Apakah sesusah ini untuk mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya?
-Mario F.
****
Jam menunjukkan pukul dua siang. Mita menghembuskan napas berat. Sudah dua jam ia menunggu, tapi sampa sekarang Rio sama sekali belum keluar dari ruangan itu. Mita menunggu di depan sebuah pintu yang di mana ada Rio dan dokter Bayu yang sedang melakukan pemeriksaan kondisi Rio. Berkali-kali Mita mencoba untuk mengintip kegiatan mereka berdua lakukan, tetapi itu percuma karena ruangan itu benar-benar tertutup. Mita melipat kedua tangannya, menunggu membuatnya sangat bosan.
"Mereka kok lama banget, sih? Bosen." gumamnya.
DRRTTT DRRTTT
Mita merasakan beberapa kali getaran di dalam saku jaketnya. Ia pun merogoh saku jaketnya, ternyata ponselnya menerima sebuah panggilan. Matanya sedikit membulat melihat siapa yang menelponnya sekarang, Dave. Dengan sedikit keraguan, Mita pun mengangkatnya.
"Halo," ucapnya dengan nada pelan.
"Halo, Mit. Kamu lagi ngapain?" tanya Dave dengan suara beratnya.
"Hmm, aku... lagi di kamar," jawabnya berbohong. Mita terpaksa tak memberitahu Dave kalau ia sedang menunggu Rio di rumah sakit. Bisa-bisa Dave berpikir yang macam-macam tentang dirinya.
"Oh gitu. Aku cuma mau ngasih tau kamu kalo nanti aku jemput kamu jam tujuh malem."
Mita mengangguk. "Ah, iya. tapi, aku nggak ngerepotin kamu, kan?" tanyanya.
"Kok ngerepotin? Kan aku yang ngajak, dan aku juga harus jemput kamu juga, lah. Hahaha. Kamu lucu banget tau, Mit." Dave tertawa nyaring, disusul dengan suara tawaan kecil dari Mita.
Tanpa diketahui oleh Mita sendiri. Di seberang sana, Dave tengah tersenyum saat mendengar suara kecil dari perempuan yang kini sedang berbicara dengannya. Entahlah yang dipikirkan olehnya, kali ini ia memiliki hobi tersendiri, yaitu mendengar suara tawa Mita. Suaranya bagaikan sebuah candu untuknya.
"Kamu... suka dandan?" Pertanyaan Dave kali ini membuat Mita sedikit bertanya-tanya.
Alisnya bertautan. "Dandan? Hm, nggak terlalu juga, sih. Emangnya kenapa?"
"Nggak kok. Kamu mah nggak usah dandan udah cantik kok," gombalnya.
Mendengar gombalan maut Dave, wajah Mita yang awalnya tak kenapa-napa langsung memerah seperti tomat. Mita malu mengakuinya, tapi yang jelas Dave sudah berhasil membuat jantungnya berlompat-lompat senang. Apakah semua laki-laki itu sama, dengan mudah membuat hati seorang perempuan berdetak kencang.
"D-Dave. Apaan, sih? Gombal banget," ucapnya gelagapan.
"Hahaha, biarin. Btw, aku tutup, yah. Soalnya aku mau ke rumah temen dulu mau minjem buku."
"I-iya. Hati-hati, yah," ujar Mita.
"Iya, kamu juga. Bye."
Klik
"Dasar, Dave. Bikin malu aja," ucapnya seraya tersenyum.
KRIETT
Mita menoleh saat sebuah deritan pintu ruangan itu mulai terbuka. Dokter Bayu keluar dari ruangan itu, disusul Rio di belakangnya. Mita pun langsung menghampiri dokter Bayu dan juga Rio.
"Dok, gimana keadaan Rio sekarang?" tanyanya langsung pada dokter Bayu.
"Kita nggak boleh ngomong di sini. Kita langsung pergi ke ruangan saya, yah," ujar dokter Bayu disambut dengan anggukan kepala Mita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (COMPLETED)
Teen Fiction#252 In Teenfiction (12/06/2018) #55 In Teenlit (25/07/2018) 17+ TAHAP REVISI [Part 45 sampai akhir akan di privat acak untuk menghindari adanya peniruan karya. FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA^^] "Mit, kamu mau dengerin permintaan aku, nggak...