22. Hati

2.2K 144 2
                                    


"Ya maklum, gak ngerti. Nggak pernah kuliah"

"Yok kuliah di tempatku"

"Dimana?"

"Fakultas Ekonomi"

Fakultas Ekonomi. Ngitung duit aja sering salah!. Usaha duren Paman Jais aja rugi gara-gara salah sosok, salah hitung.

Duh, sebenarnya skill aku apaan sih?. Kadang ngiri orang pada kuliah akunya nggak.

Minder gak yah kalo punya pacar anak kuliahan, banyak pengalaman tapi akunya cuma tamatan SMA.

Tapi, kalo kuliah, aku bakal jadi juniornya si Jerry pasti. Ih, besar kepalanya.

Ngomong-ngomong sudah 4 hari si Jerry karbit kok gak ada WA aku. Dih, parah tu anak. Jangan harap aku bakal WA dia duluan.

Bohong deh kalo di kampus dia gak ada pacar. Lihat cewek pirang kemaren aja kayaknya udah gatal sama dia. Padahal pacarnya ada disitu. Siapa lagi Melani?. Kenapa sidang aja minta ditemani sama Jerry.

Walaupun gak ngerti masalah sidang menyidang. Rasanya aneh aja.

"Hiii, gimana? Ikut kakak yuk" kak Rahima ngagetin!

"Kemana?"

"Ke Kuala Tungkal, rias pengantin. Kan moodmu udah baikan ya?"

"Berapa lama?"

"Seminggu disana gak apa-apa juga. Kan kakeknya Lucca Disana"

"Alamak!, lamanya"

"Disini juga kamu gak ada kegiatan apa-apa" dia duduk di sampingku "Eh, atau kamu gak mau jauh ya dari Koko mu?"

"Apaan sih kakak, dia itu pacar bohongan untuk balas dendam ke kak Jaya"

"Bohongan, ntar jadi nyata"

"Dia udah ada pacar kok"

"Kok kamu ngomongnya sedih?"

"Dih, siapa yang sedih. Biasa aja" aku pasang senyum sarkatis "Eh kak, kakak kan pernah kuliah tuh. Kalau sidang perlu ya di temani?"

"Hmm,, iya. Ada teman, yang ada pacar, pacarnya yang nungguin. Tapi nunggunya diluar. Itu semacam support aja biar yang sidang semangat. Kalo aslinya sih didalam cuma ada mahasiswanya, trus dosen penguji beberapa orang sama dosen pembimbingnya"

Oo, begitu

"Lha, kan benar. Berarti Melani ada hubungan sesuatu dengan Jerry. Kenapa Jerry nemani dia sidang. Dih pake ngaku gak punya pacar dikampus pula"

"Eeh, kamu cemburu ya?. Mungkin aja teman. Gak tau kan?"

"Nggak ah. Ya udah, kapan berangkatnya?"

"Lusa"

"Sampe?"

"Kalo kamu mau seminggu ya gak apa-apa. Siapa tau bisa Move On dari duo J"

Apaan duo J

"Hitungannya berapa?"

"30%"

"45 dong"

"50, kamu yang urus semua"

"Aku kan gak tau make up"

"Kursus udah, sertifikat ada. Kamu itu kurangnya cuma percaya diri"

"Kak"

"Siap-siap, lusa kita perangkat. Kakak bawa Lucca soalnya. Gak ketanganan kalo kerja sendiri"

"Iya deh"

@@@

Duh, Tungkal keren.

Hampir seminggu disini tenang juga. Kayaknya bisa Move On dari kak Jaya.

Sinyalnya bagus. Tiap hari nongkrong di Ancol sama Iparnya kak Rahima.

"Kak, kalo usaha bagusnya apaan ya?"

"Kau kan lah ada usaha dengan kakak kau" Kak Nita logat Melayunya kental. Kalo orang baru ngiranya ngomong kasar pakai kau-kau.

"Itu usaha kak Rahima, maunya punya usaha sendiri. Im gak tau kemampuan Im apa. Makanya bingung mau usaha apa"

"Riasan make-up kau bagus tu. Kau tengok muka Yati yang macam orang laut tu jadi cantik. Ah tak usahlah nak berusaha. Cari laki kaya, kau kerja urus rumah, urus anak sama urus laki. Sudah, bahagiakah hidup kau"

"Nyari laki aja susah kak, apalagi nyari laki kaya"

"Disini Banyak, tapi duda mau?"

"Dih, untuk Kakak aja dulu. Aku_"

Aku tiba-tiba teringat Jerry.

Dia gak kangen aku?

Aku kan

Ya, aku kangen dia. Sumpah!

Kenapa tiba-tiba dia bisa senyaman itu. Paling ngerti, nyediain bahu waktu lagi sedih. Persis yang diomongin kak Rahima.

Hati, pasang tameng dong.

Aku gak boleh suka sama dia.

Banyak alasan aku tidak boleh suka sama dia.

Dia gak punya reaksi suka balik ke aku, jangan Cinde -cinta dewek-

Dia anak kuliahan, gak nyambung dengan aku yang tamatan SMA

Dia berondong, satu-satunya kriteria yang kuharap gak ada di jodohku.

Aku gak suka berondong

Sumpah!

Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang