Chptr 3 : Ketakutan Mita

4.9K 454 100
                                    

Akhir pekan ini, Rio lebih meluangkan waktunya untuk beristirahat di dalam rumah. Ia berdiri diatas balkon kamarnya sambil menikmati semilir angin yang berhembus membelai wajah tampannya. Sesekali ia menutup matanya, berharap semua rasa sakitnya akan segera hilang. Ia teringat kejadian tempo hari itu. mungkin saja hari itu, ia bisa dibawa ke rumah sakit oleh Mamanya. Karena kecerobohannya ia sampai melupakan obatnya.

Ia membuka matanya, Menghembuskan napas pelan. Ia memegang kepalanya. Andai saja perempuan itu tak menolongnya, pasti ia akan langsung dirawat inap di rumah sakit. Tetapi ia sama sekali tak mau seseorang menolongnya. Ia tak mau berutang budi pada siapa pun. Termasuk pada perempuan itu. Aku tak butuh bantuan dia, pikirnya. Apalagi dia perempuan, ia sama sekali benci dengan yang namanya berurusan dengan perempuan. Ia memiliki masa kelam saat ada perempuan yang mendekatinya. Dan dengan seenaknya, perempuan itu pergi meninggalkan dirinya.

Rio berjalan meninggalkan kamarnya. Bosan berada dikamar terus, Rio memilih untuk pergi ke taman belakang rumahnya. Diruang tamu, ia melihat Mamanya sedang berbincang-bincang dengan seorang perempuan. Ia tak bisa melihat wajah perempuan itu karena perempuan itu membelakanginya. Rio yang tak peduli, langsung berjalan meninggalkan ruang tamu.

Suasana tenang taman, membuat Rio sangat nyaman. Angin berhembus menerbangkan beberapa helai rambutnya. Bunyi kicauan burung-burung kecil menambah ketenangan hati Rio. Hanya saat ini saja, Rio bisa melupakan penyakitnya walau pun hanya sebentar. Ia melihat burung-burung yang bertengger didahan pohon. Ia ingin sekali seperti burung itu, terbang bebas sesuka hati tanpa memperdulikan apa pun dan tak ada yang bisa menahannya. Tapi, itu hanya dalam angannya belaka. Mengingat kondisinya yang selalu drop. Ia tak akan pernah bisa bebas selama Mamanya mengawasi keadaannya.

"Rio!" panggil seseorang. Rio menoleh, ternyata itu Mamanya. Anisa tak sendirian, ia bersama seorang perempuan. Tetapi, perempuan itu ada dibelakang tubuhnya.

"Ada apa, Ma?," tanya Rio jutek.

"Mama mau memperkenalkan asisten pribadi kamu yang baru."

DEG

Seperti tertimpa batu yang besar. Rio tak percaya, Mamanya benar-benar membawakannya asisten pribadi untuknya. Emosinya pun mulai naik, tetapi ia mencoba meredamnya. Ia tak mau membuat Mamanya kesal lagi padanya karena sikap kasarnya.

"Ma, Rio mohon. Rio nggak butuh asisten pribadi. Rio udah dewasa. Rio bisa jaga diri sendiri." nada bicara Rio mulai pelan.

"Jaga diri sendiri?. Apa menurut kamu Mama tidak tau kalau hari itu penyakit kamu kambuh lagi?."

Rio terbelalak, "Ba.. Bag... Bagaimana Mama tau?."

"Asisten pribadi kamu sendiri yang bilang."

Rio menaikan sebelah alisnya. Dia tau?, bagaimana bisa?, pikirnya. Rio berjalan menghampiri perempuan itu yang masih bersembunyi dibelakang Mamanya.

Ia terkejut bukan main. Lututnya seakan lemas. Ternyata dia adalah... Perempuan yang waktu itu membantunya.

Mamanya menarik perempuan itu berada disampingnya. Perempuan itu nampaknya gugup dan juga takut. Perempuan itu melirik Rio. Rio menatapnya dengan tatapan yang menyeramkan. Rio mengibarkan bendera peperangan untuk perempuan itu.

"Rio, kenalkan ini Mita Listiana," ucap Mamanya memperkenalkan perempuan itu pada Rio.

"Dia akan menjadi asisten pribadi kamu," sambungnya.

"Aku nggak mau!," tolak Rio.

"Kenapa kamu menolaknya? Mita perempuan yang cantik dan baik. Mama baru tau ternyata dia itu satu sekolah sama kamu. Jadi dia bisa jaga kamu kapan pun." Rio risih mendengar Mamanya memuji perempuan itu.

Miracle (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang