Butterfly
.
.
.I've been afraid
I've been away too long
Every city whispering your name
Wont ask you to wait
But darling when i get home
I am hoping that you might still feel the same-Beautiful Things
Torry Kelly.
.
.Kata siapa Ldr itu gampang, walaupun hanya tidak bertemu dua bulanan tetap saja yang namanya rindu itu berat. Pake banget. Bintang benar-benar hilang kabar. Tidak ada chat, panggilan telepon dan sejenisnya. Ratusan pesan yang dikirim sama sekali tak dibaca.
"Apa gue udah diputusin tanpa kata-kata?" Bulan mengeluh pada Dera. Dera sudah teramat bosan mendengarkan rengekan Bulan setiap harinya. Jadi perempuan itu lebih memilih fokus main ludo di tabletnya.
"Bukannya elo yang mutusin duluan waktu itu?"
"What the!!" Bulan melemparkan bantal sofanya ke arah Dera, "Gak ya, waktu itu kan sok-sok ngancem doang gue."
"Ya salah lo, bocah banget sih kelakuan."
"Lo bukan ngasi gue solusi malah makin bikin down." Bulan semakin memggerutu. Satu janjinya ketika Bintang menampakkan diri, Bulan akan melemparkannya ke kandang anoa.
.
.
.
."Sumpah bang, elo penjahat perasaan tau nggak, apa sih susahnya balas chat kak Bul, gue jadi tempat sampah omelan kak Bul terus tau tiap hari." Mentari menarik tangan Bintang menuju taksi pesanannya, karena titah sang abang yang baru saja melandas kembali di Jakarta itu, Mentari harus rela tidak streaming youtube demi menjemput di Bandara.
"Pake gak boleh kasi tau kalo mau balik segala, kalian masih pacaran gak sih?"
Bintang menghela napasnya, memutar snapbacknya ke belakang dan hanya menghendikkan bahu. "Diem deh, berisik banget dari tadi. Sini peluk dulu, kangen."
"Ini rambut pake diwarnain segala, mentang-mentang!"
"Diem ya Tari! Abang kan lagi kangen."
Mentari semakin menggerutu, "dasar kelakuan. Gak usah peluk-peluk sana jauh. Peluk sedetik bayar 50 ribu."
.
.
.S
atu
Dua
Tiga.
....
Lima puluh lima langkah. Bulan berhenti tepat dihitungan kelima puluh lima paving jalan yang ia tapaki. Demi menghilangkan bosan ia jadi berbuat apapun menghilangkan kegabutan. Langitnya terlalu cerah dan cukup panas membuat ia terpaksa mengenakan topi. Lagu yang berputar dari handphonenya melalui earphone masih terdengar hingga kemudian ia memutuskan untuk duduk di bangku kayu di bawah pohon.
"lo lagi ngapain?" gumamnya diikuti helaan napas. Memainkan kerikil-kerikil dengan ujung kakinya, Bulan menunduk. "Gue sekangen itu sama lo."
Bulan tahu dia memang cengeng banget. Dikit-dikit nangis kaya anak tk. Tapi sekarang Bulan hanya ingin menangis sendiri sepuasnya."Kangen! Dasar kutu anoa gak punya perasaan, emang di luar negeri gak ada wifi apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan & Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Bintang selalu merasa bahwa cinta tak pernah berpihak padanya. Sebagai mahasiswa desain komunikasi visual dan Presbem FSRD, kegiatan hariannya padat. Kisah cinta pandangan pertamanya pada Biru Cendana berakhir tragis--penuh keegoisan. L...