Chapter 33: Berubah Jadi Hitam

1.6K 115 5
                                    

"Mama mau nelpon Mba Lia, mau nanya keadaan Kevin. Kamu tungguin Mita, yah!" perintah mamanya Rio.

"Iya, ma. Rio nggak bakal ke mana-mana."

Anisa berjalan ke arah pintu lalu keluar begitu saja, meninggalkan Rio dan Mita di dalam ruangan. Pandangannya tak pernah lepas dari Mita, walaupun saat ia sedang tertidur.

Nampaknya Mita kelelahan setelah Gema, Wenda, dan Dave datang menjenguknya. Saat itu Mita banyak sekali bergerak dan tertawa. Walaupun agak khawatir dengan kondisi Mita yang belum stabil, tapi Rio masih bersyukur karena ia masih bisa melihat wajah bahagia kekasihnya saat itu.

Kalau diperhatikan lebih dekat, Mita terlihat sangat cantik, apalagi dengan keadaan setenang ini. Kulitnya putih seperti bayi, hidungnya mancung, dan lagi bibirnya berwarna merah muda.

Memandangi wajah Mita terus-menerus sekilas mengingatkan dirinya akan kenangan-kenangannya yang dulu. Rio kembali mengingat saat-saat di mana pertama kali ia bertemu dengan Mita.

Waktu itu ia sangatlah kejam terhadap Mita, sering memarahinya, membentaknya, bahkan berlaku kasar. Padahal dulu Mita hanya bekerja sebagai asisten pribadinya, tetapi ia sudah bersikap kurang ajar pada perempuan yang hendak berbuat baik kepadanya.

Tak sangka, orang yang ia pikir sebagai pengganggu ternyata bisa mengubah hidupnya 180 derajat. Karena ketulusan hatinya, Rio yang dulunya sangat kasar kini sudah berubah ke yang lebih baik. Dan dengan sendirinya ia pun jatuh hati kepada perempuan yang senantiasa berada di sampingnya.

Awalnya ia berusaha menepis perasaan itu, Rio berpikir tak mungkin ia menyukai orang yang baru ia kenal. Namun semakin lama perasaan itu pun semakim besar dan tak bisa ditutupi lagi, ia menyukai Mita.

"Kamu itu perempuan baik, Mit," gumamnya. Mita tak beraksi sama sekali.

Kalau saja ia bisa memutar waktu, Rio ingin sekali kembali ke masa di mana  ia pertama kali bertemu dengan Mita. Ia ingin mengubah cara pandangnya pada Mita saat itu. Namun nasi sudah menjadi bubur, apapun yang sudah terjadi pasti tak bisa dikembalikan lagi seperti dulu, terutama waktu.

Walaupun begitu Rio tak menyesal atas apa yang terjadi dahulu, menurutnya itulah cara Tuhan mempertemukan Mita padanya. Setidaknya ia tak mengulangi kesalahannya yang dulu dan mau berubah menjadi yang lebih baik.

"Ugh." Mita bergeliat di atas ranjang. Perlahan-lahan matanya terbuka. Hal yang pertama ia lihat adalah wajah Rio yang tepat berada di sampingnya.

"Rio..." lirihnya.

Rio tersenyum, tangannya mengelus puncak kepala Mita. "Apa?"

"Kamu kenapa? Kok kamu ngeliatin aku kayak gitu?" tanyanya sambil menaikkan alisnya.

"Ah, nggak. Aku gapapa," elaknya.

Mita berdecak. "Aku ini bukan sekali-dua kali kenal kamu. Aku tau kamu lagi pikirin sesuatu. Ayo, ngomong aja," cercanya.

Rio terkekeh. Mita begitu lucu ketika ia sedang memaksa seseorang. Ternyata Mita itu orang yang cukup peka untuk ukuran seorang perempuan yang masih muda. "Iya, iya. Aku lagi mikirin sesuatu," jawabnya.

"Apa?"

"Aku mikirin kamu," jawabnya lantang.

"Aku? Tentang apa?"

"Aku teringat saat pertama kali ketemu kamu. Aku jahat banget, yah?" tanya Rio pada Mita.

Mita menaikkan sebelah alisnya. "Kamu? Jahat? Nggaklah. Aku tuh nggak jahat. Kamu itu cuma... Sensitif. Hehe," guraunya dan disambut tatapan datang oleh Rio.

Miracle (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang