89. Medan

1.1K 115 16
                                    

Seharusnya aku lakukan ini

....

"Lusa kita berangkat"

Ini lusa yang kami tunggu. Aku tidak tahu ini benar atau tidak. Tapi aku harus lakukan sesuatu. Setidaknya aku tidak berdiam saja di kamar Jerry meratap dan menangisi kehilangannya.

Edwin, orang yang diceritakan Novia bahwa dia tau alamat Jerry di Medan. Bersama Niko dan Novia yang udah sangat peduli dengan kegilaanku karena rasa bersalah pada saudara serumahnya, Jerry.

Taksi yang membawa kami berhenti didepan sebuah bangunan berpagar besi tinggi.

"Benar ini alamatnya?" tanya Niko

"Iya, aku sempat mampir dulu sebelum Koh Jerry antar aku ke rumah" jawab Edwin. "Yok turun" ajaknya membuka pintu taksi.

Kami keluar setelah Niko membayar taksi.

"Ini rumah Koh Jerry, Ko?" tanya Novia pada Niko sementara Edwin yang menemui satpam langsung dibukain pintu pagarnya.

"Ayo" Edwin melambai supaya kami masuk.

"Gila!, ini bertolak belakang banget sama koh Jerry yang hidupnya biasa-biasa aja di Jambi. Pengusaha apa sih?, kaya banget ini, rumah gedong" Novia menyikut Edwin yang fokus mengikuti satpam.

"Ntar aja ditanyain kalo udah ketemu orangnya"

"Ko"

"Ya kak?"

"Kalian aja yang masuk. Aku tunggu diluar"

"Kenapa?, ayo gak apa-apa kak"

Aku menggeleng "Kalian aja ya?"

"Yaudah, kakak jangan kemana-mana ya?" pesan Novia.

Aku mengangguk, melihat mereka bertiga mulai memasuki rumah itu. Aku mengedar pandangan ke sekeliling pekarangan rumah yang luas. Ada pohon palm berjejer didekat pagar tinggi. Bunga kertas, bongsai, dan banyak lainnya. Pemisah antara jalan taman ini ada tembok setinggi satu jengkal. Yang mana setiap dua meter ada pot besar yang lekat dengan temboknya berisi bunga.

Aku duduk di tepi salah satu pot, berteduh dibalik pot bunga. Kalau memang ini rumah Jerry, dia simpan banyak rahasia dariku dan bahkan dari teman-temannya di kampus.

"Kenapa disini?, gak masuk?"

Jerry

Ia mengernyitkan mata dan hidungnya karena silau matahari.

Aku menggeleng. "Aku takut"

"Takut kenapa sayang?, hmm?"

Aku Menggeleng lagi. "Sini, lebih adem dan gak silau" ajakku

"Daripada disini lebih baik ke taman samping. Ada kolam ikan yang kayak kita omongin dulu" ceritanya antusias.

"Boleh?"

Dia tersenyum memberi anggukan pasti. Dia berdiri mengulurkan tangan, tapi tidak menyambut tanganku. Aku mengikutinya menuju taman samping yang di bilang melewati tanaman hias yang rumputnya bagai permadani.

"Siapa ya?" Seorang bapak tua yang sedang memegang gunting tanaman menghentikanku.

Aku harus bilang apa?. Aku bisa dikira penyusup yang mau mencuri dirumah ini. Aku menatap Jerry yang berhenti berjalan. Menatapku dan pak tua - yang kurasa tukang kebun- itu tersenyum. Seolah mengisyaratkan tidak apa-apa.

"Maaf pak, saya umm temannya Jerry dari Jambi. Beberapa teman saya ada didalam, saya hmm saya tidak masuk dan jalan-jalan di taman ini dan mau lihat kolam ikan di taman samping. Maaf saya lancang pak"

Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang