47. Kolokan

1.6K 144 7
                                    

"Pak Erte" Jerry beralih posisi duduk.

"Bagus ya?, orang ngaji di Masjid kalian malah mojok di sini. Di depan rumah pak Erte pula!. Mau di kawinin?!"

Hooo, benar deh Pak Erte Salim sedang berdiri di teras rumah dengan sarung dan baju koko hendak ke masjid sambil berkacak pinggang. Matilah anak muda!!.

Aku menjauh dua langkah dari Jerry yang langsung mematikan sepeda motornya.

"Pak Erte ini bukan salah Jerry, Im yang_"

"Masuk!"

"Jer, cepat pulang sana, nanti keburu malam"

"Sekalian sama Jerrynya juga!"

Hoaaa, matilah kami. Jangan-jangan kami benaran mau di kawinkan, trus di arak keliling komplek. Cuma karna aku meluk Jerry?. Itu_.

"Raim!"

"Iya, iya.."

Marah besar ni pak Erte.

@@@

Mukanya pak Erte masam banget. Sampe gak jadi dia solat magrib di masjid. Untuk kali keduanya Jerry di tunjuk jadi Imam memimpin solat dirumah. Kali pertama karena ngantarin aku yang galau karna kak Jaya, dan Jerry dikira penyebab aku nangis. Kali keduanya karna kami melanggar larangannya.

Kali ini gak bisa nyelamatin diri. Duh, kasihan Jerry. Bayangin aja dia besok kan ada ujian, gak bisa pulang dan besok gak jamin dia di izinin pulang sama pak Erte. Aku udah berusaha bujuk pak Erte dengan ngomong empat mata untuk suruh dia pulang. Dia cuma bilang gini :

"Jangan banyak omong, masuk kamar dan renungkan apa salah kamu. Jerry, bapak tau bagaimana mengurusnya!"

Habis itu, aku masuk kamar nangis bombay. Yang kufikirkan saat itu adalah Jerry. Dia itu gak salah apa-apa, trus dia malah ikutan kena imbasnya. Lagian semua tau kalo aku gak sengaja meluk dia, sama gak sengajanya waktu aku mukul dia.

Sudah capek nangis di meja belajar, maunya pindah dikasur sambil tiduran. Aku baru sadar kalo kasur yang di jemur gak diangkat. Ini pasti efek kena marah pak Erte. Jam beker sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku keluar pelan-pelan dan suara pintu ku usahakan tidak berbunyi.

Ruangan gelap, aku melirik ke sofa di depan tivi dimana biasanya Jerry akan disuruh tidur. Tapi sepertinya tidak ada siapa-siapa. Apa mungkin Jerry di izinkan pulang?. Baguslah kalau begitu kan?. Aku melangkah ke dapur tapi aku lihat bilik solat lampunya manyala. Apa mungkin Pak Erte solat?.

Jerry?

Ada dia yang tidur di bilik solat masih pake sarung dan peci. Tidurnya miring kayak anak bayi, imut banget. Bahkan akan tetap imut kalo dia ileran. Ih, kalo gini serasa pengen cepat sah. Gak apa-apa kali ya kalo di kawinin sama dia?.

"Hoi, anak gadis!"

Buset!!!

Saking kagetnya aku kejedot dinding dan Jerry kebangun langsung duduk pegang kain sarungnya. Aku udah kayak maling sarung ketahuan.

"Pak Erteeee. Sawan tau" aku semaput.

Pak Erte berkacak pinggang berdiri satu meter dariku. Entah sejak kapan dia datang. "Ngapain berdiri di disitu?"

Jerry yang wajahnya kayak ayam kena flu burung karna bangun terkejut ikut natapin aku. Ih, biasa aja natapnya Jerry!.

"Nggak ada, ini kan jalan. Im mau ke dapur trus lihat lampu bilik ini nyala" bela diri

"Trus?"

Lirik jerry yang masih melongo.

"Trus.. ttrus lihat ada orang, eh ternyata Jerry tidur disini. Udah itu aja"

Miss Raim and Her Bro~ndong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang