62. Pulau

1.6K 150 23
                                    

"Mau pulang ke Medan dulu libur semester ini"

"Ikutt"

"Nanti aja, nanti ada saatnya aku bawa kamu kesana"

Bau-baunya gak ada niat melamar. Bahkan sampe sekarang. Udah beberapa hari sejak dia ngomong itu aku keingat terus. Kalau dia serius pasti aku di ajak pulang juga.

"Anak gadis, udah siap barang-barangnya?" Pak Erte nongol di depan pintu.

"Udah Pak Erte"

"Obat-obatan dibawa, topi jangan lupa. Disana panas, nanti mimisan"

"Siap bos"

Dia duduk disebelahku. "Nanti langsung ke Sadu pulangnya. Kami tungguin disana"

"Oh iya, Kado untuk Fani Pak Erte yang bawa ya?"

"Beres" dia mengacungkan jempol. "Eh, kapan Jerry berangkat ke Medan?"

"Belom tau, habis acara ini kali"

"Loh, kok jawabnya gitu?. Kayak gak semangat"

"Masa Jerry gak ngajak Im ke sana. Kenalin kek ke keluarganya. Cewek itu maunya kepastian. Mengenalkan ke keluarganya udah salah satu bentuk kepastian seorang cowok"

"Hahahha, anak Pak Erte udah dewasa. Gini sayang, mungkin ada alasan lain kenapa dia gak ngajak. Tapi bapak yakin bukan berarti itu bermaksud Jerry gak serius sama kamu"

"Gitu ya Pak Erte?"

Pak Erte mengangguk, merangkulku dalam pelukannya.

"Pak Erte"

"Kalau ada yang melamar Im, tapi bukan Jerry gimana?"

"Siapa?" dia natap kepo. "Bapak gak liat cowok lain yang dekat sama kamu selain Jerry"

"Kan kalau, gimana Pak Erte?"

"Jerry mau di kemanain?"

Aku angkat bahu.

"Kalo ada yang serius kenapa nggak sayang. Tapi kembali lagi ke kamu. Menikah lah dengan inginmu. Bukan karena dendam, menunjukkan pada orang bahwa kamu bisa menikah, atau hanya karna ada yang melamar ketika kamu ingin dilamar. Menikah kalau bisa sekali seumur hidup. Seperti bapak yang akan seperti itu sama ibumu"

Aku memeluknya. Entah kenapa mendengar ia mengatakan ini membuatku ingin menangis. Mungkin aku terharu pada cinta Bapak ibu dan niat mereka.

"Kamu anak baik, kamu pasti akan mendapatkan jodoh yang baik pula. InsyaAllah" katanya menepuk punggungku.

"Yaelah anak beranak ini malah melo-meloan" ibu datang berkacak pinggang.

"Anak gadis kita udah gede bu. Udah mau nikah" Pak Erte meledek

"Hah?" ibu duduk disebelahku "Udah dilamar Jerry ya?" tanyanya antusias.

"Ih nggak, cuma ngomong aja"

"Dia ada ngomong mau nikah?"

"Im aja yang ngomong"

"Hedeh, Sama juga boong" tiba-tiba dia jadi lesu. "Laki-laki itu perlu di pancing. Bapakmu dulu, kalo gak ibu pancing dengan bilang kalo ibu mau di lamar Babinsa dia gak lamar-lamar"

"Sebenarnya bapak gak ngaruh. Tapi berhubung bapak tau Babinsa itu juga suka sama ibumu. Langsung bapak datangi kakekmu. Anaknya bapak pesan dulu daripada di sambet orang"

"Trus pak?"

"Trus kakekmu bilang kalo bapak gak bisa melamar ibu sebelum dapat kerja"

"Bapakmu gengsinya gede kalo nyari kerja. Gak mau jadi anak buah"

Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang