85. Perut

1.2K 93 1
                                    

Apa secepat ini move on dari Jerry?.

Di boncengin Kak Jaya keliling komplek candi Muara Jambi pake Sepeda rasanya menyenangkan banget. Benar kali ya, itu gara-gara aku kurang refreshing akhir-akhir ini.

Sepanjang jalan Kak Jaya cerita banyak hal. Dia itu jenis cowok yang suka ngobrol dan banyak banget pengetahuannya. Mulai dari Kaisar Hito di Jepang sampe Caesar Keep Smile.

"Gimana pendapat Raim tentang bujang mama?"

"Hah?"

Aku yang bantu beresin piring habis makan terhenyak. Oke, situasinya saat ini kami lagi berdua beresin piring. Yang lain udah siap-siap mau ke tempat yang mereka sebut kebon kakek -entah dimana-. Pertanyaan itu tiba-tiba kayak panah nusuk ke dada - etdah-. Mamanya sendiri minta pendapat aku tentang anaknya. Apa aku gak salah tafsir kalau keluarga mereka berharap sesuatu sama aku?.

Mama Ina memasukkan piring-piring yang hanya di lap pake tisu ke dalam wadahnya. Dia senyum-senyum sendiri kayak orang lagi kasmaran. "Ya, mama lihat akhir-akhir ini Raim dekat dengan abang"

"Hm, sebenarnya udah lama Ma. Kami kenal di Media Sosial. Sebelumnya gak tau kalo Kak Jaya abangnya Yuni"

"Oh ya?. Mama kira dikenalin sama Yuni"

Aku Menggeleng.

"Jadi gimana pendapat Raim waktu pertama ketemu?"

Gimana ya?. Perlu ya di omongin?. Mama Ina kepo banget. Nanti dikasih tau trus tersinggung gimana?.

"Dulu sih enak waktu masih ngobrol di medsos Ma. Trus_"

"Trus?"

"Kak Jaya itu tukang PHP"

"Maksudnya?"

"Pertama janjian ketemu, dia gak datang. Padahal dia yang ngajak. Im bisa ngerti kalo dia sibuk gak bisa datang. Tinggal bilang aja. Tapi, dia malah suruh temannya yang lebay untuk nemuin Im. Malah temannya ngomong gak sopan banget mau punya anak dari Im. Ih jijay banget. Trus dia minta maaf, Im maafkan. Diajak ke pesta pernikahan temannya. Disana Im tau kalo dia selama ini cuma jadiin Im pelarian dia dari ceweknya. Mereka putus seminggu dan Im cuma diajak untuk diperlihatkan pada mantannya kalo dia udah move on. Nyatanya nggak!. Kalo dia move on dia gak akan lakukan itu kan Ma?. Dua kali dia nangisin Im di situasi yang sama, masalah yang sama dan penolong yang sama -Jerry-. Mama nger_"

Bego!. kenapa malah curhat Im???.

Mama Ina ternyata sejak tadi udah fokus sama aku dan curhatku. Haaa, matilah. Dia bisa tersinggung kalo kayak gini.

"Beneran abang kayak gitu?"

Apa perlu sebuah anggukan biar Mama Ina percaya?. Tapi kan, ini sama aja aku ngadu tentang perilaku anaknya ke mamanya.

"Abang?"

Heh? Abang?.

Aku berbalik dan kaget ada kak Jaya berdiri dibelakangku. Hiii, matii. Dia pasti marah karena aku ngadu sama mamanya. Apa dia berdiri disitu sejak aku ngomong panjang lebar tadi?.

🌸🌸🌸

Akhirnya aku jadi canggung gini. Mama Ina minta maaf untuk perlakuan anak bujangnya padaku. Sementara sambil mengemas barang untuk di angkut ke mobil Mama Ina gak henti nasehatin Kak Jaya yang diam aja menekuk wajah.

Sehabis disuruh menemani Kak Jaya ngangkut barang ke Mobil kami berdua menyusul ke tempat yang mereka bilang Kebon Kakek. Kami sama-sama gak ngomong sampai pada akhirnya aku berfikir aku harus mulai duluan.

"Kak" mau minta maaf karena jadi pengadu.

"Kakak minta maaf Im" dia memperlambat langkahnya. "Kakak benar-benar gak tau kalau waktu itu kamu sampe nangis gara-gara kakak. Kakak fikir Im yang ninggalin kakak karena ketemu Jerry di pesta itu. Kakak kesal banget waktu itu makanya gak nyusul Im kerumah dan beberapa hari gak ngehubungi Im. Kakak gak tau kalau ternyata kakak yang buat Im ninggalin kakak di pesta itu"

"Teman alay kakak yang ngomongin itu semua. Im cukup sadar diri kak. Im dan kak Mega itu beda jauh"

"Im, mungkin yang kakak lakukan menunjukkan bahwa Im cuma pelarian kakak. Tapi, dalam hati kakak ada niat untuk dekat sama Im. Hubungan kakak dengan Mega putus nyambung. Bertengkar, gak komunikasi, kadang masalahnya sepele banget. Kakak gak ngerasa nyaman. Makanya kakak serius dekatin Im karena kakak merasa kakak nyaman sama Im. Tapi, yaa"

"Im tau kok, Kakak pernah jelasin ini sebelumnya"

"Im udah pacaran sama Jerry"

"Tapi kan kak Jaya balikan lagi sama kak Mega"

"Dan putus lagi" dia menatapku tak bersemangat. "Mama gak suka dengannya Im" dia menundukkan wajah.

Aku tau, aku dengar waktu Mama Ina menasihatinya. "Maaf kak. Seharusnya Im gak cerita ke Mama Ina soal tadi"

Dia menggeleng "Baguslah kalau Im cerita. Kakak jadi tau kenapa Im selama ini jaga jarak sama kakak. Kakak juga tau bahwa selama ini kakak salah sangka sama Im"

"Sekarang kan gak jaga jarak lagi" aku tersenyum mencairkan suasana.

"Im" dia pegang tanganku, kami masih berjalan meski dengan langkah kecil. "Kakak udah capek pacaran. Kakak mau serius dan kakak berharap sama Im. Kalau Im bersedia, kakak akan ajak Papa Mama kerumah untuk lamar Im. Kalau menurut Im terlalu cepat untuk menikah, mungkin kita bisa bertunangan dulu_"

Duh, mati aku.

"Im, kamu masih lapar?"

Geleng cepat "Nggak!, Anu... Itu... Hmm, kan sudah makan tadi" setdah! malu-maluin banget nii perut!!. Gak tau momen romantis apa?. Mana bunyinya nyaring lagi. Kak Jaya pasti Illfeel, pasti!!.

"Trus?, cacingmu itu demo Im. Makannya sedikit ya tadi?, jaim?" dia tertawa senang banget.

"Nggak ih. Mana ada jaim. Itu bukan suara cacing. Itu suara angin"

"Ahahaha, masa iya angin?. Cacing buang angin maksudnya?"

"Ya nggak lah. Masa ada cacing buang angin"

"Iya.. Iyaa. Gak ada cacing buang angin" dia menggandengku melanjutkan perjalanan "Tapi, durian berbulu ada gak ya?"

Uhh, aku malu!

Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang