Chapter 39: Bintangku

1.5K 104 5
                                    

Didengerin yah lagunya biar dapet feelnya. Lagu lama sih, tapi menurut gue cocok buat suasana kayak gini.

Happy reading^^

****
"Kali ini kita dipertemukan kembali,menyatukan sepasang hati yang sempat dipisahkan oleh sang waktu. Akhirnya... Aku menemukanmu, bintangku."

-Miracle

****

"Ka-kalian..." Mita menggantung kalimatnya, lidahnya mendadak kelu.

"Aku, Gema, sama Wenda akan antar kamu. Ketemu sama Rio, orang yang selama ini kamu cari-cari," jelas Dave.

Matanya berkaca-kaca begitu Dave selesai berbicara. Mita ingin kembali menangis, namun sekuat tenaga ia mencoba menahan emosinya. Mita ingin mendengar lebih banyak lagi. "Se-sejak kapan kalian--"

Secepat kilat Wenda menyambar tubuh Mita, mendekap tubuh Mita yang lebih kecil daripadanya dengan erat. Mita terpaku, ia bingung harus berbuat apa, sebenarnya ia sendiri pun tak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Mita tidak membalas, ia hanya diam di dalam dekapan Wenda.
"Gue bener-bener nyesel udah boongin lo selama ini, Mit." Suara Wenda yang tadinya datar berubah gemetar. "Lo nggak tau seberapa sedihnya gue, Gema, Dave nyembunyiin ini semua. Semua ini bukan kehendak kita."

Wenda melepas Mita dari dekapannya. Kedua tangannya memegang tangan Mita lembut. "Kita semua terpaksa karena ini semua permintaan Rio."

DEG!

"Apa?" Mita melongo. "Kalian disuruh Rio?" tanya Mita.

Mereka bertiga mengiyakan.

"Kenapa?"

Wenda bisa merasakan tangan Mita saat ini bergetar hebat, begitupun tubuhnya. Ia tahu sejak tadi Mita menahan dirinya untuk menangis. Sebenarnya Wenda sempat berpikir kalau Mita akan menampar atau memukulnya. Menurutnya ia pantas mendapatkan itu semua. Namun ternyata dugaannya salah, Mita tak berbuat seperti apa yang dibayangkan.

"Gue bakal jelasin, Mit."

Pandangannya pun beralih ke Dave. Dave menatap Mita intens, Dave bisa membaca gerak matanya seperti berkata 'ceritakan semuanya'

"Sejak kamu pulang dari rumah sakit penyakitnya kambuh. Rio sekarang ada di rumah sakit, dirawat intensif. Kata dokter kanker darahnya sudah menyebar keseluruh tubuh. Rio..."

TES TES TES

Mereka bertiga tertegun. Dave berhenti sejenak, matanya membulat ketika melihat Mita memandanginya dengan tatapan kosong namun air mata berhasil lolos keluar dari kelopak matanya.

"Mita. Kamu--"

"Aku gapapa. Lanjutin ceritanya." Mita menyeka air matanya.

"Tapi kamu--"

"Aku mohon, Dave!" tekan Mita. "Lanjutkan cerita kamu. Aku mau denger semuanya."

Dave menggaruk kepalanya kasar. Ia sekarang berada di posisi yang benar-benar sulit. Melihat Mita menangis tanpa ekspresi seperti itu beribu-ribu menyakitkan untuknya.

Kalau saja Rio tak sakit mungkin Dave akan langsung menghampirinya lalu  memberi beberapa pukulan tepat di wajahnya. Ia merutuki tindakan Rio yang terlampau bodoh, seharusnya Rio tak usah menyembunyikan ini semua. Dave pun tahu dalam hubungan mereka berdua orang yang paling egois itu Rio. Ia membiarkan semua masalahnya dipendam sendiri, tanpa mau membaginya pada Mita. Kalau seperti itu masalah pun tak akan pernah selesai.

Dave menutup mata dengan tangannya, ia tak bisa melihat Mita menangis lagi. "Dia nggak mau bikin kamu terbebani karena dia makanya dia nggak mau bilang kamu tentang ini semua. Sekarang keluarganya tinggal di apartemen. Rio pun udah nggak bisa sekolah lagi kata dokter. Dia itu sayang banget sama kamu, Mit. Tapi cara dia itu bodoh."

Miracle (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang