Chapter 28: Tak Ingin Kehilangan

1.7K 102 0
                                    

"Ada alasan mengapa aku membencimu. Salah satunya adalah saat kamu datang kembali ke kehidupanku ketika aku mulai bisa melupakanmu."

-Mario Febrianto

****

Tok tok tok

"Permisi, dok."

Bayu yang tengah sibuk membereskan berkas-berkas pasiennya tiba-tiba mendengar sebuah ketukan dari arah pintu ruangannya. Tak berselang lama seorang suster muda masuk ke ruangan tetapi tak mendekati meja Bayu.

Bayu menatap suster itu. "Ada apa, sus?"

"Ada seorang perempuan datang untuk menemui dokter. Tadi saya bilang dokter sedang sibuk di ruangannya. Tetapi ia bilang ia ingin berbicara penting dengan dokter," jelas suster tersebut.

"Anisa." batinnya.

"Suruh saja masuk," titah Bayu. Suster pun mengangguk lalu keluar dari ruangan.

Bayu melepas jas dokternya dan menaruhnya di atas kursi.

Beberapa menit berselang seseorang datang mengetuk pintu ruangannya. Bayu pun mempersilahkam masuk. Bayu tersenyum tipis begitu melihat siapa orangnya dan tebakannya pun benar, Anisa.

"Wah wah siapa ini yang datang. Selamat pagi nyonya Anisa," sambut Bayu ramah.

Anisa menatapnya datar. "Sudahlah, Bayu. Jangan begitu formal padaku. Aku sudah mengenalmu sangat lama."

Bayu terkekeh mendengar reaksi Anisa yang begitu dingin tetapi manis. "Baik, Anisa. Aku kan hanya menjalankan tugasku. Tidak perlu sensi begitu dong. Silahkan duduk."

Anisa menjatuhkan bokongnya di kursi yang sudah di sediakan. Mereka duduk saling berhadapan. Aneh, mereka sudah saling mengenal lama tetapi mengapa kali ini terasa canggung.

Tatapannya kali ini berbeda. Seperti bukan Anisa yang biasa ia temui, pikir Bayu.

Menit demi menit mereka hanya diam seperti batu. Hanya ada suara jarum jam yang terdengar sangat jelas. Bayu menunggu Anisa untuk berbicara duluan, tetapi tak ada sahutan ataupun kata yang keluar dari mulutnya.

Bayu yang merasa awkward pun langsung membuka pembicaraan. "Jadi ada apa kamu ke sini? Tak seperti biasanya."

Anisa yang tadinya diam saja akhirnya mengeluarkan suara. Ia menatap tajam Bayu.

"Bay." Suara Anisa sangat lemah saat ia memanggil nama Bayu.

"Kenapa kondisi kesehatan Rio sekarang semakin menurun," ujarnya gemetar. "Saya sudah melakukan semua yang dianjurkan olehmu tetapi kenapa jadinya seperti ini."

Mendengar ucapannya tadi Bayu sedikit terkejut. Ia sama sekali belum pernah melihat Anisa yang seperti ini. Matanya berkaca-kaca. Bahkan tangannya pun gemetar. Tak banyak yang bisa dilakukan Bayu untuk Anisa selain memenangkan perempuan itu.

"Sabar dulu, Anisa. Kamu jangan seperti ini."

"Aku kesal Bayu!" tekannya.

Bayu tertegun.

"Ke-kenapa anakku tak kunjung sembuh. Ak-aku sudah memberikan penanganan yang sangat baik. Semua sudah kulakukan sesuai perintahmu."
Anisa terus menerus menyerocos, mengeluarkan segala kegelisahannya selama beberapa minggu ini. Bayu tak bisa bertindak banyak, yang bisa ia lakukan sekarang hanya mendengarkan semua racauan perempuan yang ada di depannya. Ia sendiri pun dapat melihat raut wajah kegelisahan Anisa, ia juga mengerti kondisi yang dihadapkan oleh janda dua anak ini.

Ingin rasanya ia membuang kesedihan itu pada diri perempuan malang ini. Bayu tak tega melihat Anisa, seorang perempuan muda yang harus mengurus kedua anaknya sendirian. Belum lagi anaknya pun terkena penyakit serius.

Miracle (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang