17 (1): Tantangan

1.6K 136 3
                                    

TANTANGAN

BAB TUJUH BELAS
BAGIAN SATU

MARAH, jelas saja jika Bintang marah besar. Dia tidak suka hal privasinya diganggu, tidak dihargai dan dijadikan lelucon. Melirik layar tv yang menayangkan gosip. Matanya memutar jengah, menghela napasnya pendek, Bintang berbaring menatap datar langit-langit kamar. Hujan turun deras diluar sana diiringi embusan angin pelan yang menggoyangkan tirai kamar.

Tiupan angin pelan ditelinganya membuat Bintang memejamkan mata. Tidak perlu memastikan Bintang tahu itu ulah Lela yang mencoba mengusilinya. Konon Lela adalah penunggu rumahnya sejak jaman penjajahan dengan markas utama di pohon jambu belakang rumah. Hantu satu itu memiliki wajah serupa turunan jepang khas dengan kimono dan rambutnya yang dikepang rapi.

"Kamu... Kenapa murung?" bisiknya lirih, jelas jika Lela yang entah nama aslinya siapa itu tipikal manusia perhatian. Matanya serupa warna obsidian dengan wajah putih khas turunan jepang.

"Kenapa?" Bintang membuka mata, bersitatap dengan Lela. Lela justru tersenyum lirih, duduk ditepi kasur dan memandang rintikan hujan yang turun.

"Saya sedih jika kamu juga sedih, apa karena kamu masuk benda tipis yang menyala itu?"

"Itu namanya tv, Lel."

"Ah, iya, maksud saya tv."

"Hm. Gak penting juga sih," kata Bintang lesu, Lela itu seakan kakak pengertian jika saja dia masih hidup. Sayangnya, Lela tak kasat mata, dia tak bisa disentuh pula.

"Cerita aja sama saya, saya memang belum tentu bisa ngasi solusi, tapi saya pendengar yang baik."

"Hm. Gue cuma lagi kesel, apa yang lo lakuin ketika privasi dan hal pribadi lo diusik orang lain? Kesel, kan? Gue begitu." Bintang membuang napas pelan, "Gue tipikal orang yang gak suka orang lain masuk sembarang dalam urusan pribadi gue. Termasuk masalah percintaan gue, suka-suka hati gue mau suka dan memilih siapa."

"Kamu suka sama Biru itu, bukan?"

"Ya, mungkin." Bintang menghendikkan bahunya, tak mengerti juga dengan hatinya.

"Wanita rambut ungu itu mengancam kamu apa?"

"Satu hal sakral yang tak boleh orang lain tahu."

***

"Maksud lo apa-apaan sih, Der? Egois tau gak?" Bulan meluapkan emosinya seketika ketika berhadapan kembali dengan Dera. Sayangnya, manajer sekaligus sepupunya itu tengah santai ongkang-ongkang kaki sambil memotong kuku kakinya.

"Sumpah! Lo dengerin gue gak sih?" 

"Denger kok, denger. Berisik lo!"

"Lo keterlaluan!"Bulan mengeram kesal, wajahnya memerah marah. Tanpa berkata-kata lagi, ia beranjak menuju kamar. Membanting pintunya keras-keras lalu meraih ponsel. Klarifikasi hubungannya dengan Bintang sudah tayang di infotaiment, mengacak rambutnya kesal, Bulan membuang napas panjang.

Hujan sudah reda sejak lima belas menit yang lalu, berdiri di balkon kamarnya, Bulan bersandar pada birai. Ada satu pesan masuk dari nomor tak dikenal.

Temuin gue sekarang, di Dandelion.

Biru

Bagaimana Biru mendapat nomor ponselnya? Dahi Bulan mengernyit. Baru juga dia dari Dandelion.

Ok. Sekarang.

Lagi. Bulan meraih kunci mobil, kembali menuju dandelion.
Perjalanan tak selama sebelumnya, kali ini jalanan tak terlalu macet, mungkin orang-orang malas keluar karena hujan. Hujan selalu disalahkan.
Di kafe itu, Biru memilih lantai satu, ada penampilan band yang baru saja dimulai. Gadis itu mengenakan jaket jeans dengan rambut terikat rapi dan kacamata kuda yang tampak lucu.

"Gue kira lo gak bakalan datang,"kata Biru tanpa basa-basi.

"Lo perlu apa sama gue?"

"Gue?"Biru tersenyum tipis, "mau lo jauhin Bintang. Dia incaran gue, ngerti?"

Bulan menggeleng, "Gue gak ngerti, gimana dong?" Tawa Bulan terdengar kemudian, entah menertawakan apa.

Tatapan Biru berubah tajam, gadis itu meneguk lemon teanya sebelum kembali berkata, "Kalo gitu, kita perang!" dan sebuah guyuran lemon tea mengenai wajah Bulan. Merasakan bulir-bulir air yang merembes di pakaiannya, Bulan melotot marah.

"Itu balasan tumpahan choco lo waktu itu,"kata Biru tenang. Tangannya mengibas seolah mengusir debu.

"Lo, gue, satu lawan satu."

-----

Yoo, selamat membaca.
Tinggalkan jejak vote dan komen.

Info:: tiap part bakalan pendek-pendek, dibagi menjadi dua--tiga bagian. Biar fokus ajasih nulisnya.

Love you
Af

7/10/17

Bulan & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang