Hari senin adalah hari yang paling dibenci oleh semua kalangan murid SMA Nusantara. Baik itu murid pemalas atau pun murid teladan. Pasalnya, saat pagi-pagi mereka harus mengikuti kegiatan yang disebut dengan upacara bendera.
Masalahnya bukan karena upacaranya. Melainkan, upacara itu memerlukan waktu hampir satu jam lebih, terlebih lagi matahari yang semakin meninggi. Matahari pun tak bersahabat, dengan seenaknya Matahari bersinar terik di atas kepala semua murid. Tak jarang banyak murid-murid yang pingsan akibat panasnya Matahari dan juga kelelahan.
Mita pun masih berdiri tegap menghadap tiang bendera. Beda halnya dengan sahabatnya yang ada di sebelah kanannya, Wenda. Wenda sepertinya sudah sangat kelelahan. Ditambah lagi, wajah dan bibirnya pun sudah pucat.
"Wen, lo mendingan ke UKS, deh," bujuk Mita.
Wenda menggeleng. "Nggak, Mit. Gue masih kuat kok," jawab Wenda lemas .
Upacara pun masih berlanjut. Saat Pembina Upacara sedang memberikan sedikit amanat, Mita kembali menoleh ke arah Wenda. Wenda nampaknya sudah sangat lemas sekali. Keringatnya tak berhenti bercucuran.
GREB
Mita menarik sahabatnya keluar dari barisan. Seluruh temannya kelas XI IPS 1, melihat kepergian mereka berdua. Mita tak tega melihat Wenda berdiri menahan lelahnya. Akhirnya, Mita membawa sahabatnya ke UKS.
Kali ini, ruang UKS dalam keadaan sepi. Sepertinya tak ada orang selain mereka berdua. Mita menarik Wenda dan membaringkan tubunya di ranjang. Wenda pun menutup matanya, mencoba beristirahat dengan tenang. Benar dugaan Mita, Wenda sudah sangat kelelahan. Mita memegang dahi Wenda, ternyata dahinya terasa panas.
Dengan cepat, Mita mengambil kain yang ada di sana lalu membasahinya dengan air bersih. Setelah itu, ia menaruh kain basah itu didahi Wenda.
Beberapa menit berlalu, Wenda mulai tertidur lelap. Mita pun beranjak dari tempatnya untuk membiarkan Wenda beristirahat dengan tenang.
Uhuk... Uhuk...
Langkahnya terhenti. Telinganya mendengarnya suara seperti orang yang sedang terbatuk-batuk. Suara itu pun semakin keras. Suara itu berasal dari ruangan sebelahnya yang tertutup tirai berwarna biru.
"Sial. Gue lupa bawa obat lagi! Lagian pake kambuh segala lagi!" ucap orang yang ada di sebelahnya dengan nada kasar.
Mita mengintip dibalik tirai. Matanya menangkap sosok seorang laki-laki sedang duduk di samping ranjang sambil memegang kepalanya. Laki-laki itu terus memegang kepalanya dengan sangat kuat. Sepertinya ia sakit kepala, pikir Mita.
"Ah, Sakit!" jeritnya pelan.
Dengan memberanikan diri, Mita menghampiri laki-laki itu.
"Permisi. Lo gapapa?" tanya Mita ramah namun khawatir.
Laki-laki itu terkejut melihat seorang perempuan tengah berdiri di depannya. Laki-laki itu memandang sinis Mita dari atas kepala sampai bawah kaki.
"Siapa lo? Nggak usah sok kenal, deh!" ucapnya kasar.
"Maaf kalo gue ganggu lo. Tapi gue denger kayaknya lo kesakitan. Mungkin ada yang bisa gua bantu."
Laki-laki itu membuang muka, "Nggak perlu. Sekarang lo keluar dari sini, dan jangan ganggu gue." makinya.
"AHHH!!" jeritnya.
Mita panik. Sepertinya laki-laki itu sangatlah kesakitan. Ia terus saja memegang kepalanya. Mita berlari mengambil kotak obat. Mita tidak tau obat apa yang cocok untuk orang itu. Dengan terpaksa, Mita mengambil obat sakit kepala. Mita berjalan menghampiri laki-laki itu sambil membawa air putih.
"Minum ini." Mita menyodorkan obat itu ke mulut laki-laki itu.
"Apaan sih?! Gue nggak mau. Ahh!" ia kembali menjerit.
"Tapi lo minum dulu. Gue takut lo kenapa-napa."
Karena tidak kuat, laki-laki itu mengambil obat itu dari tangan Mita lalu meminumnya. Beberapa saat kemudian ia pun sudah nampak tenang. Mita pun membantunya berbaring. Perlahan mata laki-laki itu menutup. Mungkin itu efek dari obat itu, pikir Mita. Setelah menyelimutinya, Mita bergegas meninggalkan Wenda dan laki-laki itu di UKS.
****
Bel isirahat pun berbunyi nyaring di sepanjang koridor sekolah. Secepat kilat, Mita pergi ke UKS untuk menjenguk Wenda. Sejak pagi, Wenda tidak mengikuti pelajaran karena masih tidak enak badan. Mita pun meminta izin kepada Wali Kelasnya bahwa Wenda untuk tidak masuk kelas sampai istirahat.
Saat Mita membuka pintu ruangan. Ia melihat Wenda sudah dapat duduk di sisi ranjang. Mita menghampiri Wenda.
"Wenda, gimana kondisi lo sekarang?," tanya Mita memastikan.
"Udah mendingan kok, Mit. Btw, makasih yah tadi udah nolongin gua. Coba nggak ada lo, pasti gua udah pingsan duluan kali di lapangan."
Mita tersenyum, "Iya, sama-sama."
Pandangannya teralih oleh ruangan yang ada disebelahnya. Ia masih penasaran, apakah laki-laki itu sudah membaik atau tidak. Mita menoleh ke arah ruangan sebelah. Ternyata laki-laki itu sudah pergi meninggalkan UKS. Mita menghembuskan napas lega. Mungkin ia sudah mendingan, pikir Mita.
"Mit, kenapa lo liatin ruangan ini terus?," tanya Wenda.
Mita membelalak, "Ah... Nggak kok. Tadi lo liat cowok yang ada disini nggak?"
Wenda memandang Mita dengan tatapan heran, "Cowok? Siapa? Nggak ada deh kayaknya. Emang kenapa?"
Mita menggeleng, "Gapapa kok. Balik ke kelas yuk." Wenda menganggukkan kepala.
Mita masih penasaran dengan keadaan laki-laki itu. Rasa simpatinya pada orang itu tak mau hilang. Beberapa kali ia tak sengaja bertemu dengan laki-laki itu di koridor sekolah. Tetapi, laki-laki itu justru acuh padanya dan tidak mau melihatnya walaupun hanya sekilas.
Saat pulang, Mita sempat melihat laki-laki itu di jemput oleh supirnya. Mita juga melihat laki-laki itu sepertinya tengah memaki supirnya yang diperkirakan berusia empat puluh tahunan. Melihat sikapnya, pasti laki-laki itu orang yang sangat kasar. Bahkan dengan orang tua saja ia tak hormat.
****
Sudah revisi
(29/06/2017)Please vote me 😂😂😂
Thanks...
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (COMPLETED)
Teen Fiction#252 In Teenfiction (12/06/2018) #55 In Teenlit (25/07/2018) 17+ TAHAP REVISI [Part 45 sampai akhir akan di privat acak untuk menghindari adanya peniruan karya. FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA^^] "Mit, kamu mau dengerin permintaan aku, nggak...