29. Untuknya

2.1K 138 4
                                    

"Sinetron India kakak tuh di tonton"

"Nanti ah, kepoin kalian lebih seru kayaknya"

Iya, dia akhirnya benar-benar kepoin hidup aku. Tiap hari nelpon nanyain aku dan Jerry ngapain aja. Chat di whatsapp ngomongin apa aja. Dari pertanyaan mainstream hingga pertanyaan anti mainstream kayak merek sikat giginya sama atau nggak dan satu lagi, dia sempat-sempatnya nanya si Jerry sudah sunat atau belum dan kalo iya usia berapa.

"Dih, jangan lebay deh kak. Aku yang malu karna ke-kepoan kakak tau. Apaan lagi itu otak kakak mesum banget".

"Iiih, lebay. Ngapain malu, kan kamu gak nanya langsung juga. Nanya juga biasa aja dek. Dengar ya, Jerry itu kan sipit, kayak Lee Min Ho (kak Rahima baca : Le Min Ho). Siapa tau aja dia bohongan masalah kepercayaan, dia kan pintar, trus mungkin aja dia nipu kamu. Eh, kalau berhubungan dengan seseorang itu kamu harus tanya semua hal sama dia termasuk juga urusan sunat menyunat"

"Ih, Jijay!. Kalo gitu kakak aja sana pacaran sama dia"

"Ih, aku kan ada papanya Lucca yang tampan sejagad raya yang brewoknya kemana-mana"

"Ya udah urus papanya Lucca aja. Biar aku pacaran dengan cara aku sendiri dan pastinya gak lebay kayak kakak"

"Kamu kan gak ada pengalaman apa-apa. Hargai dong usaha kakak yang rela kesini demi bantuin kamu"

"Ya, tapi gak lebay kayak gitu kak"

"Oke deh, kali ini masukan kakak ini normal"

"Apa?"

@@@

Dua Minggu

Dua Minggu lukanya sudah kering. Untung saja rok nya lebih panjang dibawah lutut.

"Iya, penampilan kamu itu harus lebih fresh, feminim, lebih muda dan imut. Pake rok, kaos krem, rambut di kuncir samping, pake bando. Persis kayak artis Korea" ide kak Rahima.

Beberapa orang natapin aku yang duduk di bangku beton dibawah pohon besar. Yang kufikir saat ini, apa aku sudah terlihat seperti mereka?. Mahasiswa yang lalu lalang di Fakultas Ekonomi.

Suasana taman yang sepi tadi sudah mulai ramai. Sudah istirahat kali ya. Tangan kanan memegang hape tangan kiri memegang Tupperware set milik ibu. Ini ide Kak Rahima yang menurutku boleh dicoba. Tapi gimana kalo dia malu?.

"Hei" aku melihat dia menyapaku dari jauh.

Selalu Jerry seperti itu. Jeans, kemeja yang terkancing rapi, menenteng jaket, kacamata minus dan rambut yang tertata rapi. Hanya kali ini dia pakai sepatu.

Aku berdiri menyambutnya. Ah, biasanya tidak sekikuk ini. "Sudah istirahat?"

Dia senyum "Sudah, aku tidak menyangka kamu mau kesini"

"Maaf kalau itu mengganggu" aku canggung memintal rokku dengan jari telunjuk.

"Aku senang"

Dia senang?. Duh, aku kok jadi katrok gini?.

"Udah makan siang?"

"Belum, itu bawa apa?"

Angkat Tupperware set seperti rantang makanan tinggi-tinggi. "Aku bawa makan siang, ku fikir kalau makan siang di bawah pohon terlihat humm... romantis. Tapi, sepertinya tidak usah, terlalu ramai"

"Tidak, tidak apa-apa. Aku malah senang dengan ide itu. Aku sempat terfikir sebelumnya, tapi tidak ada yang menyediakan bekalnya" lihat keatas, dan sekeliling "Aku rasa disini bagus"

Duh, tiba-tiba pipiku memerah. Aku menyadarinya tanpa melihat cermin. Rasanya hangat ketika ia membentang jaketnya di rerumputan bawah pohon.

"Silahkan duduk nona" dia membantuku duduk dengan sangat sopan. "Hati-hati rokmu, nanti bisa jadi pemandangan bebas bagi mahasiswa mesum disini"

Aku mengangguk. "Terimakasih" aku tersipu.

"Aku tidak menyangka bahwa kamu akan semanis ini"

"Ha?"

"Ahahaha, pipimu merah"

Aku yang membuka Tupperware set isi bekal jadi batal dan langsung menutup kedua pipiku.

"Jangan bully ah"

"Jer, wah Lunch romantis ya?" tegur wanita sebaya ibu yang melintas.

"Ah iya Bu. Ayo gabung Bu"

"Ah, nanti saya ganggu. Saya mau kenalan, tapi nanti mengganggu, kapan-kapan aja"

"Ahahaha, ayo gabung aja sambil kenalan"

"Makasih deh Jer. Pak Graha udah nunggu di kantor pasti. Oh ya, nanti sekalian saya bilangin kamu gak ikut ya?"

"Ah, iya. Makasih Bu"

"Ayo, mbak"

Buset, aku di panggil mbak-mbak.

"Kamu ada acara?"

"Gak ada"

"Itu yang dibilang ibu tadi"

"Oh, pak Graha dosen di Fakultas Ekonomi nraktir orang kantor makan siang"

"Oo, begitu. Lha, kamu?"

"Makan siang disini sudah limited edition"

"Ih, apaan sih!. Lebay"

"Ini, kamu sendiri yang masak?"

"Iya dong. Kenapa? Ah, kan sudah biasa masak masakan aku dirumah"

"Iya sih, tapikan_"

"Koh Jerry" cewek kemarin nyapa rame-rame.

"Kak Raima" sapa yang berhijab. Aku lupa siapa namanya.

"Hai, ayo join"

"Gak ah, gak mau jadi obat nyamuk" mereka tertawa.

"Selamat makan siang koh, kak" ucap si jilbab sebelum ninggalin kami.

"Maaf ya kalo ideku bikin heboh satu kampus"

"Nggak, biarin aja mereka. Abaikan mata-mata yang memandang. Lagian kita juga gak buat_"

"Wih, Koh join yak!!. Lagi lapar nih, kiriman belom datang. Hai kak Raim, makasih yaa udah baik hati sama kami"

Anak Pe-ak si Nico dan konconya. Deh!

Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang