82. Sahabat

1.1K 119 19
                                    

Indo pingsan!.

Aku sudah duga bakal kayak gini kejadiannya. Untung indo tidak apa-apa. Setelah itu, kami mulai mencari Jun. Mulai dari sekitaran Jambi sampai ke Tangkit. Kak Besse dan suaminya juga ikut mencari.

"Kak Besse bilang, ada temannya yang melihat Jun di Sadu Im"

"Sadu?" ah, tentu saja tempat Vera!. Kenapa aku baru terfikirkan sekarang. "Kita kesana bang?"

"Iya, besok siang kita berangkat Im"

Aku mengangguk. "Kita pulang dulu bang, capek"

"Makan dulu yok Im. Abang lapar"

Aku mengangguk. Sepeda motor yang dikendarainya berhenti disebuah rumah makan padang.

"Jadi, gimana usaha abang?, merintis dari awal lagi?"

"Abang mau nyari pinjaman modal dulu Im. Kemarin ada ngomong sama kak Besse, dia mau minjamin modal. Cuma abang gak enak"

"Gak apa-apa bang, coba aja. Kan minjam bukan dikasih"

"Entahlah Im. Kamu akhir-akhir ini lebih sering sama Jaya. Kokomu mana?. Udah putus ya?"

Aku menunduk. Malas banget ngomongin ini. "Gak jodoh bang" aku menatapnya tersenyum.

"Dia udah nikah?. Tapi kalian cocok Im"

"Cocok kalo gak jodoh kan sama aja bang"

"Jadi sekarang kamu sama Jaya?, laki-laki itu kayaknya mapan sih. Punya mobil, penampilannya bolehlah. Tapi, abang suka banget sama karakternya Jerry. Sederhana, ramahan, gak nyangka kan gitu-gitu udah dosen. Master loh"

"Dia gak gitu kok bang, dia bohong"

"Bohong apa?"

"Dia itu sebenarnya bukan dosen, cuma mahasiswa di fakultas Ekonomi. Sengaja biar gak ketahuan dia Brondongnya Im"

"Hah?, nggak ah. Kayaknya gak bohong Im"

"Buktinya iya bang. Tuaan Im dari dia"

"Oh, abang gak nyangka"

"Maaf bang"

"Karena perjanjian itu makanya kalian bohong?"

Aku mengangguk.

"Dan Jun sudah tau semua makanya kamu hilang kontak sama dia?" tebaknya.

Dia sudah tau semua.

"Im, jangan bilang kamu putus dengan Jerry gara-gara Junaida!"

🌸 🌸 🌸

Sadu

Aku tidak mengabari keluarga di Sadu bahwa aku akan kemari. Menurutku, urusan Junaida lebih penting saat ini. Kami langsung menuju rumah Vera, tapi rumah itu kosong. Kata tetangganya Vera keluar beberapa menit yang lalu. Kau tau bersama siapa?, ya Junaida!.

Kami memilih untuk menunggu di depan kontrakan Vera menunggu mereka datang. Wajah suaminya Jun tegang banget. Sesekali dia menunduk menggigit gigit ujung kuku jempolnya.

"Jun!" aku melihat mereka datang dengan sepeda motor mendekati rumah. Suaminya ikut berdiri menyusulku mendekati mereka.

"Apa?" dih ngomongnya ketus banget. Turun dari motor dia membiarkan Zahra di gendong Vera yang baru memarkirkan motor.

"Aku, aku kesini mau minta maaf. Aku tau aku salah dan semua sudah ku perbaiki. Jun, kit_"

"Jangan sok polos deh pelakor!"

Pe_ apa?.

"Dengar!, meski jauh di pelosok Sadu bukannya aku gak tau kau dan Bang Nugi senang-senang di sana!. Pura-pura sok baik kau padahal menikam sahabat sendiri!!. Das_"

"JUNAIDA!!"

PLAKK!

Ada rasa nyeri di dadaku saat ini. Ini seperti mimpi, tapi aku yakin benar bahwa ini nyata. Aku sudah menangis sejak dia berkata kasar kepadaku.

Jun memegang pipinya yang merah bekas telapak tangan suaminya. Matanya merah, tapi dia tidak menangis.

"Bisa tidak kau bicara baik-baik??" suaminya mengintimidasi.

"Apa?, ngapain kalian kesini?, mau memperlihatkan kemesraan kalian??, Kau" jun menatapku marah "Aku muak melihat muka kau disini. Muka penghianat!"

"Oke aku penghianat!!" aku tidak bisa sabar lagi. Aku tidak bisa diam lagi diperlakukan seperti ini "Aku yang penghianat matamu ini berusaha memperbaiki semua kesalahanku Jun!, agar apa?, agar kita bisa kayak dulu!. Aku gak suka di diamin dan dimusuhi sama kalian, aku gak bisa!. Aku usaha minta maaf, aku usaha perbaiki semua, demi kalian, demi persahabatan kita. Tapi apa??. Aku kecewa sama kamu Jun, kecewa" pandanganku bias karena airmata.

"... Menurutmu selama ini aku apa?. Sahabat yang kau sebut-sebut itu seperti apa Jun?!. Kata-kata kasarmu tadi membuka pikiranku yang ternyata selama salah tentang arti persahabatan kita. Kalau aku sahabatmu, kamu gak bakal nuduh aku merebut suamimu!, kalau aku sahabatmu kamu gak bakal ngajak Vera untuk ikut memusuhi dan menjauhi aku!, kalau aku sahabatmu kamu gak jadikan aku pelampiasan masalahmu!!, kalau aku sahabatmu!" nafasku mulai sesak. Aku benci situasi ini, aku benci!."Kamu gak akan nampar sahabatmu sendiri didepan orang banyak dan menyumpahi dia mati hanya karena dia berpacaran dengan Brondong!!"

"Itu memang pantas kau dapatkan!"

"... Aku ini wanita dewasa Jun!, tidak perlu menamparku untuk kesalahan itu cukup marahi aku!. Bodohnya aku terima saja semua itu dan merasa bersalah, mati-matian minta maaf. Itu karena apa??, karena kamu sahabatku Jun. Kamu, Vera, kita sudah seperti keluarga. Apapun aku lakukan untuk memperbaiki semua. Semua!, kutinggalkan Jerry untuk menepati perjanjian bodoh itu. Itu demi kalian!!. Tapi makna persahabatanmu tidak sama dengan makna persahabatan yang aku maksud"

"... Dan perlu aku ingatkan kembali kenapa sampai ada perjanjian bodoh itu" aku menatap Vera yang mematung mendengar dibelakang Jun yang memegang pipinya. "Itu karena kamu menyukai Affan yang menyukai Vera. Kamu meminta tolong padaku bagaimana agar Affan dan Vera nggak jadian karena kamu gak bisa lihat itu semua. Aku memang yang bilang bahwa Brondong gak baik untuk kita, itu agar gak ada konflik antara kalian gara-gara Affan, karena aku tau Vera juga suka sama dia. Tapi kurasa Vera juga ingat bahwa kamu yang menjadikan itu perjanjian!. Oh, aku membongkar semua?. Terserah, toh katamu aku bukan sahabatmu lagi kan?"

"Im, jangan ngomong gitu dek"

"Dia yang mutuskan kok" aku menghapus air mataku, berusaha tegar dan tidak ada faedahnya menangisi orang yang selama ini tidak menganggapmu apa-apa. "Urus Istri abang, tugas Im selesai.

🌸🌸🌸

Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang