86. Fakta

1.3K 116 23
                                    

Cacing masuk angin dan Durian berbulu.

Uh, ingat itu malu banget dah. Dibanding Jerry, kebodohan-kebodohanku lebih memalukan didepan kak Jaya. Meski menurutku sama, dia gak illfeel denganku gara-gara itu semua.

Kalau dengan Jerry, aku udah biasa apa adanya. Kalau malu gara-gara kebodohanku, dia pasti bisa ngerubah suasana jadi gak makin malu-maluin.

Duh, kan ingat Jerry lagi.

Udah beberapa minggu, ini sudah hampir dua bulan. Tidak, 3 bulan termasuk ketika dia ke Medan. Urusan Jun, Job ngerias, PDKT dengan Kak Jaya dan keluarganya. Aku fikir aku benar-benar udah move On.

Tapi kan, tidak semudah itu lupa sama orang yang udah baik sama kita.

"Tante Ibu, antalin Ucca pulang dong" Si anak India Kawe datang-datang langsung nyempil di sofa yang ku jadikan kasur.

"Ntar malam aja, nunggu datuk. Pake mobil kita"

"Sekalang aja Tante Ibu. Ucca mau ikut Mama ke pasal"

"Aduh, kan lagi panas Lucca. Tante Ibu gak mau keluar ntar hitam. Tante Ibu mau mutihin badan biar kalo nikah jadi berseri"

"Nikah.. Emang udah ada yang mau nikahin?" ibu datang bawa tas ransel Lucca ke ruang tamu.

Aku mengangguk, lalu Menggeleng.

"Ih gimana sih?"

Mau bilang iya gak pasti, bilang nggak juga gak pasti. Aku belum kasih jawaban karena aku takut endingnya malah PHP kayak yang aku lakuin sama Jerry.

"Ayolah Tante Ibu. Nanti Ucca kena tinggal Mama" Lucca mulai beraksi pasang wajah melas.

"Udah ada yang melamar?, siapa?. Gak mungkin Jerry lah ya?. Kan udah putus" duh ibu kepo banget kayak host gosip. "Oh!, sama abangnya Yuni ya?. Yang sering ngantar akhir-akhir ini. Siapa namanya itu" dia mikir.

Aku membisikkan sesuatu pada Lucca.

"Oma kayak Lambe lulah, gossiiipp" Lucca tertawa berbarengan denganku.

🌸🌸🌸

Sesampainya dirumah, itu anak India Kawe langsung ikut mamanya yang terpaksa nungguin anaknya. Kalo nggak, bisa merajuk dia dan ngadu sama papanya.

Sampai di rumah Kak Rahima aku gak langsung pulang. Dibanding dirumah bareng ibu yang akhir-akhir ini suka nyindir soal Jodoh dan Jerry, kayaknya lebih baik dirumah kak Rahima dulu. Ada adik iparnya kak Rahima juga, jadi gak sendirian.

"Pake motor kak tadi kesini?" tanyanya disela kami menonton tv.

"Naik Gojek" jawabku. "Mela tumben kesini. Lagi libur?" tanyaku. Kami duduk di sofa yang berbeda didepan tv. Tapi masih bisa membagi pandangan kami pada satu sama lain dan pada tv.

"Nggak kak, kan udah masuk beberapa minggu yang lalu. Tadi dari Tungkal, trus sekalian mampir kesini ngantar titipan Mak untuk cucu kesayangannya"

"Udang Satang?"

Melani mengangguk. "Oh iya kak, kakak kok gak pernah ke kampus lagi?"

Hah?.

"Kamu ada liat kakak?" tanyaku balik.

"Iya, tapi pas kakak pulang di boncengin Koh Jerry"

Aku mengangguk.

"Benar ya gosip yang beredar kalo kakak sama Koh Jerry itu udah putus?"

"Gosip?" deh, sejak kapan aku serasa jadi artis hingga harus digosipin gini.

"Ck, entah ya kakak tau atau nggak kalo Koh Jerry itu idaman mahasiswa di kampus. Gak cuma di Fakultas Ekonomi. Bahkan ada yang sampe bertengkar jambak-jambakan cuma gara-gara Koh Jerry boncengin sampe ke gerbang kampus. Setiap mereka itu ada grup di WA yang isinya fans-fans Koh Jerry. Isinya ngomongin tentang Koh Jerry semua dari jadwal harian Koh Jerry, ada dimana sekarang dan lagi ngapain. Termasuk juga kakak"

"Tau" Salah satunya pasti ada anak-anak Pe-Ak yang pernah ngajakin karaokean dulu. "Tapi Gosip itu mereka tau dari mana?"

"Anak Kos ditambah dugaan kakak yang jarang sama dia beberapa bulan ini" jawabnya "Jadi benar ya kak?"

Aku meliriknya. Dia mengharap banget ya aku klasifikasi dan bilang iya. Mungkin aja dia salah satu fans Jerry yang pengen kami putus.

"Kamu suka juga sama Jerry?"

"Nggak ah, aku cuma kepo aja kak. Dibanding anak seleb kampus aku lebih dukung Koh Jerry dengan kakak. Tapi kalau emang iya sayang sekali kak. Apalagi kalo benar kalian putus hanya karena gak bisa LDRan"

"LDR?, pacaran jarak jauh maksudnya?"

Gadis berambut pendek itu mengangguk serius. Aku masih gak ngerti apa maksudnya.

"Ya, hubungan jarak jauh karena Koh Jerry ke Eropa"

Jerry ke Eropa??!!.

"Ngapain?"

"Sekolah, kakak gak tau?. Kan dia dapat beasiswa S3 di Eropa, gak tau di negara mana"

Apa, apa maksudnya ini?.

"Tunggu dulu. Mel, Jerry itu S1 aja belom udah S3 jangan ngeyel ah!. Dia emang pintar tapi gak segitu juga kan sampe dapat beasiswa S3"

"S1?" dibanding wajahnya yang bingung, aku lebih lagi. Perasaanku sudah tidak nyaman saat ini.

"Jerry itu mahasiswa di Fakultas Ekonomi Mel"

"Kak?, kok mahasiswa?. Dia itu dosen kak"

DEG!

Dosen?

"Kita sedang bahas orang yang sama kan?. Koh Jerry yang wajahnya oriental pake kacamata. Motornya Vario, gayanya sederhana dan tinggal..."

Jerry dosen?

Kenapa dia bohong?

Kenapa dia bohong?

"Berapa" suaraku tersekat. Aku sudah hampir menangis saat ini "Berapa umurnya?"

"Ya... Kurang lebih 30 lah. Aku gak tau pasti. Soalnya aku gak begitu ngikutin beritanya dia. Aku fikir kakak_ kakak nangis?"

"Kakak Nangis?" aku terngiang suaranya yang mengatakan itu dulu.

Jerry...

"Jadi, maksudmu Jerry itu seorang Dosen dan usianya lebih tua dari kakak?" tanyaku menatap Mela dengan pandangan yang nanar.

Dia mengangguk. "Kak, ada apa sebenarnya?"

"Lalu kenapa dia bohong Mela?. Kenapa?. Apa maksudnya??!. Apa??!"

"Kak"

"Kau bawa motor?, antar kakak ke kosannya. Dia harus jelaskan semua. Kakak harus dengar dari dia langsung!!"

"Tapi koh Jerry udah gak masuk sejak Senin kemaren kak. Mungkin dia sudah ke Eropa"

Apa??!

🌸🌸🌸

Jika setiap orang punya alasan untuk berbohong, kenapa tidak punya alasan untuk jujur?.



Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang