'Aku tak memaksamu untuk membalas perasaanku. Tetapi izinkan aku menyimpan perasaan ini untuk sementara waktu sampai hatiku benar-benar siap melepasmu.'
-Dave Abraham
****
Tap... Tap... Tap
Seorang perempuan muda melangkah keluar dari rumahnya. Dikenakannya gaun bermotif bunga-bunga yang sedang trend saat ini. Dompet kecil berwarna hijau dipegangnya dengan lembut. Rambutnya terurai panjang, dan juga make up tipis ia pakai menambah kesan cantik dan anggun.
"Selamat sore, nona," sambut seorang supir padanya.
Perempuan itu tersenyum. "Sore, pak Umar," jawabnya.
"Nona hari ini mau ke mana? Biar saya antar," ucapnya hormat.
Dibukanya dompet berwarna hijau yang sedari tadi ia pegang, ia mengambil sepucuk kertas kecil lalu memberikannya ke pak Umar. Pak Umar membacanya dengan teliti, begitu selesai membacanya pak Umar mengangguk paham.
Dengan terburu-buru ia membuka pintu mobil, perempuan itu pun melangkah masuk. Pak Umar menutup pintu mobil lalu bergegas ke tempatnya. Ia menyalakan mesin mobil lalu dengan kecepatan sedang ia meninggalkan pekarangan rumah perempuan itu.
Di perjalanan, perempuan itu sibuk mengutak-atik ponselnya. Dibukanya galeri ponselnya. Ketika sedang meng-scroll foto-foto di galerinya, ia berhenti di satu foto. Matanya menatap hangat begitu melihat foto seorang laki-laki seumuran dengannya tengah merangkul pundaknya erat. Foto itu diambil saat ia berada di rumah laki-laki itu. Seragam putih-biru masih dikenakannya saat itu.
Matanya terpejam, mengingat kenangan-kenangan manis yang ia rasakan saat duduk di bangku SMP. Senyum laki-laki itu tak pernah hilang dari pikirannya walaupun masa-masa itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu.
"Gimana yah kabarnya dia sekarang?" batinnya.
"Permisi nona." Matanya kembali terbuka ketika pak Umar memanggilnya.
"Ada apa, pak?" tanya perempuan itu.
"Kita mampir ke SPBU sebentar, yah, non. Sepertinya bensinnya akan habis," kata supir itu.
"Baik, pak. Semoga saja antriannya tak panjang. Saya nggak suka menunggu lama."
"Baik, nona." Pak Umar membawa mobilnya menuju area SPBU dan untungnya antrian mobil di sana tidak terlalu panjang. "Kalau boleh tau nona mau ke alamat itu ingin bertemu siapa?" tanya supir itu sopan.
Ia menaikkan sudut bibirnya. "Saya mau bertemu seseorang yang sudah lama saya tinggalkan. Dia, cinta pertama saya."
"Oh, o-oke, nona," jawab pak Umar kikuk.
****
"Duh, hujannya deres banget lagi," keluh Mita.
Mita mengulurkan tangannya, menadah air hujan yang turun dengan derasnya. Hujan turun sekitar satu jam yang lalu, membasahi apa saja yang ia lewati.
Mita lebih memilih untuk berdiam diri di sekolah daripada harus menerobos hujan. Jarak antara gerbang sekolah dengan halte lumayan jauh, jika ia nekat menerobos untuk sampai ke halte, ia pun akan basah kuyub sebelum sampai di rumah.
Sebagian murid di sekolahnya justru nekat memilih menerobos hujan. Mereka asik bermain hujan sampai tak memikirkan pakaian mereka yang basah kuyub. Tapi tak juga dari mereka yang menunggu di depan gerbang, mungkin menunggu jemputan.
"Duh, mau sampe kapan aku di sini?" keluhnya dengan wajah datar. "Rio nggak bisa anter aku, dia hari ini sibuk banget. Sebagai pacar yang baik aku nggak boleh ngerepotin Rio," serunya bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (COMPLETED)
Teen Fiction#252 In Teenfiction (12/06/2018) #55 In Teenlit (25/07/2018) 17+ TAHAP REVISI [Part 45 sampai akhir akan di privat acak untuk menghindari adanya peniruan karya. FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA^^] "Mit, kamu mau dengerin permintaan aku, nggak...