"Bisa saja aku mencarimu seluruh dunia, namun aku takkan melakukan itu. Karena aku tahu hatimu akan menemukan jalannya pulang ke rumah."
-Mita Listiana.
****
Drrttt drrttt
Mita memperhatikan ponselnya yang bergetar terus-menerus seakan berkata 'buka aku! Cepat!' Dua hari lalu ia sama sekali tak membuka ponsel, malas katanya. Ia sudah tak berselera memegang ponselnya. Satu-satunya alat komunikasinya antara Rio pun sekarang sudah tak berguna. Rio masih tetap tak bisa dihubungi.
Getarannya semakin lama-semakin kencang, pendengarannya pun agak terganggu. Mita tak ada pilihan, ia terpaksa harus membukanya. Dengan lamban ia mengambil ponsel yang terletak di atas meja belajarnya. Matanya menyipit ketika melihat notifikasi ponselnya penuh dengan telpon dan juga pesan masuk. Saat mengecek ternyata semua itu berasal dari Gema, Dave, dan Wenda yang saling menghubunginya secara berkala. Mita mengecek kotak pesannya, banyak pesan yang belum terbaca dari kemarin. Ia pun membuka satu persatu isi pesan tersebut yang mayoritasnya dikirim oleh temannya.
From: My best friend Wenda
'Mita kok telpon gue nggak diangkat?''Mita lo masih kepikiran Rio, yah? Ini udah dua minggu lho, Mit. Lo nggak bisa gini terus. Lo harus bangkit, jangan putus asa kayak gini.'
'I'll be there for you.'
From: Gema
'Mita, gimana kabar lo? Gue denger dari Wenda lo masih depresi atas kepergian Rio, yah? Sabar yah Mit. Gue yakin Rio nggak akan pergi jauh dari lo.'From: Dave
'Mita. Kita harus bicara.''Mita angkat dong telponnya.'
'Kamu baik-baik aja kan? Kamu nggak ada kabar lho dari kemaren.'
'Pliss jawab pesan aku, Mit. Aku khawatir sama kamu.'
Mita menutup ponselnya. Pesan yang masuk hanya ia baca. Mita masih kurang berkenan untuk membalas pesan dari mereka bertiga. Bukannya apa-apa, sekarang ini ia tak mau diganggu siapapun. Rasa semangat yang biasa ia hadirkan di depan Rio mendadak hilang tiba-tiba bersamaan kepergian laki-laki itu. Kalau pun ia mengatakan ia baik-baik saja itu terlihat seperti membohongi mereka bertiga karena dirinya sampai saat ini sedang tidak baik-baik saja. Mita menaruh kembali ponselnya ke meja, tempat di mana posisi ponsel itu semula.
Mita mendorong tubuhnya hingga jatuh ke ranjang. Setelah pergi ke supermarket rasanya ia tak ingin pergi ke mana-mana lagi. Mita memutuskan untuk menetap di rumah sampai Sinta kembali.
Kantung mata yang awalnya tak ada sekarang terlihat jelas dengan mata kosong. Wajahnya pun terlihat pucat karena kurang makan seperti orang sakit. Tubuhnya saat ini sangat lemah. Untuk menangis saja ia tak bisa, air matanya seakan sudah habis akibat terus dikeluarkan dalam jumlah banyak.
Ia sudah lelah menangis. Maupun Mita menangis darah sampai keluar nanah pun tak akan mengembalikan Rio padanya. Mita benar-benar kacau!
Drrtt drrtttPonselnya bergetar lagi, menandakan ada pesan masuk. Mita mengerutkan dahinya kesal. Mereka ini tak punya kerjaan atau gimana? Apakah mereka tak bisa membiarkan dirinya beristirahat sejenak saja?
From: Dave
'Aku di depan rumah kamu. Kamu keluar, yah.'Matanya mengerjap cepat ketika ia selesai membaca pesan dari Dave. Ia sekarang ada di depan rumahnya, Mita bingung harus berbuat apa. Hatinya dilema, apakah ia harus membukakan pintu atau mengabaikannya saja? Tetapi tak baik kalau mengusir tamu yang datang, tidak sopan kalau kata mamanya. Mita pun tak punya pilihan, ia harus menemui Dave di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (COMPLETED)
Teen Fiction#252 In Teenfiction (12/06/2018) #55 In Teenlit (25/07/2018) 17+ TAHAP REVISI [Part 45 sampai akhir akan di privat acak untuk menghindari adanya peniruan karya. FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA^^] "Mit, kamu mau dengerin permintaan aku, nggak...