31 |Sweet And Sour

1.6K 131 3
                                    

S w e e t A n d S o u r

____

Kehebohan foto studio belum usai begitu saja setelah dua jam berlalu. Dengan dalih meminta pertanggungjawaban telah menyeburkan dirinya ke kolam--Johan benar-benar seolah mengerjai Bulan habis-habisan.  Kali ini ia harus mencarikan pakan ikan koi  dan burung dengan jalan kaki di tengah teriknya matahari.

"Ayah lo emang gitu kah orangnya?" jujur Bulan ingin jengkel tapi ia urungkan. Mentari yang diminta menemani hanya menghendikkan bahu. Kata Ayah Johan yang terhormat, Bintang tidak boleh menemani. Hitung-hitung sebagai percobaan masa pingit. Lah? Bulan juga tak habis pikir. Pingit apanya coba cuma beberapa menit dan ketemu lagi.

"Ayah emang kadang sekocak itu." Mentari mulai bercerita, "tapi sekalinya udah tegas. Kita semua gak ada yang berani."

Bulan mengangguk paham.
"Lo udah punya pacar?"

Mentari terkejut sebelum menyengir lebar, "Sebenarnya gue mau sombong sih." cengiran Mentari membuat Bulan menatapnya semakin penasaran.

"Gue gak punya pacar." Mentari terkikik mendapati peralihan ekspresi Bulan yang begitu cepat, terlihat kesal. "Tapi tenang... Tenang gue punya gebetan. Ada tiga."

"Laris juga ya lo."

"Woo ya jelas. Gini gini gue primadona jangan salah. Kalo kata kids jaman now itu the most wanted."

"Hidih." Bulan berlagak tak percaya, "ceritain gebetan-gebetan lo coba?"

"Sip." Mentari mengangguk semangat. Ia mengarahkan untuk jalan berbelok ke kanan sebelum mulai bercerita. "Yang pertama namanya Samudra, nih dia gitaris band sekolah gitu. Cakep pokoknya sayangnya cuma satu, agak player gitu. Yang kedua namanya Gema... Nih cowok ya, beuh, tajir abis, ke sekolah bawaannya ducati. Keren gak tuh?" Mentari bercerita dengan 1001 macam ekspresi. Bulan mengangguk meminta kelanjutan cerita. "Ada sayangnya juga sih ini Gema, dia cuek dan agak pendiam. Masa kadang harus gue terus yang chat duluan, tapi dia super duper peka--"

"Nah itu tempat beli makanan Jaenab." Mentari memutus ceritanya ketika mereka tinggal menyeberangi jalan menuju Lala Petshop.

"Mas, kaya biasa ya."

Oh, bahkan gadis itu sudah hapal apa aja yang harus dibeli. "dan yang ketiga nih kak, yang roman-romannya kayanya mau nembak gue entar malam, namanya Shidiq, anak kuliahan semester pertama yang ganteng pake banget. Kita sih kenalannya dulu waktu gue nonton di XXI sendirian. "

"Terus lo mau nerima Shidiq itu?"

"Belum tahu gue. Sekarang gue mau nanya deh kak, dulu bang Bintang nembaknya gimana?"

Nembak? HAHA!

Bulan tersenyum semanis mungkin, mengibaskan rambutnya ke belakang bak iklan shampo pantene.

"Lo mau tau banget?"  sedikit menunduk, Bulan berbisik, "Gue yang nembak duluan."

Dan Mentari terpana.

#B u l a n &  B i n t a n g#

"Tang, oy, oy. Lo tau gak pulpen gue kemana?" Adam gelisah sendiri, berjongkok mencari keberadaan pulpen standarnya yang menggelinding saat ia menulis di meja.

Bulan & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang