80. Putus

1.2K 122 21
                                    

"Koko mu mana?"

Aku kan lagi usaha move on. Bisa gak bisa aku harus usaha, bagaimana pun caranya.

"Heh, anak gadis mau kemana??" Pak Erte sudah berdiri diambang pintu berkacak pinggang. "Sok sibuk mulu, entah apa yang dikerjain. Bapak mau ngomong penting sama kamu"

"Kalau tentang Taumingse kesayangan Pak Erte nanti aja. Ada yang lebih penting dari itu" masih fokus ngikat tali sepatu.

"Taumingse Taumingse, kenapa sih kamu_"

"Dah, Im pamit nyariin Junaida dulu Pak Erte. Assalamualaikum" nyalamin dia langsung ambil langkah seribu.

Di simpang empat perumahan aku menelepon abang gojek untuk ubah janji ketemuan. Lama dikit aja ngobrol dengan Pak Erte bisa bikin baper.

"Im?"

Hah?

Aku kenal suara itu.

Agak ragu aku mengangkat wajah, mengubah objek pandanganku dari hape ke seseorang yang ada didepanku, baru saja.

Kemeja dongker yang lengannya tergulung 3/4. Lehernya putih hingga kewajah. Matanya, kacamatanya, semuanya sama.

Deg!

Jerry

Dia masih duduk di motor matic menatapku tanpa reaksi. Aku harus ngapain??. Hampir sebulan menghindari dia, ketemunya malah kaku kayak gini.

"Masih mau jadi buronan?"

Heh?

"Ayo"

Apa?. Ayo kemana?.

"A.. Ak.. Aku nungguin abang Gojek"

Dia mengangkat alisnya sebelah "Ayo"

"Mau kemana?, aku nungguin abang godek. Gojek maksudnya" duh, aku belum siap ngomongnya. Abang gojek mana sih?.

"Ck!" Dia mengeluarkan hapenya. Lalu memperlihatkan sesuatu padaku.

Hiah!! "Kamu ngojek?!!" aku melihat lagi foto abang gojeknya. "Alfani. Fotonya bukan kamu kok"

"Temanku"

"Gimana bisa?, kamu nguntitin aku?. Atau kamu maling hape bang ojeknya?. Helmnya mana?, jaketnya?"

"Yaudah bawel, ikut aja. Ke Beringin kan?"

Aku mengangguk. Apa harus? Maksudku apa harus aku ikut?. Atau tuhan memang suruh aku selesaikan masalah ini segera. Kasian jug_

Duh, jantung pelan-pelan detaknya kenapa?. Aku mau mikir nih!!.

"Sudah?"

Aku mengangguk, lalu duduk dibelakangnya.

"Sudah diingatkan, kalo naik motor jangan pake rok, bahaya" dia menyerahkan helm kepadaku.

Aku diam, udah kayak maling kepergok. Yang Kufikir saat ini adalah bagaimana caranya ngomong terus terang sama dia. Aih!!

"Jer"

"Hmm"

Dia bilang hmm aja aku kangen. Rasanya sudah lama tidak seperti ini. Iya kan?.

Aroma khasnya, punggungnya, dan sikap carenya itu tidak berubah, dan aku rindu semua tentang dia. Rindu Jerryku ini.

Mau peluk tapi malu, takut. Takut nggak bisa lepas dari dia. Sementara kalo dekat dia ingatnya selalu Junaida. Rasa bersalahku yang menghianatinya dan Vera.

"Bisa mampir dulu?"

🌸 🌸 🌸

Taman Anggrek

Duh, ngalay banget kalo ngeliat anak-anak abege yang nongkrong disini. Ada yang lagi foto prawed di sebelah timur. Cowoknya ganteng, ceweknya cantik. Mungkin itu kali namanya adil. Lah aku_

Lirik Jerry yang baru duduk di gelondongan kayu sebelahku. Cowok ganteng, imut gini sebenarnya gak cocok sama aku yang biasa-biasa aja. Beda usia, beda sifat, beda isi otak - isi otaknya lebih banyak dari aku-.

"Katanya mau ke Beringin"

"Hmm, nanti ada yang jemput"

Dia menatapku penuh tanya.

"Jer, aku perlu jelaskan semua" Ya Allah bantu Im mengatakan ini. "Maaf untuk satu bulan ini, dan untuk bulan-bulan sebelumnya" tarik nafas dalam.

Ah aku tak sampai hati.

Tegar Im, tegar!.

"Kamu tau kan sebelumnya aku hmm... Suka kak Jaya. Setelah kejadian itu, kita pacaran bohongan. Lalu, aku nyaman banget sama kamu. Banget. Aku akui aku sayang sama kamu Jer. -Pliss Im jangan nangis-. Tapi kita pacaran bohongan kan?. Gak nembak, gak nyatain perasaan, dan aku berfikir itu menghabiskan waktuku. Beberapa waktu terakhir aku dekat dengan kak Jaya, maaf. Dan aku fikir dia benar. Usia seperti dia, aku seharusnya memikirkan masa depan dan membuat komitmen. Aku..." aku tersenyum, gak enak banget."Aku fikir sebaiknya kita sudahi ini. Fokuslah dengan kuliahmu dan.. Hmm... Aku akan fokus dengan seseorang_"

Tenggorokanku kering, aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Aku takut menatapnya, melihat reaksinya. Aku takut dia melihatku dengan tampang menyedihkan seperti ini. Aku takut jika apa yang Kufikirkan benar, dia terluka karenaku.

Ah, itu sudah pasti Im, bodoh!.

"Jer, aku... Ak_"

"Im" dia mengangkat wajahku dengan kedua jarinya. Menatapnya dengan reaksi wajah yang sama ketika dia menatapku di Kopi Oey sebulan yang lalu.

Dia...

Dia tersenyum "Jangan merasa bersalah seperti ini. Ingat, aku pernah bilang bahwa aku tidak akan pernah ninggalin kamu_"

Kecuali tuhan yang menakdirkan...

"... Dan kamu yang minta. Kamu wanita dewasa, pasti kamu sudah fikirkan ini baik-baik. Aku membuatmu tidak nyaman pasti. Hehee. Jangan suka nangis, baperan, kasih tau Jaya untuk sediain donat dan coklat hangat. Jangan naik ojek pake rok, jangan nangis berlama-lama, mimisan nanti. Selalu bawa jaket kalo keluar malam karena Jaya bukan orang yang biasa mengenakan itu. Jangan..."

Jangan nangis Im!

Tegar!

Tegar!

"... Kalau butuh aku telpon sa_"

"Nggak, aku gak akan nyusahin kamu lagi kok. Ada Kak Jaya kan"

Dia menjauhkan tangannya dari wajahku, tersenyum. "Ah, aku lupa" dia menyengir hingga kedua matanya hilang. "Ayo ku antar ke Beringin"

Aku Menggeleng, "Aku nunggu Kak Jaya. Kamu boleh pulang Jer"

"Oh, Ok" dia tersenyum lagi. Agak kaku dia menyentuh pipi kiriku, ibu jarinya mengusap bawah mataku. Dia berbicara menggunakan bahasa inggris sambil tersenyum. "Kamu harus bahagia, Im" katanya berdiri meninggalkan ku.

Aku menatap punggungnya hingga mengecil. Tak menoleh sedikit pun hingga tubuhnya menghilang dibalik pohon.

Dia sudah pergi...

...

..

.

Jerry...

Jerry...

Jerry...

.

.

.

Aku selalu berharap ini mimpi. Aku selalu berharap aku tidak mengatakan itu padanya. Aku berharap...

Aku tidak tau rasanya sesakit ini. Bahkan menangis pun aku tidak puas. Tidak!.

🌸🌸🌸

Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang