"Aku hanyalah seorang manusia biasa yang menyukai perempuan hebat seperti dirimu. Sekuat apapun aku berusaha untuk mendapatkanmu, kalau hatimu hanya tertuju padanya aku bisa apa?"
-Dave Abraham
****
Mita berjalan dengan perlahan dengan tumpukan buku di tangannya. Bu Ayu, guru Matematika menyuruhnya mengambil buku latihan semua murid di atas mejanya. Dengan tumpukan buku ditambah lagi jarak antara ruang guru dan kelasnya cukup jauh membuatnya harus berolahraga pagi kali ini.
Saat Mita melewati kelas XI IPS 3, ia tak sengaja berpapasan dengan tiga orang perempuan. Ketiga orang perempuan itu menggunakan pakaian yang ketat, rok yang agak pendek. Ditambah lagi make up yang ada di wajah mereka sangatlah berlebihan. Mita pun berjalan dengan percaya diri melewati mereka. Perempuan yang ada di sebelah kiri berbisik-bisik kepada kedua perempuan yang lainnya. Sebuah seringai muncul di wajah ketiga perempuan itu. Dengan langkah cepat mereka berjalan menuju Mita.
Brukk
Seketika itu juga buku yang ada di tangan Mita sudah mendarat mulus di lantai. Ketiga perempuan itu tertawa puas, terutama perempuan yang berada di tengah. Mita tak memperdulikan mereka, ia membungkukan tubuhnya dan mulai mengambil buku-buku itu satu persatu.
Tak sampai di situ, dengan seenaknya mereka menginjak beberapa buku itu. Mita berusaha menghentikannya tetapi itu sia-sia karena mereka bertiga dan ia hanya seorang diri.
"Jangan kak! Itu punya temen-temen aku," ucapnya sambil memohon.
"Makanya kalo punya mata tuh liat yang bener! Udah tau kita mau lewat, ngapain lo berdiri kayak orang tolol!" maki perempuan berambut pendek.
"Udah Vin, Sel. Ngapain kita buang-buang waktu buat adek kelas ini! Balik ke kelas yuk," ucap perempuan yang tadi berada di tengah.
Kedua perempuan itu menghentikan aksi mereka. "Untung ada Claudya, coba kalo nggak ada dia bakal gue rusakin buku-buku ini!" ucapnya penuh penekanan.
Perempuan yang bernama Claudya itu berjalan menghampiri Mita yang terduduk di lantai. "Memang seharusnya seorang pembantu itu ada di lantai."
"Pembantu?" batinnya.
"Ini peringatan buat lo. Lo jangan pernah deketin Rio lagi. Rio itu milik gue. Dan sesuatu yang menghalangi gue sama Rio akan gue musnahkan menjadi debu," ancamnya.
Mita hanya menunduk takut. Claudya, Vivin, dan Gisel berjalan meninggalkan Mita yang masih terduduk di lantai. Dari kejauhan terlihat mereka tertawa puas saat mengerjai Mita.
"Haha.. Hebat juga lo, Clau. Dia langsung diem gitu," puji Vivin.
"Trus apa yang akan kita lakuin sekarang?" tanya Gisel.
Claudya menyeringai. "Kita liat aja nanti. kalo tuh bocah tengik masih nempel sama Rio. Kita bakal kerjain dia lagi. Setuju kan?" Vivin dan Gisel mengangguk setuju.
****
Mita memungut buku-buku itu. Beberapa buku itu sampulnya nampak kotor akibat ulah mereka tadi. Mita menepuk-nepuk buku itu, berharap debu yang menempel akan hilang. Mita berusaha menanhan air matanya untuk tidak keluar. Rasanya sakit sekali saat ada orang yang membenci kedekatannya dengan Rio. Mendengar ancaman Claudya tadi, Mita tak bisa berbuat apa-apa.
Dengan tangan gemetar ia memungut kembali buku-buku itu. Tiba-tiba ia merasa ada seseorang berada di sampingnya. Saat Mita menoleh ke belakang, ia mendapati Dave tengah berdiri di belakangnya.
"Mita? Ngapain kamu di lantai. Lantai kan kotor," tanya Dave sambil berjongkok di samping Mita.
"Nggak kak. Tadi buku yang aku bawa jatoh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (COMPLETED)
Teen Fiction#252 In Teenfiction (12/06/2018) #55 In Teenlit (25/07/2018) 17+ TAHAP REVISI [Part 45 sampai akhir akan di privat acak untuk menghindari adanya peniruan karya. FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA^^] "Mit, kamu mau dengerin permintaan aku, nggak...