Chapter 31: Sebuah Cerita

1.5K 104 0
                                    

"Kemarin kita menyatakan cinta. Hari ini kita bersama. Dan esok kita akan saling melupakan."

-Dave Abraham

****

"Syukurlah kamu baik-baik aja," ujar Rio lega.

Beberapa saat lalu Mita sudah sadar dari tidur panjangnya. Dengan sigap Rio pun memanggil suster dengan alat yang berada di samping ranjang. Tak butuh waktu lama mereka menunggu seorang dokter dengan seorang suster datang dengan terburu-buru.

Mereka pun mulai menangani Mita dengan cekatan. Saat dokter tengah memeriksa kondisi tubuh Mita, suster itu pun memeriksa infus yang melekat di tangan Mita.

"Sejauh ini kondisi sodari Mita sudah membaik. Hanya saja luka-luka di tubuhnya masih belum mengering," jelas dokter itu.

"Baguslah. Tapi Mita udah boleh pulang, dok?" tanya Rio.

"Jika besok Mita sudah lebih membaik lagi, mungkin besok ia bisa pulang. Saya perlu bicara sama orang tua sodari Mita. Apa dia ada?"

"Mamanya sedang bekerja, dok," kata Rio.

"Baik kalau begitu. Saya tinggal dulu. Untuk Mita, cepat sembuh, yah," ucap dokter itu peduli.

Mita mengangguk pelan. "Makasih, dok."

Dokter dan suster tersebut pun pergi meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan.

Tak henti-hentinya Rio tersenyum di hadapan Mita. Ia benar-benar senang melihat Mita sudah kembali sadar.

Rio memegang tangan Mita lalu menciumnya dengan lemah lembut. "Aku seneng kamu bangun."

Mendengar ucapan Rio, Mita amat terharu. Perempuan itu tersenyum lemah. Sekuat tenaga ia pun mencoba menggerakkan tangannya. Setelah berhasil tangannya mendarat tepat di pipi Rio. Pipinya begitu lembut hanya saja terasa agak dingin.

Ketika tangan Mita menyentuh pipinya, entah mengapa ia merasa sangat nyaman. Rio memejamkan kedua matanya, menikmati tangan Mita yang mengusap-usap pipinya lembut. Rasanya seperti saat mamanya mengelus pipinya, begitu hangat dan lembut. Tanpa sadar ia pun hanyut oleh sentuhan Mita.

"Kamu dingin," ucapnya lemah.

"Iya, aku tau. Tapi udah gapapa. Kan ada kamu."

Mita terkikik pelan. "Nggak nyambung."

TOK TOK TOK

Pandangan mereka berdua teralih pada suara pintu ruangan yang baru saja diketuk seseorang. Rio pun melepaskan tangan Mita dari pipinya lalu berjalan menuju pintu. Begitu pintu terbuka terdapat beberapa orang sudah berdiri di ambang pintu. Mereka adalah Wenda, Gema, dan Dave. Saat matanya melihat Dave, dahinya pun mengernyit.

"Mitanya udah bangun?" tanya Wenda.

"Udah. Masuk, yuk!" ajak Rio. Mereka semua pun mengangguk lalu melangkah masuk ke ruangan Mita.

Saat mata Rio saling berhadapan dengan mata Dave raut wajahnya yang tadinya senang kini berubah menjadi sangar. Matanya memancarkan aura yang mencekam, seperti singa yang ingin menerkam rusa. Tatapan Rio seolah-olah berkata 'jangan deketin cewek gue!' Dave pun tak mengiraukan tatapan maut Rio, ia hanya berjalan ke dalam tanpa memeperdulikan Rio.

Mita pun menyambut mereka dengan senang hati walaupun sampai saat ini ia belum bisa berpindah posisi. Sementara itu, Wenda meletakkan parsel buah di samping ranjang.

"Gue seneng banget lo udah sadar, Mit," ucap Wenda senang.

"Makasih, Wen," jawab Mita.

"Hai, Mit. Gimana kabarnya?" sapa Dave ramah.

Miracle (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang