49. Kenangan

1.6K 125 7
                                    

"Selamat Ulang Tahun Raima, Semoga Allah jaga dan beri kebaikan untuk Raim"

Dia..

Afgan

Laki-laki yang ada di foto itu. Buku ini pemberiannya waktu ulang tahun ke 16. Dia benar kakak kelasku ketika SMA. Ramah, dewasa, bijak –makanya jadi ketua osis dua periode-, dia kesayangan guru disekolah, banyak ikut kegiatan ekstra kurikuler. Dia sama seperti Jerry, bedanya Jerry disukai orang karna imut dan easy going. Sementara dia disukai orang karena ramah, suka membantu orang dan didukung oleh banyak orang.

Aku sudah pernah cerita kan, kalau ternyata kesamaan mereka ternyata tidak sama di mata pak Erte. Pak Erte lebih suka Jerry yang hidupnya sederhana, berpakaian biasa aja dibanding Kak Afgan yang terkesan selalu rapi. Kalau masalah kepintaran, semua kan mengarah pada Kak Afgan yang lulusan IPDN dan pernah mewakili sekolah untuk olimpiade sains tingkat provinsi.

Entah, apa kurangnya dia di mata Pak Erte dulu.

@@@

Aku pulang sekolah agak telat waktu itu, Piket. Daripada besok harus pagi-pagi kesekolah lebih baik piket setelah pulang sekolah. Setelah berpisah di parkiran, aku sendirian dan mulai ngerasa ada yang nguntitin.

Setelah insiden siang tadi si anak Pe-ak brondong gak ingat umur itu nyatain perasaannya -pake bunga tai ayam yang dipetik gratisan di belakang sekolah- dan ditolak, aku takut dia bisa saja dendam. Tuh anak udah aku kodein kalo aku gak suka dia secara halus dan baik-baik masih aja ngeyel.

Aku mendengar langkah kaki dibelakangku. Aku rasa tidak ada orang lain lagi tadi di parkiran kecuali Pak Satpam yang ada di pos depan.

"Raima"

Nah, benar kan itu dia!.

"Apaan sih, kan aku udah bilang aku gak suka sama kamu, kamu jangan maksa aku dong, aku punya hak untuk bilang nggak. Aku harga_i"

Bukan brondong Pe-AK eh!.

"Maaf kak"

Laki-laki bertubuh tinggi yang potongan rambutnya cepak dengan wajah khas pria Indonesia itu membuatku salting. Dia menyengir karna tau aku sedang malu karna salah orang.

"Anak kelas sebelas Ipa dua kan?" tanyanya.

"Iya"

"Tadi temannya pinjam sapu OSIS udah di pulangin belum?"

"Sapu yang ada tulisan OSIS itu ya kak?"

"Iya"

Ya iyalah, kan ada tulisan OSIS-nya Im Bego!.

"Tadi teman buru-buru pulang kak, mau dipulangin dia bilang tadi besok aja dia yang mau pulangin"

"O, Sekarang sapunya dimana?"

"Di kelas kak, kakak mau ngambil?"

Dia tersenyum, "Kakak mau nyapu ruang OSIS, besok takutnya gak sempat"

"Ya udah, ayo"

"Raima mau ikut juga?"

"Oh" geleng-geleng "Sapunya disimpan di lemari kelas kak. Kuncinya Im yang pegang"

"O, gitu. Gak apa-apa ya kakak ngerepotin sebentar?" dia mengimbangi aku berjalan kearah kelas.

"Nggak kak, kami yang ngerepotin kakak. Sapu kami baru beli seminggu lalu hilang, satu lagi tangkainya patah dimainin anak cowok"

"Nggak apa-apa. Kelas kami sapu juga sering ilang, kirain di kelas kami aja"

"Oh, kelas kakak juga ilang?"

Dia mengangguk. Dia membuka pintu kelas dan mengizinkan aku masuk. Setelah membuka kunci lemari, aku kaget karna sapu itu gak ada.

"Gak ada kak. Apa mungkin udah dipulangin sama Vera ya tadi waktu dia ke WC"

"Jadi, maksudnya di ruang OSIS?"

"Kakak gak liat di ruang OSIS?" tanyaku

"Tadi kakak ke kelas ambil tas, Pas keluar tadi kakak baru ingat mau bersihin ruang OSIS. Makanya liat Raima kakak tanyain"

"Hm, yaudah. Lihat aja kak, siapa tau ada di ruang OSIS"

Dia mengangguk, melangkah keluar di ikuti olehku.

"Raima mau ikut?"

"Eh, iya kak, mastiin sapunya bener ada disana atau gak. Kan tanggung jawab kami kalo hilang"

Dia tersenyum. Nih ya kakak ini ganteng banget, kalo senyum dagunya panjang, dan bibirnya itu seolah di ciptakan untuk tersenyum. Kalo jadi model produk, pasti laris. "Ayo"

Aku bareng dia yang tersisa di kelas –kayaknya- karena udah sore banget. Ruang OSIS berantakan, banyak guntingan kertas. Emana nih anggota?, masa ruangan ditinggalin kotor begini dan suruh ketua OSISnya yang beresin?. Terlalu!.

"Nah ini sapunya" Aku mengambil sapu yang ada tulisan OSIS-nya yang tersandar di sudut ruangan.

"Hm, kakak gak periksa dulu. Maaf ya"

"Iya kak. Yaudah, biar Im bantuin biar cepat selesai. Ini udah jam 5 sore"

"Wah, makasih banget Raima" dia tersenyum sambil memungut guntingan kertas yang bertebaran di lantai.

"Gak apa-apa" gak apa-apa bantuin kakak kelas yang baik kayak dia. Entah dia ingat atau gak dulu waktu MOS dia pernah ngasih air mineral dan bayarin jajan di kantin waktu kami lupa bawa uang.

Dia itu baik, baiknya gak cuma sama cewek tapi sama semua orang. Kalo kita mikir dia baik karna cari muka untuk dekat sama cewek, dia ngelakuin itu kepada semua cewek. Gak pandang umur, gak pandang rupa.

Semua orang di sekolah sayang sama dia, ngidolain dia.

"Pulang naik apa Raima?" tanyanya waktu kami sudah selesai beres-beres.

"Angkot Kak"

"Rumah Raima dimana?"

"Telanai Kak"

"Ya udah, bareng kakak aja, sekalian"

"Nggak ngerepotin?"

Dia tersenyum "Nggak, naik angkot nanti sampenya malam"

Aku mengangguk ngikutin dia kearah parkir.

"Kak"

"Ada apa Raima?"

"Kayaknya Pagarnya di gembok deh"

"Hah?"

@@@


Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang