Hari semakin siang, orang-orang berdatangan silih berganti. Mulai dari keluarga dekat sampai rekan kerja berdatangan sekedar untuk memberikan penghormatan terakhir atau kata-kata belum sempat terucap. Pakaian mereka yang datang semua serba hitam, menyesuaikan suasana di sana yang tengah berduka. Beberapa diantara mereka membawakan karangan bunga sebagai bukti penghormatan untuk sang almarhum.
Di salah satu sudut ruangan terdapat seorang perempuan setengah baya yang tak henti-hentinya menitikkan air mata. Wajahnya kusut dan matanya sembab. Matanya tak pernah beralih dari bingkai foto berukuran besar yang sengaja di tengah-tengah ruangan. Dikelilingi karangan bunga yang sangat indah, sosok laki-laki di foto itu terlihat seperti hidup. Tetapi sayang, orang itu telah pergi untuk selamanya.
Di umur yang masih terlampau muda banyak orang yang sempat tak percaya bahwa orang yang ada di foto itu telah tiada. Setelah tahu apa yang menyebabkan ketiadaan Rio mereka hanya menggelengkan kepala sembari berdecak pelan. Sangat disayangkan di saat-saat mudanya Rio harus mengalami hal mengerikan seperti itu.
Orang-orang berdatangan menghampiri Anisa untuk berbelasungkawa. Perempuan itu sempat beberapa kali menyalami orang-orang yang datang ke rumah duka. Salah satunya warga sekolah SMA Nusantara. Ada dua orang guru dan beberapa murid yang ikut menemani sebagai perwakilan dari sekolah.
Melihat foto Rio yang terpampang di hadapan mereka semua, murid-murid itu tak dapat menyembunyikan raut wajah sedihnya. Mereka menangis tersedu-sedu. Meskipun Rio tak terlalu mengenali mereka semua namun tidak dengan sebaliknya, mereka sangat kenal betul dengan Rio. Laki-laki itu adalah murid kesayangan guru dan murid perempuan tentunya.
"Anakku. Kenapa kamu ninggalin mama, sayang. Mama sama Kevin masih membutuhkan kamu," ucap Anisa sembari menangis. "Kamu telah berjuang sampai detik ini."
"Sabar, yah, Bu. Rio sudah tenang di sana," ujar salah satu guru sekolah Rio.
Mita tak bisa berbuat apa-apa saat melihat Anisa menangis layaknya orang sedang putus asa. Di depannya terdapat Kevin yang sedari tadi ikut menemani Mita. Sengaja Mita tak menghampiri perempuan itu, ia ingin memberikan sedikit waktu padanya untuk berduka.
"Kakak. Hu..." desis Kevin.
Mita menengok ke bawah, anak itu kembali menangis. Ia mengelus puncak kepala Kevin lembut. "Kakakmu telah pergi ke tempat lain, Kevin. Relakan dia."
Mita bisa melihat dengan jelas kalau Anisa sangat-sangat kehilangan Rio. Ia sudah seperti itu sejak tubuh Rio dibawa ke rumah sakit. Rio meninggal sebelum ia ada di rumah sakit. Anisa berontak, ia menangis, memukul dinding, bahkan sampai terduduk di lantai. Ia meluapkan segala kesedihannya malam itu.
Anisa merasa kalau perjuangannya selama ini sia-sia, anaknya tetap pergi. Di satu sisi Anisa juga menyalahkan dirinya karena terlalu lama membawa Rio ke Ausie. Kalau saja ia lebih cepat mungkin nyawa Rio masih bisa diselamatkan. Tetapi semua itu tak berarti apa-apa lagi sekarang.
Wenda, Gema, dan Dave pun ikut menolong Anisa untuk menyapa tamu-tamu yang datang. Mereka sudah datang sejak pagi tadi dan ikut pergi ke pemakaman Rio. Mereka bertiga pun ikut sedih atas kepergian Rio, menurut mereka kepergian Rio sangatlah mendadak sekali. Bahkan mereka sempat tak percaya kalau ini semua adalah kenyataan.
"Kamu baik-baik aja?"
Mita menoleh, ia agak terkejut saat Dokter Bayu sudah ada di sampingnya. Matanya meneliti Dokter Bayu dari atas sampai bawah. Yang biasanya ia memakai pakaian putih kini menjadi hitam. Tidak ada stetoskop melainkan buket bunga.
"Aku baik-baik aja," jawab Mita murung.
"Kamu pasti sedih sekali, kan?"
Mita menunduk. "Kalo dibilang sedih pasti aku sedih, dok. Aku juga mau nangis sama seperti Tante Anisa. Tapi kalo aku nangis pun nggak akan mengembalikan Rio pada kita semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (COMPLETED)
Teen Fiction#252 In Teenfiction (12/06/2018) #55 In Teenlit (25/07/2018) 17+ TAHAP REVISI [Part 45 sampai akhir akan di privat acak untuk menghindari adanya peniruan karya. FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA^^] "Mit, kamu mau dengerin permintaan aku, nggak...