76. Penghianat

1.3K 143 5
                                    

"Iya, kolokan"

Noh, sekarang hobi banget ngatain aku kolokan. Padahal aku gak kolokan - amat-. Itu efek dia sering memperhatikan aku dirumah. Apalagi kalo bersikap sama Pak Erte.

"Raim, kalo pulang malam minta jemput Jerry ya nak" pesan Pak Erte masuk. Padahal aku baru aja nyampe.

"Siap pak Erte" Balasku

Ku lihat pesan Whatsapp masuk dari Jerry yang sejak dari rumah berbalas pesan WA sampe ke sini.

"Otewe ke sana"

.

"Jangan buru-buru, kami kan mau ngobrol lama. Ada kamu gak nyaman nanti ngobrolnya"

.

"Iya, tau. Aku nyari tas dulu. Nanti kalo sudah kabarin aja. Oke?"

.

"Okee. TT DJ sayang 😚"

.

"Hihihihi, genit. Beraninya di WA doang. Wuuu"

.

Pesan WA dari Vera "Im, aku gak bisa datang hari ini. Ada sidak asisten 3. Kalian lanjut aja, besok kita kumpul lagi. Jun udah nunggu katanya"

.

"Yah, yaudah ketemu besok yaa 😚"

.

Balas pesan Jerry "Biarin 😝"

🌸 🌸 🌸

Aku mengedar pandangan ke penjuru ruangan yang -ih- keren -bangettt-. Ada tulisan cina di dindingnya, meja-mejanya kayak meja tempo dulu. Kopi Oey, yang kebayang waktu si Vera nyebut tempat ini adalah wajahnya Morgan Oey yang oriental, lucu. Wajar sih kalo isi dalamnya begini. Kayaknya aku baru sekali deh ketempat ini. Seruu pasti ni wefie sama Junaida.

Aku menemukan Junaida di meja sudut sedang sibuk dengan ponselnya. Menghampirinya dan memberi kejutan sebuah pelukan dari belakang, tapi gak ngaruh.

Ih, Jun dingin banget sih.

"Lama ya nunggu Jun?" tanyaku duduk di satu-satunya kursi kayu yang tersisa, tepat dihadapannya.

Dia hanya mengangkat kedua alisnya, masih asik memainkan game di hapenya.

"Udah pesan makan?" tanyaku antusias.

"Bentar lagi datang" jawabnya datar

Duh, si Jun kenapa coba?. Mukanya pucat, apakah ini efek masalah dalam rumah tangganya. "Jun, kamu gak apa-apa?, wajahmu pucat"

Jun menatapku, mengalihkan pandangannya dari hape ke wajahku, serius. "Senang?"

Hah?

"Senang kau sekarang?" dia mengulang.

Aku benar-benar gak ngerti kenapa Jun nanya gitu. Dia mengalih fokusnya pada cangkir kopi yang terhidang dan pisang bakar coklat keju. Setelah wanita berseragam tadi pergi, dia menatapku lagi.

"Maksudnya apa Jun?" tanyaku melirik cangkir kopi yang masih berasap.

"Pura-pura tak tau?, penghianat?"

Astaga, Jun ini kenapa?, tiba-tiba marah dan bilang aku penghianat. "Apa_"

"Kenapa?, tak terima di sebut penghianat?. Emang kok. Oh, lupa mungkin?" ni si Jum ngomongnya udah pake urat dan sinis banget. Aku salah apa?.

"Jun ada apa?, aku ada buat salah?, aku minta ma_"

"Minta maaf kalo tak sadar salahnya apa sama aja"

Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang