56. Prasangka

1.6K 147 21
                                    

Jerry nyebelin!!. Aku yang harusnya bersikap seperti itu!, Aku!!. Kenapa dia tiba-tiba jadi dingin kayak gini?. Kenapa dia otoriter kayak gini?. Ini bukan cerita kayak novelnya Santi Agatha, dimana cowok otoriter, cool yang mendominasi ceweknya lalu saling jatuh cinta. Ini tentang Jerry, cowok imut, baik hati, lucu, bikin semua orang suka tapi aslinya pembohong.

"Iya, nanti aku cek lagi"

Aku belum benar-benar tidur karena kepalaku pusing. Sesekali aku tersedu dan hidungku masih terasa sempit –selain karna disumpal sebelah sama daun sirih-. Aku sadar dia duduk di tepian kasur menghadapku, entah apa yang dia lakukan. Aku rasa dia sedang menatapku. Oh, apakah dia akan membunuhku?. Mencekikku?.

Deg!

Dia meraba dahiku. Lalu menyentuh leherku dengan punggung tangannya. "Masih"dia berbicara dengan siapa?. "Oh, oke makasih Vi"

Vi?, kebanyakan nama Vi itu adalah cewek. Ah, ngapain lagi sibuk ngurusin dia dekat dengan siapa. Toh, sekarang aku dan dia gak ada hubungan lagi. satu-satunya alasan aku ada disini adalah karena aku dalam kondisi tidak fit untuk pulang.

"Im" dia panggil aku?.

"Hm" aku malas membuka mata.

"Bangun, makan malam dulu. Ada donat sama coklat hangat. Habis itu minum obat"

Aku membuka mata, wajahnya berkilau karna mataku berkaca-kaca. Ya Tuhan, kenapa laki-laki ini baik sekali. Kenapa laki-laki seperti ini yang menyakiti Im?.

"Gak lapar" Aku membelakanginya lalu menarik selimut menutupi tubuhku. Menangis.

"Kamu harus makan, biar gak sakit kayak gini. Kalau kamu kuat kamu bisa pulang, bisa marah sama aku, bisa_"

Aku membuka selimut menatapnya "Aku bisa pulang sekarang" Aku berusaha duduk. Ku buang daun sirih yang terasa mengganggu di hidungku.

"Im" dia berusaha menegahku yang hendak berdiri meskipun sempoyongan. "Im!" dia menarik lenganku yang entah kapan sudah berlutut di atas kasur. "Berhentilah bersikap seperti anak-anak dan keras kepala seperti ini. Di rumah gak ada orang sementara kamu sakit begini. Siapa yang jaga?. Kamu itu tanggung jawab aku untuk beberapa hari ini. Jadi biarkan aku menjalankan tanggung jawabku. Setelah itu terserah kamu mau ngapain"

"Gak usah sok peduli" aku menatapnya benci, aku ingat lagi dengan apa yang ia lakukan padaku. Apa yang dikatakannya sudah menunjukkan bahwa selama ini dia gak cinta sama aku. Dia gak membantah semua yang fikiran negatifku katakan. Bahkan dia tidak meminta maaf. "Aku gak akan aduin ini ke Pak Erte, jangan takut"

"Takut?, kamu tau apa yang aku takutkan?. Kejadian seperti ini dan keras kepalamu itu. Aku takut kamu akan melakukan apa yang pernah kamu lakukan dulu pada Pak Erte. Membuat jarak dan membenci dalam waktu lama. Im, Setiap orang pernah berbuat salah_"

"Urusan aku dan Pak Erte sama urusan kamu itu beda Jerry. Pak Erte gak bohong seolah aku anak kecil yang mudah dibohongi. Apa yang kamu rasakan ketika tau bahwa Kak Afgan ada di masalaluku dulu gak sesakit dengan apa yang aku rasakan ketika tau kedekatan kamu dengan cewek itu. Kamu bisa bernafas lega karna Kak Afgan ada di masa laluku tapi bagaimana dengan aku?. Dengan jelas aku tau cewek itu ada di kehidupanmu saat ini dan terus terang menunjukkan rasa sukanya padamu, didepanku. Kuperjelas lagi, DI DEPANKU!" Ah Kepalaku semakin tidak bisa di ajak kompromi lagi.

"Hubunganku dengan Melani itu hanya sebagai teman, hanya sebatas hubungan antara mahasiswi dan Im!!"

@@@

Lengan kiriku sengal. Ketika membuka mata aku melihat selang infus dimana botol infus itu tersisa sepertiga botol. Masih di kamar Jerry, di kasurnya dengan selimut coklat tebal miliknya. Tapi aku tidak melihat tuannya.

Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang