I L O V E Y O U
29
____
Bintang tahu dia bisa aja dibilang norak, tapi jatuh cinta emang membuatnya senorak itu. Terserah mau dikata dia alay, sok romantis atau apa, intinya ia hanya ingin menunjukkan satu hal pada Bulan. Bagaimana perempuan itu sudah mampu mengikat dirinya, harusnya Bintang yang mengikat. Kesan pertama Bintang terhadap Bulan adalah perempuan itu menyebalkan dan seperti hama. Kemudian perlahan hama itu berubah menjadi candu yang nyaris membuatnya gila.
Menengok sekali lagi pada perputaran jarum jam di pergelangan tangannya, Bintang mendongakkan kepala sembari berharap. Ketika suara ketukan langkah kaki menggema terdengar mendekat, senyumnya tak dapat ia tahan. Dari balik kegelapan cahaya remang-remang, Bintang berjalan mendekat tanpa menimbulkan suara.
"Halo! Apakah ada orang?"
Bulan celingukan, tangannya meraba-raba udara kosong mencari saklar lampu. Belum sempat ia menyalakan lampu sebuah layar dinding menyala memutarkan video berdurasi pendek.
Hanya video bertuliskan sebuah tulisan yang membuat Bulan hanya diam di tempatnya.Terima kasih sudah hadir di hidup gue.
Hanya kata-kata itu, tapi itu cukup berarti bagi Bulan. "Sialan, kaya gibi aja gue udah mewek," gerutunya. Bulan mencari lagi saklar lampu tapi pandangannya mendadak menggelap karna terhalang oleh telapak tangan yang menutupi matanya.
"Gue tahu ini Bintang."
"Selamat ulang tahun, sori telat," bisik Bintang dengan suara rendah. Cowok itu membawa Bulan duduk di lantai, melihat sekali lagi video yang diputar.
Oh, bahkan Bulan tidak menyadari kapan video itu diambil, jalan-jalan mereka di Yogyakarta dulu, kemudian foto-foto yang entah kapan diambil.
"Kayanya gue kena karma." Bintang mulai berbicara, ia menoleh memandang Bulan lekat-lekat, dalam diamnya ia tersenyum tulus, "Dulu gue selalu nyangkal, jadi pacar lo adalah sebuah kemustahilan dan hal teramit-amit yang pernah gue bayangkan."
Bulan diam, merengut seketika mendengar kata-kata terakhir Bintang,"Jadi gue rasa karma itu emang ada. Buktinya gue gak bisa kalo kehilangan lo sekarang."
Bintang menarik napasnya panjang, meraih tangan Bulan dan menautkan jari jemari mereka. "Gue minta maaf sama lo kalo kata dan sikap gue dulu terlalu nyakitin lo. Jadi," Bintang menjedanya cukup lama, ia bangkit dari duduknya lantas mengambil dua sarung tinju dan melemparkannya pada Bulan.
"Ayo kita tanding sekali lagi, yang kalah nurutin semua apa kata yang menang,"kata Bintang tiba-tiba. Bulan memandangi Bintang dengan dahi berkerut sebelum akhirnya ia tertawa lepas, segera memasang sarung tinjunya di tangan.
"Jadi pacar lo emang sesuatu banget ya, ulang tahun ditantangin adu tinju."
Bintang terkekeh pelan, mengangguk mengiyakan, "Iya, harus antimainstream."
"Siap?"
Bulan mengangguk, ia memulai ancang-ancang, tidak ada raut serius ia hanya menahan senyum geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan & Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Bintang selalu merasa bahwa cinta tak pernah berpihak padanya. Sebagai mahasiswa desain komunikasi visual dan Presbem FSRD, kegiatan hariannya padat. Kisah cinta pandangan pertamanya pada Biru Cendana berakhir tragis--penuh keegoisan. L...