Kini sosoknya telah menghilang ditelan oleh sang waktu
Biarlah memori tentangmu selalu tersimpan di hatiku
Agar aku tak melupakan bagaimana kita pernah bertemu
-Miracle
****
Setelah hari itu, Mita tak lagi punya semangat hidup. Semangatnya telah hilang, bagaikan pasir yang tertiup angin. Semua orang punya titik terendah dalam hidupnya, bukan? Mita pun begitu. Siapa yang tak sedih jika orang yang paling berharga pergi untuk selamanya?
Bangkit, Mita sudah lakukan. Merelakan, Mita pun sudah lakukan. Namun sampai sekarang tak membuahkan hasil. Tapi apa yang ia dapat? Rasa itu kembali hadir, membawa luka yang teramat sangat dalam. Ia masih berharap Rio ada di depannya.
Butuh waktu sangat lama bagi Mita untuk kembali bangkit dari masa-masa terpuruknya. Bekas air mata tak pernah lepas dari pipinya. Dirinya tak pernah berpaling dari ranjangnya. Yang ia lakukan dua hari ini hanya tiduran di kamar ditemani oleh sebuah botol kaca di sampingnya.
"Aku ragu," gumam perempuan itu. "Apakah aku bisa bangkit kali ini."
Ia memegang dadanya erat, lebih tepatnya sebuah kalung yang masih melingkar di lehernya dengan sempurna. Tubuhnya bergerak ke samping, wajahnya berpapasan dengan botol kaca tersebut.
Botol kaca dan kalung itu merupakan barang yang paling penting bagi Mita, kenang-kenangan yang diberikan oleh sang almarhum sebelum ia meninggal. Hanya dua benda itu saja yang dapat menghubungkan dirinya dengan Rio, walaupun sulit dipercaya namun Mita merasa sebagian diri Rio ada di benda-benda itu.
Tangan kanannya mengambil botol tersebut. Ia memutar botol itu di depan wajahnya.
"Hei, bintang." Mita memberi nama botol itu dengan sebutan bintang. "Apa Rio baik-baik saja di sana?"
Hening
"Bolehkan aku tau kabarnya sekarang? Ini udah dua hari dia pergi. Dia rindu aku, nggak?"
"..."
"Dia curang. Dia membuat perjanjian padaku, sementara dia sendiri tak mau berjanji apa-apa. Kan itu curang," gerutu perempuan itu.
Mita mengacak-acak rambutnya kesal. Ia bangun dari tidurnya sembari melempar botol itu ke ranjang. Ia menghela napas panjang. "Hah. Aku udah gila."
TOK TOK TOK
"Mita," panggil sebuah suara dari balik pintu, dia adalah Sinta.
"Iya, ma," jawab Mita keras.
"Ada temen kamu nih yang mau ketemu sama kamu."
"Kan aku udah bilang kalo aku nggak mau ketemu siapa-siapa dulu."
"Katanya dia punya urusan sama kamu. Penting," sahut Sinta.
Mita berdecak kesal. "Aku nggak mau ketemu, ma. Emang siapa sih? Dave, Wenda, atau Gema?" tebaknya.
"Bukan, Mit. Tadi dia bilang namanya itu Yoana."
"HAH!"
Sedetik kemudian Mita bangun dari tidurnya. Matany mengerjap beberapa kali. Telinganya tak salah dengar, kan? Barusan Sinta menyebut orang itu dengan nama Yoana. Mau apa perempuan itu ke sini, pikir Mita.
"Yaudah suruh tunggu di teras. Aku nanti ke sana."
"Iya, sayang."
Sebelum ia pergi dari kamar, Mita meletakkan kembali botol kaca miliknya ke tempat semula. Jaga-jaga agar botol itu tetap aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (COMPLETED)
Teen Fiction#252 In Teenfiction (12/06/2018) #55 In Teenlit (25/07/2018) 17+ TAHAP REVISI [Part 45 sampai akhir akan di privat acak untuk menghindari adanya peniruan karya. FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA^^] "Mit, kamu mau dengerin permintaan aku, nggak...