Chptr 5 : Saling Peduli

3.8K 404 63
                                    

"Jangan pernah menganggap dirimu itu sendirian. Masih banyak yang peduli denganmu dan sayang denganmu, hanya kamu saja yang menjauh dari mereka dan memilih untuk sendiri."
-Mita Listiana.

****
"Kak Rio. Kak Mita. Kevin pulang." teriaknya.

Mita pun langsung menghampiri Kevin yang baru saja pulang dari sekolahnya.

"Kevin pulang sama siapa?," tanya Mita.

"Aku pulang sama Pak Adit, Kak. Kak Rio kemana?," tanya Kevin.

"Kakakmu ada di sofa. Dia sedang nonton Tv." Kevin pun langsung menghampiri Kakaknya yang sedang asik menonton Tv. Mita pun berjalan ke dapur untuk mengambil beberapa cemilan.

"Mita, kamu mau ngapain bawa makanan sebanyak itu?." Mita menoleh, ia melihat Cici tengah berdiri disampingnya.

"Oh, ini. Ini buat Kevin sama Rio. Mereka lagi nonton Tv."

"Kamu masih betah sama Tuan Rio, Mit?."

Mita mengerutkan dahinya, "Betah? Maksud Mba Cici apa?. Aku nggak ngerti."

"Maksud Mba, kamu masih betah kerja jadi asisten pribadinya Tuan Rio?."

"Betah kok, Mba. Emang kenapa Mba?."

"Gapapa sih, Mit. Tapi dia suka kasar nggak sama kamu?."

"Dia nggak kasar sih Mba. Cuma kata-katanya aja yang pedes banget. Tapi aku udah biasa kok Mba." Mita menjawabnya sambil tersenyum.

"Cici. Tolongin aku bersihin gudang, yuk," ucap Lia.

"Ya udah. Aku bantuin Lia bersihin gudang dulu yah, Mit." Mita pun mengangguk.

Mita membawa nampan yang berisi makanan ringan dan juga minuman itu untuk Kevin dan Rio. Mita melihat Rio dan Kevin yang sedang tertawa lepas karena menonton acara komedi. Mita memperhatikan Rio yang sedang tertawa itu. Jarang sekali ia melihat Rio tertawa seperti itu. Jika diperhatikan, Rio sangat tampan jika tertawa. Sebenarnya Rio memang tampan, tetapi ketampanannya itu ditutupi oleh sikap kasarnya.

"Heh! Ngapain lo ngeliatin gua kayak gitu?."

"Ah, iya. Maaf." Mita pun menaruh makanan itu di meja yang ada di depannya.

"Kak Mita, kita nonton bareng yuk," ajak Kevin.

"Apaan sih kamu, Kev?. Ngapain kamu ngajak dia?."

"Udahlah Kak. Biarin aja Kak Mita gabung sama kita."

"Ya udah," jawabnya malas. Mita pun duduk di sebelah Rio.

Selama menonton Tv, Rio lebih banyak diam. Sesekali Rio melirik Mita, Rio melihat Mita yang tertawa lepas. Senyum kecil mengembang di sudut bibir Rio. Tetapi senyumannya hilang karena tiba-tiba saja kepalanya mulai terasa sakit lagi. Rio pun mencoba menahannya. Karena sudah tak kuat lagi, Rio pun bangkit dari sofa lalu berjalan ke arah kamarnya. Kevin dan Mita pun saling bertukar pandangan. Ada apa dengan Rio?, pikir Mita. Tiba-tiba handphonenya bergetar.

Mario
"Beliin gua nasi padang sama jus mangga. Gua laper. Nggak pake lama.

"Kevin, Kakak mau keluar sebentar yah."

"Iya, Kak," ucapnya.

****

TOK... TOK... TOK...

"Masuk." ucap suara dari dalam kamar Rio. Dengan perlahan Mita membuka pintu. Di tangannya sudah tersedia satu bungkus nasi padang dan jus mangga pesanannya. Mita agak heran melihat Rio hanya berbaring saja di ranjangnya. Rio pun sering sekali memegang kepalanya. Mita pun menghampiri Rio.

"Ini pesanannya." Mita duduk di pinggir ranjang sambil memberikan nampannya pada Rio.

"Makasih," ucap Rio ketus. Tapi bukannya pergi, Mita hanya diam saja di tempatnya. Mita memandang Rio yang melahap makanannya dengan malas. Lama-lama Rio pun risih di tatap Mita.

"Ngapain lo ngeliatin gua?. Udah sono, keluar dari kamar gua," usirnya. Tetapi tetap saja, Mita tak beranjak sekali. Ia malah menatap Rio sambil tersenyum.

"Lo kenapa sih?!. Ngomong kalo ada masalah. Jangan ngeliatin gua makan!," ucapnya dengan nada tinggi.
"Gua tau lo belum minum obatnya, kan?." ucapan Mita langsung membuat Rio terdiam kaku. Rio pun menyudahi makannya. Ia menaruh makanannya di atas nakas.

"Maksud lo apa? Tau dari mana lo, hah?!." Rio mencoba menghindar dari sorot mata Mita. Bagaimana Mita tau jika ia tak meminum obatnya, pikir Rio.

Mita menghela napas panjang, "Tapi bener kan kalo lo nggak minum obatnya?"

Rio berdecak pelan, "iya, iya. Gua ngaku. Gua nggak minum obatnya, puas?!. Trus, lo mau ngadu sama Mama gua? Ngadu aja."Rio beranjak dari ranjangnya dan berjalan menuju pintu kamarnya.

Rio membuka pintu kamarnya, "Sekarang lo keluar dari kamar gua. Keluar!." bentaknya.

Mita pun bergidik ngeri tetapi ia berusaha tenang di hadapan Rio. Mita pun bangkit lalu berjalan kearah Rio. Rio pun membuang muka di hadapan Mita.

"Kenapa? Kenapa lo begitu menyiksa diri." Rio menoleh kearah Mita.

"Apa maksud lo?."

"Walau pun gua nggak tau apa penyakit lo, tapi gua tau lo itu sangat tersiksa."

Rio mendekatkan kepalanya, "Cewek kayak lo itu nggak tau apa-apa. Lo nggak usah sok tau deh!."

"Gua hanya ingin membantu lo, Rio. Walau pun lo itu selalu kasar sama gua. Tapi gua peduli sama lo sebagai temen."

Rio terkejut dengan kata-kata yang keluar dari bibir Mita. Peduli? Ia sudah tak percaya lagi dengan kata itu. Kalo ada yang peduli dengannya, kenapa banyak orang yang menjauhinya, bahkan Mamanya saja mengurung dirinya layaknya seekor burung kecil.

"Peduli? Di dunia ini nggak ada yang peduli sama gua. Kenapa mereka ninggalin gua saat terpuruk seperti ini. Apa itu yang disebut dengan peduli, Mit?," suaranya pun mulai merendah. Dari sorot matanya, Mita bisa melihat kalau Rio itu sangat tersiksa. Rio merasa dirinya itu sendirian. Matanya pun mulai berkaca-kaca.

"Semua orang peduli sama lo. Mama lo, adik lo, termasuk gua juga peduli sama lo. Tapi lo yang menjauh dari orang yang bener-bener peduli sama lo. Seakan, lo itu membangun tembok besar di sekeliling lo."

"Mending lo keluar dari kamar gua. Gua nggak pengen berantem sama lo."
Mita pun berjalan keluar kamarnya. tapi sebelum itu, Mita berbisik pada Rio.

"Gua peduli sama lo. Jangan lupa minum obat." Mita pun berjalan meninggalkan Rio yang masih mematung di depan kamarnya.

BRAKK

Rio membanting keras pintu kamarnya. Ia meringkuk di dalam selimutnya. Ia tak dapat membendung air matanya, air matanya pun turun dengan deras di pipinya yang mulus. Di balik sikapnya yang kasar siapa sangka jika ia dapat menangis. Ia hanya manusia biasa. Ia pun punya perasaan.

"Kenapa? Kenapa harus gua yang nanggung semua beban ini. Nggak ada yang peduli sama gua. Hiks.. Kalo mereka peduli, kenapa gua merasa sendirian. Bahkan Papa aja ninggalin gua."

****

Hei, semuanya. Maaf yah kalo aku telat updatenya. Btw, gimana part yang ini? Bagus nggak?. Haha pasti bagus dong. Silahkan vote dan comment cerita aku. Dan jangan lupa untuk baca cerita aku yang berjudul 'Nick and Mia'. Aku harap kalian suka

Thanks

Miracle (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang