12. Cemburu

2.9K 143 2
                                    

"Siapa yang cantik putih mulus kayak artis?!" ibu berdiri diambang pintu dapur menatap kami yang berdiskusi di depan pintu utama.

Horor

Iya, susananya tiba-tiba horor. Ditambah lagi raut wajah ibu yang tak tau reaksinya gimana karna tertutup masker lumpur.

Habis itu suasana rumah berubah kayak sidang Jessika -Kopi Sianida-.

Dramatis!

"Im masuk dulu ya?" lari dari masalah

"Oi, Im!" Pak Erte narik kerah belakang bajuku. "Kamu bukannya bantu jelasin kronologinya ke ibumu malah kabur. Ini semua karna kamu tau?"

"Lha, Im kan cuma jelasin. Tapi bukan salah Im kalau Pak Erte menjelaskan kepribadian si Yuni segitu detailnya"

"Bapakmu emang gitu!, lihat yang muda sampe gak ingat Periuk dirumah!" ibu mendekat sambil berkacak pinggang.

"Kok Periuk?" segitu banget perumpamaan ibu untuk mengkiaskan dirinya sebagai Periuk.

"Masih lagi ngomongin Periuk" Pak Erte udah kayak pengacara kalah sidang.

"Iya lah, udah tau Periuk dirumah banyak yang bocor, di ganti enggak"

Jadi, Periuk beneran?

"Kan sudah mau bapak ganti, bapak ajak ke toko Ce Mimin gak mau"

"Ya jelaslah gak mau, ibu kan mau Periuk warna-warni yang di Jamtos. Ibu di komplek ini sudah banyak yang punya. Lha, masa Buk Erte-nya yang belom punya"

"Duh, ini bukan bahasan Im, Im gak ikut campur deh" aku meninggalkan mereka menuju kamar.

"Kan kamu tau gaji Erte belom keluar buk, nanti kalo keluar ambil ibu semua"

Hah?

"Loh.. Loh... Loh... Kan janjinya gaji Erte untuk Im"

🌸🌸🌸

"Kakak tebak, kamu kesini pasti ada maunya?" Kakak jangkung berhijab yang sudah jadi emak-emak ini natapin aku sinis.

Tersenyum sipu "Nggak kok, cuma mau cerita"

"Apa?"

"Aku di ajak date sama cowok. Hihihi"

"Hah?, baguslah. Perkembangan"

"Bukan date sih, cuma diminta untuk temani dia ke kondangan"

"Itu lebih bagus lagi"

"Iya yah kak" Hidung sudah kembang kempis.

"Si Burhan yang ngajak?"

"Ih, bukan!" bantahku "dia ini ganteng, ada godeknya, putih, bagus deh perbaiki keturunan"

"Telinganya besar tidak?"

"Kakak!"

"Ahahaha, iya harus dilihat. Kalo sama besar baik gak usah deh. Ngebayang jeleknya anakmu telinganya kayak gajah" dia tertawa gak ingat perasaan adiknya yang tercabik-cabik.

"Pokoknya gantengan dikit lah dari Papanya Lucca"

"Ih apaan suamiku di banding-banding"

"Lihat aja nanti, kapan-kapan diajak ke sini"

"Terserah deh"

Gitu aja?

"Kak"

"Hmm"

"Pinjam baju dong"

"Ujungnya itu juga. Ogah ah!"

"Ih pelit!"

"Uang kamu banyak di kasih Pak Erte masih juga minjam baju dengan orang, beli!"

"Pak Erte lagi kerontang kak, tambah lagi istrinya lagi merajuk minta beliin Periuk warna-warni yang jualnya di Jamtos. Sampe-sampe gaji Erte yang janjinya untuk Im di alihkan ke alokasi Periuk warna-warni"

"Curhat?"

"Cerita kak"

"Huh, kamu itu apalagi kurangnya dek. Kamu tinggal minta aja sama Pak Erte. Apapun dia bakal kasih ke kamu. Kamu itu intan payungnya. Beda dengan kakak. Kakak dulu waktu date dengan papanya Lucca cumabpake kemeja dan jeans. Kalo kondangan minjam kebaya ibu. Beda sama kamu yang bisa tinggal minta aja. Gak perlu gaya lah berlebihan sampe minjam segala. Kalau dia cinta dia bakal nerima kamu apa adanya"

"Kak"

"Apa?"

"Kakak Jealous (Im baca : Jealos) ya?"

"Apa Jealos?"

"Cemburu"

"Hah?"

"Iya, kakak cemburu dengan perlakuan Pak Erte ke Im kan?"

"Nggak!"

"Ya udah, Im minta maaf. Salam ya sama Lucca kalo dia bangun" keranjang daribsofa pasang wajah lesu "assalamualaikum"

"Gak jadi minjam baju?"

"Eh?" dia berubah fikiran "jadi!"

"Ya sudah ayo ikut"beranjak dari duduk menuju kamar.

"Langsung dandanin ya kak?"

"Ogah!"

Ih biasa aja kali...



Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang