Dont move but i need to breath_ BAGIAN DUA PULUH LIMA _
Kudanil, koala, kera, kenanga!!
"Itu nama bunga kali!"
"Yaudah ulang-ulang!"
Abcde-fghij
"Berawalan huruf J, dua kata ngegambarin gue apa?" Bulan cengar-cengir tanpa dosa sementara Bintang mangut-mangut. "Jelek, judes,"jawabnya enteng, sukses menerima tabokan panas di lengan.
"Jahat!"
Bintang menyandarkan tubuhnya pada kap mobil. Jadi, setelah berdebat penuh otot menentukan dimana lokasi mereka akan jalan, berakhirlah mereka di sebuah rest area dan justru bermain tebak kata dengan huruf.
"Umur lo berapa?"
Bulan mengedip-edipkan matanya, mendadak teringat jika seminggu lagi ia berulang tahun.
"Dua puluh kurang tujuh hari lagi."
"Oh."
Udah gitu doang? Bulan cemberut tidak terima. Bintang ini sejenis tak peka kode atau memang pura-pura tidak peka?
"Kirain lo masih lima belas."
"Sialan!"
Bintang tersenyum miring, menghadapkan tubuhnya ke arah Bulan sehingga mereka saling berhadapan. "Tadi lo ngumpat ya?"
"Iya, kenapa? Gak terima?" tantang Bulan pura-pura sok galak.
"Nih, sialan! Brengsek! Bajingan! Kutu air! Kampret! Anjir!" katanya justru mengabsen satu-satu kata umpatan. Bintang menghela napas, memandang ke arah langit yang bersinar terik sejenak sebelum menoleh tiba-tiba mencuri satu kecupan singkat di bibir Bulan.
"Satu dua tiga empat lima enam!" Bintang mencuri satu kecupan lagi, "lo masih utang lima ke gue. Sebanyak lo ngumpat."
Bulan berdiam masih merasa di awang-awang. Lututnya mendadak terasa lemas seketika. Sudut matanya melirik Bintang yang kini menatapnya geli, sumpah!
"Kok lo ngeselin sih! Kam--" cup.
"Tenang, utang lo masih tetap lima jadinya."
Wajah Bulan memerah sempurna, buru-buru ia masuk ke dalam mobil dengan menutupi wajah. Ia malu. Sangat!
***
Bulan kesal. Karena Bintang jantungnya jadi tidak berhenti berdebar tak karuan. Gara-gara cowok itu, ia menjadi agak pendiam tidak cerewet cerita ngalor ngidul selama perjalanan yang entah sekarang akan kemana. Memasuki wilayah yang agaknya sedikit menanjak kemudian berbelok cepat, Bulan menghadapkan wajah ke jalanan yang lenggang.
Ini dimana? Jangan-jangan gue diculik!
Pikirnya panik. Ia menoleh spontan ke arah Bintang. Cowok itu duduk tenang sembari fokus menyetir.
"Lo gak niat mutilasi gue kan?"
"Boleh juga ide lo."
Bulan bergidik, rupanya ia terlalu overparanoid. Duduk mepet pada pintu, ia menyilangkan tangan di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan & Bintang
Novela Juvenil[COMPLETED] Bintang selalu merasa bahwa cinta tak pernah berpihak padanya. Sebagai mahasiswa desain komunikasi visual dan Presbem FSRD, kegiatan hariannya padat. Kisah cinta pandangan pertamanya pada Biru Cendana berakhir tragis--penuh keegoisan. L...