11 | Sleep

1.7K 121 0
                                    

SLEEP

BAGIAN SEBELAS

••••

WAJAH yang terlelap tanpa terusik membuat Bulan tersenyum tipis. Setibanya di kamar hotelnya, yang katanya Bintang hanya ingin numpang ke toilet justru tertidur di sofa. Cowok itu terlihat nyenyak dalam tidurnya membuat Bulan tak tega membangunkan.

"Dasar pelor teriak pelor,"cibir Bulan. Tangannya menggaruk kepalanya yang sama sekali tak gatal. Jika ia membiarkan Bintang tidur di kamarnya artinya mereka sekamar berdua. Tidak-tidak! Buru-buru Bulan menggelengkan kepalanya ketika sepintas membayangkan yang iya-iya.

"Astaga! Busuk banget otak gue. Ketularan Galaksi ini." Bulan menghendikkan bahu, "Lagian gue sering sekamar sama Galaksi dan aman." Bulan meyakinkan diri sendiri. " Oke. Mari kita tidur."

Nyatanya Bulan sulit memejamkan matanya, ia hanya berguling ke kanan kiri tak nyaman. Matanya mengerjap cepat kemudian dipaksakan menutup.

"Ya Tuhan!" Bulan mendesis kesal, menyibakkan selimutnya hingga terjatuh ke lantai, kakinya menghentak menghampiri Bintang.

"Woy, Bintang kecil di langit yang biru, bangun!" Bulan menusuk-nusuk pipi Bintang dengan telunjuknya.

"Woy, Bintang!" Bulan menggeplak lengan Bintang namun sama sekali tak berefek.

"Lama-lama gue nyanyiin lagu bintang kecil juga nih!" gerutu Bulan mulai tak sabaran. Tubuhnya mulai lelah butuh istirahat cukup. Tanpa babibu lagi, Bulan menendang Bintang hingga cowok itu terjatuh ke lantai. Seketika Bintang terbangun, matanya memerah khas bangun tidur dan linglung.

"Bunda! Kan abang bilang banguninnya jam lima pagi aja. Ini masih jam tiga Bunda!" kata Bintang tak sadar dengan suara seraknya. Bulan berdecak ketika tubuh Bintang kembali terlelap dengan bergelung di atas lantai. Kaki panjang cowok itu tertekuk lantas meringkuk bak bayi besar butuh kehangatan.

"Nyusahin!" sekali lagi Bulan menendang kaki Bintang namun Bintang masih bergeming. Putus asa, Bulan melompat ke atas tubuh Bintang, menduduki perutnya dan memukul-mukulnya asal-asalan.

"Astaga! Sesak napas gue." Masih dengan mata terpejam, Bintang menyingkirkan Bulan dari atas perutnya dengan mudah. Matanya sayu-sayu memandang Bulan samar-samar kemudian lekas berdiri.

"Kok aku tidur di lantai sih, Tari? Kamu nendang abang ya? Jahat ya, kamu!"

Bulan terdiam melongo, Bintang justru membaringkan tubuhnya di atas kasurnya yang empuk. Menghentakkan kakinya serta mengacak rambutnya penuh frustasi, Bulan tertawa garing terputus-putus.

"Dia ngigau? Oh my god!"

"Kebo! Bangun! Minggir dari kasur kebesaran gue!" Bulan mengeram frustasi. Bintang berdecak, lengannya terasa panas karena pukulan tangan Bulan di lengannya semakin keras. Dengan gerakan cepat, ia menarik lengan Bulan hingga gadis itu jatuh berbaring disampingnya.

"Rewel mulu kamu, Tari. Abang tuh capek!"gumam Bintang terpejam. Menarik Bulan dalam dekapannya, suara dengkur halus samar kini terdengar. Bintang kembali terlelap dalam tidurnya sementara Bulan terdiam kaku dengan mata yang mengerjap-erjap tak percaya. Rasanya hangat. Kepalanya mendongak sedikit, sedikit merunduk agar tak terantuk dagu Bintang, Bulan terperangah. Wajah Bintang terlihat sangat berbeda jika diamati dari jarak sedekat ini. Aroma parfum Bintang menenangkan syarafnya perlahan membuat kelopak matanya menutup karena terasa berat.

"Good night."

----

Kecanggungan itu masih terasa namun Bulan segera tepis bayang-bayang jika semalam dirinya tertidur di pelukan Bintang. Astaga! Membayangkannya saja membuatnya merasa malu. Pagi buta, ia terbangun tanpa bantuan alarm. Sebuah rekor jika Mamanya tahu. Mengendap-endap turun dari kasur, Bulan segera berlari ke kamar mandi membasuh wajahnya cepat.

Memandangi pantulan dirinya di cermin, Bulan menggelengkan kepalanya pelan. Tangannya meraih sikat gigi dan mengoleskan pasta di atasnya.

"Ghi-lwa! O..mouuu na!" kata Bulan tak jelas, suaranya tersamar karena gerakan menyikat giginya. Berkumur cepat, Bulan menghela napas. Kembali keluar dari kamar mandi, ia memungut handuk dan pakaian untuk diboyong ke kamar mandi. "Masih aja molor!"
Bulan melirik jam dinding, masih menunjukkan pukul setengah lima pagi bahkan adzan shubuh baru saja berkumandang. Suara gemericik air dan kumandang adzan membuat Bintang terbangun, tangannya mengucek mata.

"Gue di mana?" gumamnya linglung. Duduk melamun memandangi seisi kamar, Bintang kembali menguap.

"Gimana gue bisa terperosok nyampe sini?" Bintang kembali terlentang di atas kasur. Kakinya bergerak-gerak bak berenang kemudian kembali duduk. Suara decitan pintu yang terbuka membuatnya menoleh.

"Udah bangun lo?" kata Bulan sok tak acuh.

"Gue kok bisa tidur di sini?"

Bulan memutar bola mata, "gara-gara lo gue jadi tidur di sofa." Bulan memegangi pinggangnya. "Duh! Pinggang gue jadi encok tahu!"

"Maafkan hamba, tuan putri,"kata Bintang pura-pura menyesal padahal wajahnya menyengir lebar tak berdosa.

"Sekalian gue numpang kamar mandi, bye!"

Bulan bernapas lega ketika pintu kamar mandi tertutup. "Wah! Untungnya dia lupa."

----
T

bc

Bulan & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang