19 (1) | Konspirasi

1.6K 125 0
                                        

KONSPIRASI

BAB SEMBILAN BELAS
BAGIAN SATU

---

Panas terik matahari membuat beberapa orang mengeluh, terutama Biru yang wajahnya mulai terbakar dengan kemerahan. Merapatkan topi di kepalanya, ia mengangkat kembali toa yang ada di tangannya--mendekatkannya ke mulut lantas berbicara dengan lantang.

"Untuk peserta training cowok ke sebelah kanan ikutin Saka, yang cewek ke gedung III ikutin Gigi!"titah Biru kemudian menurunkan toa dan bergabung bersama gerombolan anak bem lainnya yang mengawasi keberjalanan acara training khusus sekolah bangsa--Sekolah Bem Fsrd.

"Ga, lo gak ada kerjaan kan sekarang?" Biru bertanya pada Rega yang tengah bersandar di pilar. Rega meliriknya sekilas, menyugar rambut gondrongnya dengan jari baru menjawab, "banyak kerjaan gue."

"Mana? Lo nganggur aja daritadi. Mending sekarang ikut ke gedung II deh,"perintah Biru lagi.

"Kerjaan gue banyak, bernapas, berdiri, liatin rumput, ngehitung semut--"

"Gue serius,"gertak Biru mulai kesal.

"Gue juga. Nah, apalagi ini, lebih serius..." Rega melambaikan tangannya pada Bulan. Gadis itu setengah berlari menghampiri Rega dan hanya melirik Biru malas.

"Lo seneng amat main ke fsrd? Gak punya kerjaan lagi? Pamor turun?"

Bulan mendengus, mengabaikan Biru lalu mengajak Rega ngobrol random. Rega tertawa cekikikan sementara Biru memutar bola matanya kesal. Diangkatnya toa yang tadi diletakkannya lagi, "Bye!"teriaknya dengan toa tepat disamping telinga Rega dan Bulan. Tanpa bersalah dia langsung melangkah pergi, tak mengindahkan umpatan sumpah serapah Bulan maupun Rega. Masa bodoh.

*
*

"Jadi lo ngapain ke fsrd lagi? Nyari Bintang lagi?" kini keduanya duduk di bangku depan koridor. Sembari mengamati air mancur mini depan koridor Bulan mengangguk. "Cenayang lo lama-lama."

"Sekali-kali nyariin Rega gitu dong, Bul."

"Kapan-kapan aja ya," kata Bulan terkekeh pelan. Menoleh ke kiri kanan memastikan tak ada keberadaan Bintang, Bulan lantas berbisik di telinga Rega. Cowok itu mengerjap tak percaya dan menggelengkan kepalanya dramatis.

"Apa? Gue gak setuju ah,"kata Rega memberengut. Bibirnya mengerucut maju tanda tak sependapat.

"Please, bantuin gue kali ini aja."

"Gak ikhlas gue."

"Gue bayar deh, Ga,"mohon Bulan sekali lagi. Matanya mengerjap-erjap lucu membuat Rega tak kuasa mendengus karena luluh akan tatapan mata memohon Bulan.

"Fix, deal. Bayarannya lo jadi pasangan gue waktu wisuda."

"Beres."

"Oke, deal?"

"Deal."

*
*
*

Bintang mendengarkan dengan saksama penjelasan Danu---mahasiswa baru yang tengah mengikuti training. Menurutnya Danu ini punya potensi lebih untuk dikembangkan sebagai leader. Dengan menyilangkan salah satu kakinya, Bintang bersandar pada punggung kursi.

"Jadi pada dasarnya----"

"Cek-cek, pengumuman, ditujukan kepada saudara Bintang Pramuja Alditya diharapkan segera menuju sumber suara... Sekali lagi, ditujukan kepada saudara Bintang---"

Tanpa mendengarkan lagi suara pengumuman di speaker, Bintang bangkit berdiri setelah melambaikan tangannya pada Adam.

"Ada apaan sih?"gumamnya dengan langkah kaki terus menelusuri koridor kampus. Hari sabtu memang kebanyakan mahasiswanya libur kecuali memiliki kegiatan organisasi atau semacamnya. Dengan langkah cepat, Bintang sampai di ruang sekretariat. Dahiya berkerut karena pintu sekre yang terkunci.

"Harusnya ada yang jaga nih."

Berdecak, Bintang mencari kunci di atas kotak surat sekre bem, putaran engsel pintu terdengar diikuti deritan pintu terbuka. Ruang sekre gelap total.

"Mati lagi, heran, bayar ukt mahal juga,"gerutunya sembari menyalakan saklar berharap lampu menyala.

Remang-remang ruang sekre perlahan menjadi terang benderang, bersamaan dengan senyum terkembang Bulan yang Bintang lihat. Gadis itu memegang kue tart dengan sebuah lilin diatasnya.

"Happy birthday!" pekik Bulan riang.

Dahi Bintang mengernyit, ia melirik Rega dan Saka yang hnya mengangkat bahunya.

"Selamat ulang tahun pacar, tiup lilinnya dong, make a wish dulu."

"Gue---"

"Doanya dalam hati dong,"omel Bulan memotong perkataan Bintang.

"Tapi---"

"Ih udah, langsung tiup aja deh, udah gue doain."

Bintang mendengus malas, ditiupnya lilin itu hingga padam.
"Gue gak ulang tahun hari ini."

Bulan menatapnya bingung, "Ulang tahun gue masih bulan depan, hari ini ulang tahunnya Rega."

Bulan mengerjap pelan, perlahan kepalanya tertoleh kepada Rega yang menyengir lebar. Jika dilihat-lihat Rega itu unik.

"Sengenes ini lo gak ada yang ucapin selamat ulang tahun?"

Bulan menggeleng pelan, tanpa pemberitahuan ia melemparkan roti tartnya di wajah Rega. Tak bersisa.

"Selamat ulang tahun, Ga. Makin lama skripsinya ya...."

"Sialan doa lo."

"Aminin aja."

"Amin."

"Gue pengen nabok lo,"tanpa peduli lagi, Bulan melayangkan tangannya ke lengan Rega. Memukulinya bertubi-tubi tanpa peduli tatapan Bintang padanya yang bermakna ganda.

***

| TBC |

Vote dan koment,

15/10/2017

Bulan & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang