S e p a t u k a c a
M e l e d a k (2)
27 (c)
______
Ini super pendek. Iya, nikmatin aja.
Vote komen jangan lupa. Maksa banget deh. Yaudah, bye... Gue mau ngepaper.
Semoga, agar supaya....________
"Gak mau!" tolak Bulan mentah-mentah. Ia langsung berjalan cepat memasuki rumah tanpa mendengarkan Bintang sama sekali.
"Tukang bohong! Gue gak percaya. Pulang aja sana!" pekiknya lalu pintu rumah ia tutup keras-keras, setengah membanting.
"Bul, ntar malem diajak Redi dinner,"celetuk Dera tanpa tau sikon.
"Apa?" sinis Bulan langsung berhenti menaiki tangga menuju kamar.
"Iya lo diundang Redi buat makan malam."
"Makan aja tuh makan malam sendiri!"
"Lo harus dateng dong, gue udah iyain." Dera setengah membentak dan memaksa.
"Ya terserah lo. Tinggal batalin!" Bulan tak kalah meninggikan suaranya.
"Apa susahnya sih? Tinggal lo dateng, duduk, makan, udah gitu doang. Redi itu orang baik-baik."
"Dan lo orang terbrengsek yang pernah gue kenal. Pergi lo dari rumah gue! Gue gak peduli lagi sama ucapan lo! Sepupu laknat, manajer sialan! Matre! Gak guna!" Bulan terus mencaci maki sembari menaiki tangga. Tak lama kepalanya terasa pening karena terkena lemparan sepatu.
"Shit!""Makan tuh sepatu!" Dera berderap pergi dengan wajah memerah menahan emosi.
"Pergi aja lo gak usah balik lagi kesini!"
Blam!
Pintu kamar bewarna putih itu terbanting. Dengan napas kembang kempis, Bulan langsung berlari menuju jendela, mengintip dari balik tirai kamar. Nyatanya Bintang kini tengah memandang ke arah jendela kamarnya. Buru-buru ia langsung berlari melompat ke atas ranjang.
"Hash! Pengen makan orang!" Bulan meninju bantalnya, marah. Mengacak-acak rambutnya, ia mendesah lelah. Tak lama terdengar suara lemparan batu mengenai kaca jendelanya.
"Apaan lagi sih?!" Bulan menyibak tirai jendela. Bintang masih berdiri di halaman rumahnya, melemparkan senyum termanis yang baru kali ini Bulan lihat.
"Semua cowok itu sama aja, brengsek!" gerutu Bulan lantas berniat menutup kembali tirai jendelanya.
"TERSERAH LO PERCAYA APA ENGGAK!"
Bulan urung menutup tirai, ia terdiam. Tak menyiakan waktu ia langsung menuju balkon dengan sepasang sepatunya. Senyum Bintang melebar tatkala melihat Bulan keluar untuk melihatnya kembali.
"JADI LO PERCAYA, KAN?"
"Enggak! Pulang aja sana!" cewek pms memang luar biasa seram. Menghindar dari lemparan sepatu yang dilemparkan Bulan padanya, Bintang justru tertawa. Ia memungut sepatu Bulan yang terlempar lantas menentengnya.
"Gue bilang pergi!" dan satu lemparan kembali mengarah pada Bintang, hampir saja mengenai kepala jika reflek menghindarnya tidak baik.
"Makasih ya sepatunya, ntar gue jual buat modal ngelamar lo." Bintang tertawa sembari menjauh. Menenteng sepasang sepatu bewarna pastel itu pergi. Menyisakan Bulan yang masih berdiri di balkon dengan wajah merah padam namun diam-diam tersenyum.
____
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan & Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Bintang selalu merasa bahwa cinta tak pernah berpihak padanya. Sebagai mahasiswa desain komunikasi visual dan Presbem FSRD, kegiatan hariannya padat. Kisah cinta pandangan pertamanya pada Biru Cendana berakhir tragis--penuh keegoisan. L...