"Apakah mencintaimu harus sesakit ini?"
-Mario Febrianto
****
"Kamu darimana aja, sih?" tanya Rio cemas.
"Iya, maaf. Aku ketiduran," jelasnya.
"Ya, lagian kamu bikin aku khawatir terus, sih," cerocosnya.
Mita memutar kedua bola matanya. Hampir setengah jam telinganya terus mendengar Rio mengoceh di ponselnya. Bukannya kenapa-napa, ia hanya ketiduran beberapa jam, tapi kenapa Rio mengoceh padanya seperti seorang ibu yang memarahi anaknya.
Ya, walaupun Rio mengoceh seperti itu tidak membuat senyuman manis hilang dari wajah Mita. Mendengar Rio khawatir padanya saja sudah membuat dirinya terbang ke angkasa. Sulit diungkapkan dengan kata-kata, yang pasti Mita amatlah senang.
"Lain kali jangan gitu, yah," ucapnya sedikit manja.
Mita tertawa renyah. "Apa sih, Rio? Kok kamu kayak gini, sih? Kamu keracunan obat, huh?" goda Mita.
"Ngeledek, yah? Aku nggak kenapa-napa, kok. Emang ada yang salah?"
Mita menggeleng. "Nggak ada yang salah, sih? Btw, kamu udah minum obat?" tanya Mita mengubah topik pembicaraan.
"Oh, udahlah. Nggak usah disuruh pasti aku minum kok," jawabnya.
"Iya, iya. Dasar bayi manja. Hahaha," ledeknya.
"Dih. Kok gitu, sih? Kalo aku bayinya, kamu jadi babysitter, yah. Hahaha," ledeknya balik seraya tertawa cukup keras.
Mita terdiam sambil mendengarkan suara tawa orang yang ada di ponselnya. Sudah lama sekali Mita tak mendengar Rio tertawa. Suara tawanya sangatlah ringan, seperti tidak ada beban. Bahkan saat Rio tertawa bisa dihitung dengan jari. Disekolah, Rio mempunyai julukannya sendiri, yaitu es batu. Ia mendengarnya sendiri dari Wenda. Entahlah darimana sebutan itu yang pasti julukan itu sudah sering ia dengar dari teman-temannya bahkan kakak kelasnya.
"Mit, malam minggu nanti jalan, yuk!" ajak Rio antusias.
Hening.
Beberapa detik berlalu, tetapi tak ada jawaban dari lawan bicaranya. "Mita? Kok diem? Aku salah ngomong?" tanya Rio.
"Ah, ng-nggak kok," ucap Mita gelagapan. "Tadi kamu ngomong apa?"
"Aku ngajak kamu jalan. Mau nggak?"
Bingung. Tak tahu apa yang harus ia katakan pada Rio. Disatu sisi, ia ingin sekali pergi dengan Rio. Tapi disisi lain, ia sudah berjanji pada Dave kalau ia akan pergi dengannya. Kalau ia membatalkan janjinya pada Dave, ia merasa tidak enak dengan Dave karena ia sudah menjanjikan akan pergi dengannya. Tapi, kalau ia menerima ajakan Rio, bagaimana dengan Dave? Masa ia harus pergi dengan Dave dan Rio, itu tidak mungkin.
"Emm... Kayaknya aku nggak bisa, deh," ucapnya bernada pelan.
"Kenapa?" tanya singkat. Walaupun singkat, Rio tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya pada Mita.
'Gimana, nih? Gapapa nih kalo aku bilang sama Rio. Nanti kalo Rio marah, gimana?' batin Mita.
"Mit? Yeh, malah bengong. Jawab dong," ucapnya membuyarkan lamunan Mita.
'Gapapa, deh. Aku nggak mau ngebohongin Rio' batinnya lagi.
"Aku ada janji sama Dave," ujarnya lantang.
"HAH?" pekiknya.
"Ke-kenapa? Kayaknya kamu kaget banget," tanya Mita.
"Hm... Ya, gapapa, sih. Semoga sukses, yah jalan-jalannya," ujarnya dengan nada dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (COMPLETED)
Teen Fiction#252 In Teenfiction (12/06/2018) #55 In Teenlit (25/07/2018) 17+ TAHAP REVISI [Part 45 sampai akhir akan di privat acak untuk menghindari adanya peniruan karya. FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA^^] "Mit, kamu mau dengerin permintaan aku, nggak...