Aku memang laki-laki yang kamu inginkan, tapi aku adalah laki-laki yang kamu butuhkan
-Dave Abraham
****
(Warning! : typo bertebaran)
Malam ini Rio terlihat sangat gelisah. Buku Ekonomi yang sedari tadi ia pelajari untuk ulangan harian esok, tidak satupun materi yang masuk ke otaknya. Rio menghembuskan napas pelas, ia memijit kepalanya pelan, mencoba menghilangkan sedikit penat yang ada di pikirannya. Rio pun bangkit dari tempatnya lalu melangkah menuju balkon kamarnya.
Ia bertumpu pada tangannya yang menempel di balkon. Malam ini udaranya sangat dingin, udara yang berhembus membuat sekujur tubuh Rio merinding kedinginan. Rio pun merapatkan selimut tipis berwarna hijau yang ia bawa dari kamar. Wajar saja, ia keluar kamar dengan cuaca yang dingin hanya menggunakan kaos putih tipis dan celana pendek.
Rio menundukan kepalanya, ia mencoba menghilangkan Mita dari pikirannya. Entahlah, belakangan ini Mitalah yang menduduki posisi pertama dalam pikirannya. Rio tak biasanya bertingkah seperti ini, ia hanya bertingkah seperti ini hanya pada satu perempuan, yaitu Yoana. Tapi perempuan itu sudah menghilang entah ke mana dan untuk kedua kalinya dalam hidupnya, ia harus menanggung kecemasan yang amat menyiksa seperti ini.
"Sekarang, gue mau tanya sama lo. Perasaan lo itu ke Mita itu beneran atau cuma sekedar pelarian doang dari Yoana?"
Perkataan Gema tadi siang terus-menerus berdengung di telinganya seperti kaset rusak. Sejak pembicaraannya dengan Gema siang tadi, Rio pun mulai berpikir kembali mengenai perasaanya kepada Mita.
Rio menggaruk kepalanya kecang, apa benar perasaan yang ia alami sekarang adalah hanya sekedar mencari pelarian dari Yoana. Tapi kalau ia hanya mencari pelarian saja, kenapa juga ia harus cemburu melihat kedekatan Mita dengan Dave.
"Arrgghh... Kenapa gue jadi labil begini, sih?! Gue emang bener kan sayang sama... " Rio tidak melanjutkan kata-katanya. Suaranya terasa berhenti sampai tenggorokan.
KLEK
"Kak Rio?" Terdengar seseorang memanggi namanya dari arah pintu kamarnya. Rio menoleh ke arah sumber suara, ia melihat Kevin tengah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Kenapa, Kev. Sini, dek." Rio memanggil Kevin untuk berjalan mendekat. Dengan langkah kaki yang kecil, Kevin berlari menuju Rio yang berada di balkon kamarnya.
"Kak Rio kok di sini?" tanya Kevin dengan suara menggemaskannya.
"Kakak lagi berpikir, dek. Belakangan ini kakak banyak pikiran," jawabnya.
"Pasti mikirin kak Mita, yah?" tebaknya.
"HAH? Kakak mikirin Mita? Kamu ngawur aja," ucapnya cepat. Kevin tahu kalau kakaknya itu sedang berbohong padanya, bisa dilihat dari wajahnya yang memerah seperti tomat saat ia menyebutkan nama Mita.
"Kakak, Kevin kangen kak Mita."
"Kakak juga kangen sama Mita, dek," ucapnya tanpa sadar.
"Kak Mita ke mana, sih, kak?" tanyanya pada Rio.
Rio hanya bisa diam membisu saat Kevin menanyakan keberadaan Mita. Rio pun jadi sedikit merasa bersalah atas sikapnya, kenapa juga ia tidak menjawab dan membalas pesan dari Mita. Semua orang di rumah ini selalu bertanya pada Rio mengenai Mita, ke mana Mita? Kok dia nggak ke sini lagi? Mita kok nggak kelihatan belakangan ini? Rio yang ditanyakan seperti itu oleh seluruh penghuni rumah hanya bisa menggeleng tanpa mengeluarkan sedikitpun suara.
"Kevin suka sama Mita, yah?" tanya Rio pada Kevin.
Kevin mengangguk mantap, "Iya, kak. Kevin tuh suka banget sama kak Mita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (COMPLETED)
Teen Fiction#252 In Teenfiction (12/06/2018) #55 In Teenlit (25/07/2018) 17+ TAHAP REVISI [Part 45 sampai akhir akan di privat acak untuk menghindari adanya peniruan karya. FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA^^] "Mit, kamu mau dengerin permintaan aku, nggak...