Chptr 11 : Sebuah Janji

3.2K 241 24
                                    

"Aku tak ingin kamu menjadi Pelangi yang hanya datang untuk memberikan keindahan sesaat lalu menghilang. Tapi aku ingin kamu menjadi Matahari. Walaupun jauh kamu selalu ada dan memberikan kehangatan yang aku butuhkan."

-Mario Febrianto

****

"Aw, sakit!" Mita menahan rasa perih yang menjalar di lututnya.

"Maaf. Tahanlah sebentar lagi," perintah laki-laki di depannya. Dave kembali mengobati luka Mita. Sesekali Mita harus menahan perih saat Dave mengolekan obat merah di lututnya.

"Bisa lebih cepat sedikit. Aku harus pergi ke suatu tempat," ucap Mita.

Dave menoleh ke arah Mita, "Emangnya kamu mau ke mana? Lukamu ini bisa aja infeksi."

"Aku harus bertemu dengan Rio."

Dave agak terkejut saat Mita mendengar Mita menyebut nama Rio, "Apa? Rio? Di mana dia sekarang?"

Mita menaikan sebelah alisnya, "Kamu kenal dengan Rio?"

"Aku nggak terlalu mengenalnya. Tapi aku tau dia dari anak-anak yang menggosipkan dia. Emangnya Rio ke mana? Aku juga nggak ngeliat dia belakangan ini?"

"Hm, d-dia ada di rumah sakit," jawabnya ragu.

"Hah? Rumah sakit? Emang dia sakit apa?"

Mita mengangguk pelan, "Aku juga nggak tau dia sakit apa," ucapnya berbohong.

"Udah selesai nih." Dave beranjak dari tempatnya. Mita melihat lututnya yang sekarang sudah terpasang plester berwarna coklat.

"Makasih... Aku lupa nama kamu."

"Sama-sama. Aku Dave Abraham tetapi kamu bisa panggil aku Dave." Dave mengulurkan tangannya, Mita pun menerima uluran tangannya dengan senang hati.

"Aku Mita Listiana. Panggil Mita aja. Kan kamu lebih tua dari aku."

"Hei, kita hanya berbeda satu tahun. Aku tak setua itu." Dave tertawa kecil.

"Kalo gitu aku pergi dulu yah. Aku mau menjenguk Rio." Mita berjalan meninggalkan ruang UKS. Saat di gerbang sekolah tiba-tiba seperti ada yang menarik tangannya. Mita menoleh, ternyata Dave yang menarik tangannya.

"Boleh aku ikut? Aku juga ingin bertemu dengan Rio."

Mita mengangguk setuju. Semakin banya teman semakin baik bukan? "Boleh banget."

Mita dan Dave pun berangkat ke rumah sakit menggunakan motor Dave.

****

Rumah sakit

Dokter Bayu kini tengah memeriksa data kesehatan Rio. Sesekali ia melirik ke arah rio yang tengah menatap terus-menerus handphonenya. Dokter Bayu agak heran, tak biasanya Rio seperti ini. Biasanya Rio akan berontak atau marah jika ia datang mengecek kondisinya, tetapi kali ini Rio hanya diam membisu tanpa adanya penolakan.

"Rio," Panggil dokter Bayu.

Rio Menoleh tetapi tak menjawab.

"Belakangan ini kondisi kamu tidak stabil. Apa ada yang menggangu pikiran kamu?" tanya dokter Bayu.

Rio meletakan handphonenya di sampingnya, "Nggak ada," jawab Rio jutek.

"Jujur aja sama saya. Saya tau kamu orangnya kayak gimana. Apa kamu memikirkan Yoana lagi?" tebak dokter Bayu.

Rio langsung menoleh dengan cepat, "Apa maksud dokter? Ini nggak ada hubungannya dengan Yoana."

Dokter Bayu menggaruk pelan dagunya, "Biasanya kamu mikirin Yoana terus sampe kamu lupa dengan kondisi kamu. Atau jangan-jangan 'gadis' itu?"

Miracle (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang