44. Luruh

1.7K 152 21
                                    

"Im"

Mak!, tiba-tiba dia peluk aku dari belakang!.

Copotlah jantung Im kalo begini Pak Erte!.

Dua lengannya mengalung di leher, dagunya itu udah ngena ke bahu dan_.

BUG!!.

Seketika Jerry ambruk kebelakang diikuti aku yang tertarik oleh lengannya yang mengalung di leherku dan dia meringis makin hebat kayak orang kena sunat.

Aduh!, siku ku tepat mendarat di perutnya!. Aku memperbaiki dudukku sesegera mungkin ketika ia melepas pelukannya dan meringkuk memegang perut serta wajahnya.

"Jerry!!, aku minta maaf. Itu reflek dan gak di sengaja!" aku berusaha memberi pertolongan padanya.

HUAH, Pak Erte mati anak orang!.

Dahi di atas alis kirinya berdarah. Kacamatanya pecah, ganggang kirinya terpisah, kacanya retak. Aku yakin itu yang buat dahinya berdarah. Dan itu semua karna pukulan reflek tadi.

Kalau kepalanya gegar trus dia jadi sedeng aku pasti dilaporkan ke polisi. Aduh, bagaimana ini?!. pasti akan banyak yang menuntutku utamanya cewek-cewek yang tergila-gila sama Jerry.

"Jer, Maafin aku. Aku gak sengaja" aku gemetaran mau nyentuh bahunya. Sementara dia yang guling-guling kesakitan tadi diam, meringkuk kaku "Jerry?. Jangan takuti aku kayak gini. Jerry kamu gak kenapa-kenapa kan?"

Dia membuka matanya, lalu berusaha untuk duduk bersandar di rak buku. Benar deh sakitnya dia itu gak bohong-bohongan.

"Jerry" lima menit lagi kalo dia gak bangun tadi aku bisa nangis.

"Maaf"

"Kenapa minta maaf? Kan aku yang salah. Aku nonjok kamu tiba-tiba tadi. Jer, tadi itu benaran gak sengaja. Aku reflek karena kamu tiba-tiba peluk_"

Dia menggeleng "Aku minta maaf untuk itu" ngomongnya masih ngos-ngosan.

"Keningmu berdarah dan aku mematahkan kacamatamu lagi". Bodoh, yang dia butuhkan bukan permintaan maaf, tapi pertolongan pertama. "Tunggu" aku memberinya Mug miliknya yang masih berisi air. Lalu setengah berlari ke arah pintu dimana ada kotak P3K tak jauh darinya.

"Im"

"Sudah, biar aku obati dulu lukanya" aku kembali lagi membawa obat merah "Kotaknya aja keren, isinya gak ada" gumamku mengambil tisu di atas meja. Aku mendekatinya yang terlihat masih shock, lalu mengobati lukanya dengan obat merah –mereknya Betadine- pake tisu.

"Im"

"Ha?" aku fokus sama lukanya, dia fokus sama aku. Deh, pak Erte nih anak mau kena tonjok lagi?.

Dia nyengir. Lha, udah mulai sedeng dia gara-gara otaknya terguncang tadi. "Sebenarnya Pak Erte gak perlu lagi mewanti dengan nyelupin aku ke sungai Batanghari kalo macam-macam sama kamu. Yang kamu lakuin aja udah luar biasa" dia tertawa tapi di tahan-tahan karna perutnya sakit.

"Kalau udah tau, kenapa di lakuin Jer?. Yang aku lakuin itu reflek, sebelumnya gak ada yang peluk-peluk kayak gitu. Kamu tau kan aku gak pernah_"

"Maaf. Seharusnya aku gak melakukan itu" dia tersenyum lagi "Dua hari lost contact, ku fikir kamu akan lama ngambeknya"

Aku?, ngambek?. Bukannya dia?.

"Bangun tidur, lihat kamu rasanya kayak mimpi. Kangen kamu Im".

Serr...

Luruh semua, darah beku, lemak menggumpal, apapun itu yang beku-beku mencair semua dalam diri ini. Mataku jadi panas dan hidungku seperti mencium cuka, lalu air mataku jatuh begitu saja tanpa memberi tahu untuk alasan apa.

Aku mau bilang kangen juga, tapi tenggorokanku tersekat. Aku paksa malah terdengar suara tangis. Seumur-umur gak ada laki-laki yang ngomong gini sama aku.

"Im, kenapa nangis?"

Aku geleng-geleng. Aku menggenggam tangannya erat, meletaknya di pipiku yang basah.

Ya Allah, Im sayang laki-laki ini.

@@@

Setelah dua hari tidur gak nyenyak karna beralaskan tikar, kadang tidur di sofa gara-gara peta dunia buatan Lucca. Akhirnya bisa nyenyak gini juga tidurnya. Selain karna masalah galaunya udah hilang, kecapean, Bed cover warna coklat dan aroma khas Jerry juga salah satu alasan tidur nyenyak.

"Sudah bangun?, Ini ada bolu, join gak?" aku melirik Jerry yang duduk di karpet bulu panda.

Langsung bangun, trus menghampiri dia. Ada gelas kopi dan bolu serta rantang yang kubawa tadi. Busyet dah, udah jam setengah empat makanan bawaanku gak disentuh juga?. "Bolu beli ya?"

"Dikasih Novia tadi, yang di kamar atas" ia menunjuk keatas lalu masih baca buku.

"Emang masih bisa baca tanpa kacamata?"

Dia tersenyum "Kalo jauh gini masih bisa". Dia menutup bukunya "Cuci muka dulu sana"

"Makan siang yang aku bawa gak dimakan?" mulai berkecil hati lagi.

"Nungguin kamu, makanya cepat cuci muka dulu sana"

Aku nyengir hampir semua gigiku kelihatan. "Aku siapin minumnya ya?" berlari menuju kamar mandi.

"Air minumnya bukan di Bak mandi ya?"

Iyaaaa, siapa juga yang minum air bak mandi. Apalagi bak mandinya pasti terkontaminasi cipratan air mandinya si Jerry. Bisa penuaan dini karna ada zat kimianya, karbit. Wkwkwkwk.

"Ngomong sama siapa?" Buset deh tiba-tiba Jerry udah nongol depan pintu kamar mandi bawa handuk kecil. "Ngomongin aku ya?" dia menatapku selidik sambil nunjuk-nunjuk.

"Ih, ngeyel!" aku mengambil handuk kecil yang ia berikan. Handuk berwarna putih dengan gambar dua anak panda dan bambu-bambu kecil. "Ih Handuknya lucu"

"Aku udah kira kamu bakal suka. Ini untuk kamu"

"Ada yang besarnya gak?"

"Ada, punyaku"

"Ih, curang. Masa kamu dapat yang besar aku cuma dibeliin yang kecil"

"Ih curang" dia meniru kata-kataku dengan bibir monyong-monyong "Masih mending di beliin"

"Huu, gak Iklas"

"Habis, udah di beliin gak terimakasih, di katain curang pula. Emangnya lagi tanding?. Lagian aku gak kefikir kamu bakal mau handuk besar. Jadi ku beliin yang kecil aja buat cuci muka, lapin iler, merasin air mata"

"Aku gak ileran ya?" aku kesinggung tingkat Erte waktu dia nyebut merasin air mata. Dia bahkan sadar kalau aku banyak stok air mata dan suka mubazir. "Coba kamu nelpon, kan aku bisa nitip satu. Beli dimana sih?"

"Yang mau di telpon kan ngambek" dia ninggalin aku menuju meja bulat dan karpet bulu panda. "Jangan lupa bawa airnya"

"Beli dimana? Nanti aku beli sendiri"

"Gak ada jual disini, di Luar kota"

"Hah?, Luar kota?"

Jerry ke luar kota?.

@@@



Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang