DUEL
BAB DELAPAN BELAS
BAGIAN KEDUA***
Hujan lagi, Bulan menghembuskan napasnya pendek, sekilas ia menatap langit yang mendung kemudian menengadahkan telapak tangannya merasakan sensasi air hujan. Isi pikirannya kemudian melanglang kemana-kemana. Dua hari sejak kejadian di tempat wushu itu, dia belum bertemu lagi dengan Bintang. Pak Barto--sopir pribadinya datang tak lama kemudian sembari membawakan payung, Bulan memasuki mobil. Kali ini ia memiliki jadwal pemotretan produk permen coklat. Kebetulan Bulan suka coklat.
"Mbak, ini saya mampir ke tukang bakso dulu ya... lapar,"kata pak Barto yang diangguki Bulan. Mobil itu kemudian berbelok ke jalan lain menuju kedai bakso yang biasa menjadi langganan.
Buliran air hujan mengembun dikaca jendela mobil, sekilas Bulan terpaku pada jalanan. Pada seorang pengendara mobil yang tengah bersenda gurau menanti lampu merah menjadi hijau. Hati Bulan mencelos, nyatanya ia masih tidak rela melihat kebersamaan Devin dan Bela. Hingga tatapannya bersipandang dengan Devin terhalangi kaca mobil, Bulan enggan mengalihkan tatapan lebih dahulu, itu artinya kalah jika ia mengalihkan pandang.
"Cowok brengsek!" umpatnya pelan hampir tak bersuara.
Devin menyeringai tipis, melemparkan ciuman udara yang membuat Bulan mengernyit jijik. Mengangkat jari tengahnya ke udara, Bulan berkata sinis, "bedebah!"
Melemparkan punggungnya pada sandaran jok, Bulan lebih memilih memejamkan matanya. Suara hujan mulai teredam bersamaan dengan tidurnya yang mulai lelap.
***
"Abang, kapan ajak pacar abang ke rumah?" Embun menuangkan sayur sop ke dalam mangkok, wanita itu tengah menyiapkan makan malam sementara Bintang duduk bersila menonton tv dengan rambutnya yang masih basah sisa selesai mandi.
Embun berdecak ketika Bintang tak menjawab pertanyaannya, dengan perasaan gondok ia menjewer telinga Bintang hingga cowok itu sedikit merintih menahan sakit.
"Aduh, aduh sakit bunda,"rengek Bintang menahan tangan Embun yang bersiap semakin menjewernya.
"Dasar kids jaman now, ditanya orang tua ya melengos,"kata Embun kemudian mendengus, "Mamih tuh kesel sama kamu."
"Bunda bukan mamih."
"Mamih aja biar kedengaran gaul."
Bintang menghela napas, "astaga bunda, jangan ketularan mpok-mpok komplek deh."
"Bunda tuh sering baca berita kamu di lambe nyinyis, kamu diam-diam pake pelet ya sampe dapet pacar artis?"
"Astaghfirullah! Bunda jahat banget fitnah aku kaya gitu."
Embun hanya menghendikkan bahu, kembali berjalan menuju dapur untuk mengangkat kue dari oven. Jalannya agak berlengak-lenggok bak supermodel yang cukup membuat Bintang tercengang.
"Bunda butuh piknik!"
"Bawa pacar kamu ke rumah atau gak bunda restui kalian?"
"Gak usah restuin aja udah."
"Aw." Bintang memegangi jidatnya yang kena lemparan sendok. Cukup nyeri dan terasa nyut-nyutan.
"Bawa Bulan ketemu bunda atau kamu gak boleh ikut aksi lagi?"
"Astaga." Bintang bernapas pasrah, dibenturkannya dahinya di sandaran sofa. Hingga cubitan di lengannya membuat ia menoleh, Mentari berdiri di belakangnya membawa baskom berisi penuh oleh strawberry kemudian menyengir lebar.
"Mau strawberry bang? Aku abis petik dari kebun tante Mayang,"kata Mentari kelewat riang.
Bintang melirik strawberri itu sekilas, sekelebat memori melintas di benaknya. Mengerjap pelan Bintang meraih dua buah strawberri dan memakannya sekaligus.
"Manis gak bang?"
Bintang mengangguk.
"Oiya, bang, aku tadi beli liptint rasa strawberri." Mentari menunjukkan liptint barunya yang dibeli dengan diskon 20%.
"Esensinya nunjukkin ke abang buat apa?"
Mentari tersenyum miring, "siapa tahu kak Bulan suka liptint strawberri."
Liptint dan strawberri. Dua hal yang membuat Bintang mengingat Bulan, merasakan pikirannya yang nyeleneh tak jelas Bintang beranjak berdiri.
"Muka abang kok merah?"
"Ngaco!" Bintang mengibaskan tangan, berjalan cepat menghampiri kulkas mencari persediaan makanan. Sayangnya hanya makanan berasa strawberri yang lagi-lagi Bintang temui. Yogurt strawberri, susu strawberri dan es krim strawberri.
"Jangan sentuh es krimku abang!" Mentari memperingati. Tapi Bintang abai, ia meraih satu cup es krim strawberri dan menentengnya ke dalam kamar. Menutup pintu kamarnya rapat-rapat lalu berguling di atas kasur.
"Shit! Kenapa kebayang terus!"
****
Dont forget to give your vote and comment.
Love you
Af
12/10/2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan & Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Bintang selalu merasa bahwa cinta tak pernah berpihak padanya. Sebagai mahasiswa desain komunikasi visual dan Presbem FSRD, kegiatan hariannya padat. Kisah cinta pandangan pertamanya pada Biru Cendana berakhir tragis--penuh keegoisan. L...