"Ga, laporanku banyak, gue harus begadang."
"Jangan, begadang itu berat, lo ga akan kuat, biar gue aja."
Bintang mendengus, menggeplak dua kepala di depannya kemudian dengan santai duduk di sofa."Ga pantes lo berdua!"
Gigi memberengut lalu melipat tangan di depan dada, "Gini-gini gue cocok jadi Milea, ya gak Ga?"
"No way!" Rega menggeleng lalu menjauh dari jangkauan Gigi yang siap menendangnya. "Gimana sih Ga, lo kan tadi di pihak gue! Astaga!"
"Iyain aja, Mileanya Rega."
Bintang mengernyit, menatap Gigi dan Rega bergantian sebelum tersenyum-senyum sendiri. Senyuman cenderung mengejek Rega.
"Jadi kalian--?"
"KAGAK!" Rega menyela cepat, bergidik ngeri sendiri membayangkan jika ia berpasangan dengan Gigi yang belingsakan. "Amit-amit jabang bayi."
"Dikira gue juga mau sama lo, Ga. Iyuh!"
Bintang menghendikkan bahu, kembali fokus menatap ponselnya, mobile legend.
"Woy, gawat-gawat!" Adam masuk ke dalam sekre tergesa-gesa. Ia langsung menarik Bintang keluar dan berjalan terburu menuju ruang dekan kemahasiswaan.
"Ada apaan sih?"bingung Bintang yang tangannya masih ditarik Adam.
"Tahu gak, si Angga itu otaknya emang di dengkul! Lo mending ngobrol langsung sama pak dekan, beliau udah nungguin lo sebelum mau ke Thailand."
"Ngobrolin apa?"
"Masuk aja dulu!" Adam mendorong bahu Bintang hingga cowok itu terdorong masuk. Di kursi kebesarannya, dekan fakultasnnya duduk menanti. Tatapan penuh ketegasan itu sesaat membuat Bintang menciut, terlebih tak ada senyum ramah seperti biasanya.
"Selamat siang, pak."
"Silahkan duduk."
_____
Dua gaun bewarna kalem itu mulai ditunjukkan pada Bulan satu persatu untuk dikenakan. Pemotretan sudah sejak pagi dan hingga kini masih belum selesai. Masih ada dua gaun dengan make up yang harus dirubah lebih kalem. Bulan segera mengganti gaunnya, kali ini ia tidak terlalu rewel masalah kostum. Cukup hanya dengan diam, menyepam Bintang dengan chat yang sama sekali belum dibalas apalagi dibaca.
"Bul, udah belum?"
"Bentar." Bulan segera keluar dari ruang ganti. Nindita--sang make up artist langsung mulai mendandaninya.
"Lo seriusan udah putus sama pacar lo itu?" Nindita bertanya. Bulan meliriknya sekilas mengernyit tak mengerti. "Putus? Kok lo tanya putus sih, Ndi?"
Nindita masih meriasi wajahnya dengan memulas blush on, "Liat di akun gosip."
Bulan membulatkan mulutnya,"oh, gak. Masih baik-baik aja gue."
"Oh, kirain putus beneran. Lo tau gak Bul, kalo Bella bakalan main se-film lagi sama lo."
"Serius lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan & Bintang
Teen Fiction[COMPLETED] Bintang selalu merasa bahwa cinta tak pernah berpihak padanya. Sebagai mahasiswa desain komunikasi visual dan Presbem FSRD, kegiatan hariannya padat. Kisah cinta pandangan pertamanya pada Biru Cendana berakhir tragis--penuh keegoisan. L...