46. Baper

1.7K 145 21
                                    

Kalau ku tau dengan chatingan saja bisa buat move on, sudah ku lakukan dari dulu.

"Lakuin apa?"

Seth dah, si Jerry bikin kaget. "Nggak, nggak ada"

"Asik benar liatin hape dari tadi"

"Ih sotoy. Baru datang juga"

"Nggak sotoy, aku liat sendiri dari buka pagar sampe kemari kamu liatin hape terus. Ngomong sendiri pula. Nih, anak udah tercemar media sosial" dia nunjuk-nunjuk aku kayak tersangka maling ayam.

"Sembarangan"

"Udah ah, yuk. Nanti sampe malam". Dia ngambil kunci motor di meja teras kontrakannya lalu berjalan ke garasi.

"Jaketnya" aku berdiri mengikutinya dari belakang sambil membawa jaket abu-abu miliknya.

"Gerimis" dia mengambil jaketnya lalu memakaikan jaket itu padaku.

"Ini kan untuk kamu" pasrah aja di pakein jaket sampe ke penutup kepalanya juga. "Aku ambil jaket satu lagi ya?"

"Gak usah. Nanti sampe magrib ke rumah kena marah Pak Erte" ngomongnya datar banget.

"Tapi kan gerim_"

"Nggak, Bawel"

Ih, kenapa anak ini?. Apa otaknya benaran gegar gara-gara kena tonjok tadi?.

"Im?" dia yang udah ngidupin sepeda motor maticnya nungguin aku duduk dibelakang.

"Iya" duduk di belakangnya "Gak usah buru-buru, gak ada juga yang di kejar" Aku khawatir dia itu bawa motor gak pake kacamata. Rabun dekat bahaya juga kalo ayam orang tiba-tiba lewat kegilas. Satu ayam bisa ganti rugi 50 ribu, itu ayam kampung –walau tinggalnya di kota Jambi-. Anaknya agak murahan sedikit lah –Lha kalo nabraknya pas anak ayam lagi main Tepekong1, kan banyak-. Nah, yang mahal itu kalo kegilas ayam betina atau induk ayam. Sampe ke prospek masa depannya juga di itung. Kalo idup bisa ngasilkan anak ayam berapa, telurnya berapa dan berapa uang semuanya itu. Padahal mungkin aja kalo ayamnya hidup dia mandul, gak bisa punya anak atau kalo gak itu gak sengaja ketelan pil KB.

Ahahaha, masa iya ayam ketelan Pil KB.

"Jer"

"Hm"

"Habis ujian semester liburan ya?, kita ke Pulau Berhala yuk"

"Pulau Berhala?"

"Iya, udah pernah kesana?"

Dia diam, entah mungkin juga geleng-geleng atau angguk-angguk.

"Disana itu keren, pokoknya rugi kalau orang Jambi gak pernah kesana"

Dia diam lagi.

Nih anak kenapa coba?. "Mampir makan mie ayam yuk, aku yang traktir"

"Nanti kita kemalaman, beli di dekat rumah aja"

Positif thinking ah, baru juga baikan kan?.

"Yang di dekat Jamtos enak"

"Jauh kita keliling lagi"

"Ih gak apa-apalah sesekali"

"Nggak, tujuan kita sekarang pulang" dih, dia ngotot mau nganterin pulang "Beli yang dekat-dekat aja, yang satu arah Im"

"Ini kan baru jam setengah lima, masih sempat kok sampe rumah sebelum magrib"

"Nggak" dia mempercepat laju sepeda motornya. "Pegangan, Helmnya dipake betul-betul"

Ih, dia mulai cerewet kayak pak Erte. Sebal!.

Aku kan sebenarnya ngajak mampir makan sambil tanya-tanya sama dia. Dia itu kenapa?, kalau ada masalah bisa cerita sama aku. Dari mimpi dan ngigo anehnya, sikapnya ini. Apa yang terjadi padanya?. Apa yang terjadi dua hari terakhir?.

"Itu didepan ada mie ayam, Mau beli di sana atau yang di dekat gapura?"

"Gak usah, gak selera makan lagi"

"Im"

"Kan maunya mie ayam di dekat Jamtos"

"Hedeh, kayak mak-mak ngidam kamu" nyeloteh, tapi motornya gak mutar balik juga.

@@@

"Kan, sampenya magrib juga"

Lampu teras udah nyala. Emang matahari udah gak kelihatan lagi. Tapi masih cukup terang kok.

"Sama aja kalo kita makan mie ayam di Jamtos tadi. Ini buru-buru akhirnya terlambat juga gara-gara nyari jalan pintas. Lalu kan ban motornya kena paku"

"Masih aja ngambek gara-gara mie ayam. Kan sudah di beliin es krim tadi non"

"Es krim tiga rasa seribu rupiah"

Dia tertawa "Tiga ribu ya" ralatnya.

"Sama aja. Emang aku Lucca bisa di sogok sama es krim tiga rasa yang habisnya cuma sampe tenggorokan aja"

"Beli 15 ribu cuma sampe tenggorokan aja?".

"Kan duanya jatuh"

"Ya udah, kapan-kapan kita ke sana. Aku janji" nyodorin kelingking kanannya ke arahku.

"Gak usah, aku gak mau kamu berjanji cuma karna mie ayam"

"Im" dia menatapku putus asa.

"Kenapa?, aku gak merajuk Jer. Kamu sibuk, aku ngerti. Aku bisa pergi sendiri atau pergi sama kak Rahima"

Dia menatapku serius. mungkin dia berfikir aku sedang menyembunyikan perasaan. "Oke, bilang Pak Erte sama ibu aku pulang ya" dia menghidupkan sepeda motornya.

"Jerry" menyentuh lengannya, menahannya untuk tidak memutar motor.

"Ada apa?"

Aku memutar kunci sepeda motor itu hingga suara berisik sepeda maticnya berhenti. "Jerry, apa ada masalah?"

Keningnya berkerut, kemudian dia tersenyum "Masalah apa?, gak ada"

"Atau aku ada buat salah ya?"

"Im"

"Habisnya kamu ngotot banget mau antarin aku pulang cepat-cepat, gak mau mampir lagi. Sikap kamu aneh. Ada yang kurang dari kamu, kayak ada masalah. Apa yang terjadi selama dua hari ini?. Ada yang aku lewatkan?. Jer, apa kamu masih gak bisa maafin masalah yang di Ancol itu?"

"Im, Aku buru-buru ngantarin kamu pulang biar gak kemalaman di jalan. Aku gak pake kacamata, Aku gak bisa lihat kalo malam. Mana pula lampu motornya gak idup"

Hah? Seriusan?.

"Udah, jangan baper" genggam tanganku seolah untuk memastikan bahwa dia gak kenapa-napa. Dia ngidupin sepeda motornya lagi.

"Jer, Maaf" Huhuhu, aku gak nyangka apa yang aku lakukan berdampak seperti ini padanya. Kacamatanya pecah untuk kedua kalinya karna aku kan?. Dia nggak marah, padahal aku udah buat banyak kerugian sama dia. Demi ngantarin aku dia rela-relain bawa motor tanpa kacamata "Trus_"

Hah?!!

Pak Erte!

Sejak kapan aku peluk dia!!.

Semenit hilang kesadaran karna meluk dia, aku langsung menjauh satu meter. Kalau kelihatan Pak Erte habis kami di arak keliling komplek dan Jerry di celupin ke Sungai Batanghari.

"Jer?" Lha, dia gak bergerak sejak tadi. Beku kayak es, dia kenapa?!.

Jangan bilang Jantungnya tiba-tiba berhenti berfungsi gara-gara aku memeluknya tadi!.

"Jerry?"

"Pak Erte" Bahkan suara Jerry terdengar menggigil.

@@@

Maaf ya kalo ceritanya gak seru. Si Jerry lagi bad mood kayaknya makanya kurang romantis. 

😄

Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang