TAWARAN KONTRAK (1)
BAGIAN ENAM BELAS
PART PERTAMAJohan benar-benar marah besar, setibanya di rumah, Bintang langsung dihadang di depan pagar rumah. Ayahnya itu seperti memegang senapan laras panjang di tangan--senapan mainan yang sebetulnya milik Bintang sewaktu masih Smp. Sayangnya Ayahnya itu sebenarnya pun memiliki senapan asli yang tersimpan di laci kamarnya. Aura mencekam sudah dapat Bintang rasakan ketika ia baru saja akan membungkuk mencium tangan Johan namun justru ditodong senapan pas di kepala.
"Angkat tangan! Ikut saya ke ruang interogasi!"
Ruang interogasi yang dimaksud Johan adalah ruang bawah tanah yang sebetulnya adalah sebuah ruang latihan. Bintang menunduk lesu, nasibnya benar-benar sial.
Ruangan bawah tanah yang berpencahayaan cukup dari sinar bulan dan lampu kuning itu membuat Bintang mengernyit. Bau kelembaban dan aroma ruangan yang khusus disukai Ayah langsung masuk ke dalam indera penciumannya. Meletakkan tas punggungnya di sofa, Bintang mengekori Johan lagi.
"Lepas baju!"
Mati. Bintang bernapas pasrah, sudah tanda-tanda jika ia akan dilatih ala militer lagi oleh Ayahnya.
"Push up 50 kali!"
Satu.
Dua.
Sepuluh.
Lima belas.
"Yah, gosip itu bohong, beneran. Aku gak ada ngapa-ngapain di hotel, cuma tidur."
"Cuma tidur?" Johan mengangguk paham, "tambah 25 kali."
Tiga puluh.
"Ayah mau ketemu sama gadis itu."
"Aku lagi dalam posisi tidak baik sama dia, Yah."
"Kalian lagi marahan gitu maksudnya?"
"Iya,"jawab Bintang mulai lelah pada hitungan ke empat puluhnya.
"Lari keliling komplek lima kali kalo udah selesai." Johan berbalik duduk di sofa, sembari mata elangnya mengawasi hukuman yang diberikannya pada Bintang. "Hitung yang benar! Lima puluh satu, lima puluh dua, lima puluh satu."
"Lima puluh tiga, ayah!"
****
"Demi citra dan karir Bulan ke depan, gue pikir kita perlu skenario yang oke, lo ada ide kagak Der?" Hengki duduk di kursi kebesarannya dengan layar tv menyala di ruangan. Sementara Dera sibuk mengurusi aplikasi sosial media milik Bulan yang mulai error.
"Skenario?"
Hengki mengangguk, "iya. Kita temuin dulu cowok bernama Bintang itu. Ajak kerjasama."
Dera dengan cepat menangkap maksud ucapan Hengki, ia mengangguk mengerti. "Gue setuju, gue udah ada ide."
Setelah hampir dua puluh menit terjebak dalam perjalanan menuju salah satu kampus ternama jakarta itu, Dera memarkirkan mobilnya lalu menghambur bersama para mahasiswa kampus. Sekilas penampilannya memang mirip dengan mahasiswa lainnya hanya saja rambut ungunya yang lebih mencolok. Dari mengorek sumber informasi yang didapatnya, langkah Dera terayun menuju sebuah lingkaran forum diskusi di dekat lapangan.
Mendapati sosok Bintang yang tengah menyampaikan pemaparan materi pada forum, Dera ikut bergabung dalam lingkaran forum. Gadis itu diam mengamati, dahinya berkerut samar kemudian ketika forum diskusi pertanyaan dimulai, ia mengangkat tangannya.
"Halo. Gue Dera, pertanyaan gue, berapa nomor ponsel lo?"
Dera tersenyum miring, dia tahu pasti banyak yang akan memandanginya aneh, tapi masa bodohlah. Bintang mendengus samar, akan tetapi tetap pula menyebutkan nomor ponselnya. Sejujurnya nomor ponselnya itu sudah seperti konsumsi publik.
"Abis acara, ngobrol berdua boleh?"
Sekali lagi sikap Dera benar-benar di luar dugaan. Terlalu agresif jika dilihat dari sudut pandang Bintang. Acara forum selesai tak lama kemudian, tanpa membuang waktu Dera langsung menarik lengan Bintang.
"Halo, gue Dera."
"Ya. Gue tahu,"jawab Bintang malas. Moodnya dalam keadaan tak terlalu baik karena hukuman yang diberikan ayah semalam benar-benar membuat tubuhnya remuk redam.
"Bisa ngobrol sebentar?"
"Ini lagi ngobrol."
"Tolong jangan bikin gue kesel,"kata Dera geram. Tanpa meminta persetujuan Bintang, ia menarik Bintang menuju lokasi parkir mobil.
"Jadi lo mau ngomong apa? Bisa nggak, gak usah tarik-tarik!"
"Gak bisa, gimana?"
"Jauh-jauh dari gue, lo kaya hama."
Dera memutar bola matanya kesal, keduanya sudah duduk di dalam mobil, lalu suara alunan musik rock tak lama terdengar mengisi sunyi sepanjang perjalanan.
----------
Sori pendek cuy, gue ngeblank akhir-akhir ini dan sibuk pake banget #gakadayangnanya
Intinya bagian enam belas bakalan pecah menjadi beberapa part
Tinggalkan tanda bintang dan ulasanmu di cerita ini
Xie xie
Ef
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan & Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Bintang selalu merasa bahwa cinta tak pernah berpihak padanya. Sebagai mahasiswa desain komunikasi visual dan Presbem FSRD, kegiatan hariannya padat. Kisah cinta pandangan pertamanya pada Biru Cendana berakhir tragis--penuh keegoisan. L...