Chapter 24 : Hitam Pekat

2.1K 121 4
                                    

"Kok lama?" tanya Rio begitu melihat Mita di depannya. Raut wajah bete terpampang jelas di wajah Rio. Mita menelan ludah, tak seharusnya ia membiarkan Rio menunggu dirinya terlalu lama. Karena terlalu sibuk mengerjakan  tugas, Mita harus begadang sampai larut malam. 

"I... itu a... aku telat bangun," jawab Mita hati-hati. "Aku abis ngerjain tugas ekonomi, jadinya tidurnya agak larut. Maaf, yah."

Rio berjalan mendekati Mita, ia mempercepat langkahnya. Mita menunduk takut, ia sangat ketakutan jika Rio marah. Kini Rio berdiri tepat di depan Mita. Mita tak sanggup menatap Rio, yang saat ini ia bisa lakukan adalah menutup matanya.

Rio menangkup wajah Mita. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Mita. Ia bisa merasakan hembusan napas Rio yang terkena kulit wajahnya. 

"K.. kamu ngapain?" tanya Mita agak panik.

"Waduh! Gimana kalo Rio mau nyium aku lagi. Ahhh! Jangan di sini. Aku malu," batinnya.

Rio menatap mata Mita intens. "Pantesan aja..." Ia menjeda perkataannya. "... Kamu jangan tidur malem-malem, ah. Tuh, sekarang kamu punya kantung mata."

DOENG

"Hah!" jeritnya.

Jadi daritadi Rio memperhatikan kantung matanya dan bukan ingin menciumnya? Wajah Mita memerah seketika, bisa-bisanya ia berpikiran kalau Rio akan menciumnya. Mita merutuki dirinya, kenapa ia bisa berpikiran kotor seperti itu.

"Iya, nanti aku nggak tidur malem lagi," jawabnya pelan.

Rio masih menangkup wajah Mita gemas. Ia pun berbisik, "Kamu mikir kalo aku mau nyium kamu, yah?" 

"I.. iya. Eh!" ucap Mita tanpa sadar.

Rio tertawa terbahak-bahak, sedangkan Mita menutup wajahnya malu. Melihat tingkah lucu pacarnya, membuat air mata keluar dari mata Rio karena terlalu banyak tertawa. Mita tak mau kalah, ia memukul tubuh Rio pelan. Ia tak terima kalau Rio tadi menggodanya.

"Ih, nyebelin banget sih!" pekiknya seraya memukul Rio.

Rio yang kena pukulan Mita hanya bisa tertawa kecil. "Lagian kamu lucu, sih. Jarang-jarang lho aku ngerjain kamu. Hahaha."

"Aduh, pagi-pagi udah mesra aja," sahut sebuah suara. Mereka pun menghentikan kegiatan mereka dan menatap secara bersamaan asal suara itu. Sinta berdiri manis di samping mereka, Mita dan Rio yang melihat Sinta memergoki mereka pun langsung salah tingkah.

"Ma.. ma," sapa Mita ragu-ragu. "Mama kok ke luar?" tanya Mita basa-basi.

"Mama tadi denger ada suara gaduh dari luar. Pas mama liat, eh ternyata kamu sama Rio lagi bercanda."

Jawaban Sinta membuat mereka diam membeku. Mereka tak menyangka kalau suara mereka bisa terdengar sampai ke dalam rumah.

"Pa.. pagi, tante," sapa Rio takut.

"Pagi juga, Rio. Wah, kamu makin ganteng aja, yah," puji Sinta dan disambut senyuman ramah dari Rio.

"Makasih, tante. Tante juga tambah cantik kok," pujinya balik.

"Kalian nggak berangkat sekolah?" tanya Sinta.

Mita dan Rio pun langsung tersadar. Karena terlalu sibuk bergurau mereka sampai lupa kalau mereka harus pergi ke sekolah. 

"OH IYA!" sahut mereka bersamaan.

"Kalo gitu Mita sama Rio pergi dulu yah, ma." Mita mencium punggung tangan Sinta lalu melangkah masuk ke dalam mobil. Saat Rio hendak menyalim tangan Sinta, Sinta menarik tangan Rio pelan. Rio pun terheran. Perlahan Sinta berbisik pelan ke telinga Rio. Beberapa detik kemudian ia mengangguk paham. Ia pun mencium punggung tangan Sinta lalu menyusul Mita masuk ke dalam mobil.

Miracle (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang