak gila kan?"Bulan memutar mata, menatap Dera malas. "Bukan urusan lo, btw Der, akhir pekan gue pengen libur ya,"pintanya yang langsung dibalas gelengan spontan.
"Gak ada, lo udah ada schedule buat casting film posesive."
"Yah,"rengek Bulan lantas menghendikan bahunya lemas, tidak ada liburan akhir pekan ini. Menguap pelan ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Ada tugas kuliah yang harus ia selesaikan segera dan dikirim email. Sesibuk apa pun, pendidikan tetap prioritas utamanya.
Membuka pintu kamarnya pelan, aroma strawberry langsung merasuki indra penciumannya. Kamar dengan nuansa biru langit itu tampak penuh, beringsut menuju meja belajar, Bulan mengambil buku gambar dan pensil warna.
"Galaksi kemana ya?"
Menoleh ke arah jendela samping, kamar Galaksi tampak kosong. Mungkin tetangganya itu tengah pergi kuliah atau mungkin kerja. Menghidupkan layar laptop, Bulan mulai mencari-cari inspirasi. Dia suka mendesain baju-baju impiannya, cita-citanya menjadi seorang desainer harus pupus ketika Papanya meminta ia masuk jurusan hukum.
"Bul, ada yang nyariin,"sang Mama memanggil dari celah pintu yang terbuka.
"Siapa Ma?"
"Tuh lihat aja di bawah!" Bulan pura-pura merengut namun tak ayal berlari menuju ruang tamu pula. Larinya menuruni tangga spontan melambat ketika mendapati seseorang yang tak terduga berkunjung ke rumahnya. Masih menunduk memainkan ponsel dan tak menoleh ke arah Bulan, Bulan akhirnya berdehem pelan.
"Oh."
Bulan menarik senyum lebar, tanpa babibu langsung duduk disamping Bintang, tidak memberikan jarak sama sekali membuat dahi Bintang berkerut.
Geser!"Bulan menggeleng, "setelah kesepakatan kita ditelepon dan lo sampe dateng ke rumah gue, gue memutuskan kalo kita sekarang harus jalan!"
"Apaan, enggak mau."
"Gak menerima penolakan, tunggu bentar gue siap-siap."
Siap-siap ala perempuan memang sangat membosankan. Bintang mulai menguap karena menunggu kelewat lama, hampir tiga puluh menit ia menunggu hingga menghabiskan lima bungkus permen kopi agar membuatnya tak mengantuk. Berdecak tak sabaran, Bintang baru saja akan beranjak pergi ketika Bulan keluar dari kamarnya dengan tergesa-gesa.
"Tang, tunggu kali!" teriak Bulan sambil berlari menuruni anak tangga. Gadis itu tersenyum lebar menyadari warna pakaiannya yang senada dengan yang Bintang kenakan.
"Bawa mobil gue aja, diluar mendung."
"Hm,"gumam Bintang mengiyakan. Setelah memasukkan motornya ke dalam garasi, ia beringsut memasuki mobil Bulan yang tengah dipanaskan.
"Kuy jalan!"
"Kemana?"
Bulan tampak berpikir sejenak, "sebenarnya gue pengen ke timezone."

KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan & Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Bintang selalu merasa bahwa cinta tak pernah berpihak padanya. Sebagai mahasiswa desain komunikasi visual dan Presbem FSRD, kegiatan hariannya padat. Kisah cinta pandangan pertamanya pada Biru Cendana berakhir tragis--penuh keegoisan. L...